Sukses

Heboh Soal Gender Netral, Buya Yahya Beri Tanggapan Menohok Singgung Emansipasi Wanita

Belakangan jagat maya dihebohkan dengan istilah non biner atau gender netral. Istilah tersebut populer setelah viral mahasiswa Universitas Hasanudin (Unhas) yang mengaku bukan laki-laki maupun perempuan.

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan jagat maya dihebohkan dengan istilah nonbiner atau gender netral. Istilah tersebut populer setelah viral mahasiswa Universitas Hasanudin (Unhas) yang mengaku bukan laki-laki maupun perempuan. 

Hal tersebut pun tidak lepas menjadi pertanyaan jemaah Al Bahjah kepada KH Yahya Zainul Ma’arif atau akrab disapa Buya Yahya. Jemaah tersebut meminta tanggapan dari Buya Yahya terkait gender netral atau netralitas gender. 

Penanya menyebutkan jika maksud dari istilah tersebut adalah sebuah gerakan di mana jenis kelamin tidak memengaruhi kegiatan, bahasa, profesi, sampai jabatan. 

“Contoh gerakan netralitas gender adalah toilet umum unisex dan istilah gender berbeda dengan jenis kelamin. Jika jenis kelamin ditentukan dari kondisi biologis, identitas gender lebih ke cara pandang seseorang tentang jati diri mereka sendiri. Bagaimana pandangan buya tentang adanya gender netral? tanya jemaah tersebut seperti dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Sabtu (27/8/2022).

Buya Yahya menuturkan, istilah yang baru populer belakangan ini itu harus diketahui maksud sesungguhnya. Jika istilah netralitas gender maksudnya soal urusan profesi dan sebagainya, hendaknya tidak dibeda-bedakan.

“Kalau itu gak usah pusing, dalam Islam pun sama, sudah jelas dalam Islam. Bahkan, Islam itu memang ga perlu emansipasi. Emansipasi gak berlaku dalam Islam. Makanya aneh orang Islam pake istilah emansipasi, termasuk menetralkan gender,” jelas Buya Yahya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Dalam Islam Wanita Sangat Mulia

Lebih lanjut Buya Yahya menerangkan, dulu kasus emansipasi wanita bukan di kalangan kaum muslimin. Di saat wanita direndahkan, maka wanita menurut disamakan. Akhirnya ada emansipasi.

“Dalam Islam wanita sangat mulia, jadi gak perlu itu (emanspasi) akhirnya,” katanya.

Soal gerakan netralitas gender yang dicontohkan dengan toilet umum unisex, Buya Yahya menegaskan justru adanya toilet laki-laki dan perempuan untuk kenyamanan masing-masing. 

“Ini jangan Anda punya pikiran begitu (netralitas gender) gara-gara suatu ketika Anda sakit perut, Anda laki-laki waktu mau ke toilet laki-laki penuh,  (sedangkan) di toilet perempuan kosong. Anda pengen masuk (ke toilet wanita) dilarang. Gara-gara gitu Anda marah, (muncul pertanyaan) kenapa dibeda-bedain,” tutur Buya Yahya.

“Adanya toilet laki-laki dan perempuan demi kenyamanan perempuan dan laki-laki. Perempuan lebih nyaman dengan itu dan semuanya, dan mereka senang. Jangan ngikutin orang sakit ini. Ini kan mentalnya sakit,” tandas pengasuh LPD Al Bahjah ini.