Sukses

Isu Kenaikan Harga BBM Subsidi dan Hikayat Rasulullah Kampanye Hemat Energi

Kampanye hemat energi pada zaman Rasulullah SAW bisa terlacak melalui hadis penggunaan lampu minyak

Liputan6.com, Purwokerto - Beberapa waktu terakhir, isu kenaikan harga BBM tengah menjadi perhatian publik. Tentu saja, mereka khawatir BBM subsidi makin mahal.

Sementara, sebagian pengguna kendaraan menggunakan BBM subsidi, jenis pertalite dan solar ini. Sontak, isu kenaikan harga BBM subsidi pun dipantau tiap hari.

Sejalan dengan itu, pemerintah juga mulai mengampanyekan hemat energi. Terlebih, bahan bakar berasal dari fosil tak bisa diperbarui. Sementara persediaan makin menipis dan akan semakin membuat BBM mahal.

Pemerintah juga telah mewacanakan konversi ke energi terbarukan. Yakni, tenaga listrik yang berasal dari pembangkit-pembangkit energi terbarukan. Secara bersamaan, pemerintah juga menganjurkan agar masyakat berhemat dalam penggunaan energi listrik.

Maka, kemudian industri kendaraan listrik mulai bergeliat. Begitu pula dengan kompor listrik, atau ada pula yang mengembangkan biogas.

Sebenarnya, kampanye hemat energi juga telah dimulai sejak zaman baheula. Salah satu yang terlacak yakni pada zaman Nabi Muhammad SAW.

Kala itu, kawasan Arab bukan seperti yang kita kenal hari ini sebagai penghasil minyak nomor satu dunia. Penggunaan minyak lebih kepada penerangan lampu api di malam hari dan atau keperluan lainnya.

Kampanye yang dilakukan Rasulullah SAW dilakukan dengan terang dan merupakan anjuran. Kala itu, Nabi SAW adalah Rasul sekaligus kepala negara, dan sama skalanya dengan kebijakan negara saat ini.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Bentuk Kampanye Hemat Energi di Masa Nabi

Mengutip NU Online, salah satu bentuk kampanye hemat energi itu adalah dengan sering menganjurkan agar para sahabat mematikan lampu saat tidur di malam hari. Pesan tersebut di antaranya beliau sampaikan dalam hadis riwayat Jabir bin Abdullah:

عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِذَا اسْتَجْنَحَ اللَّيْلُ أَوْ كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ الْعِشَاءِ فَحُلُّوهُمْ وَأَغْلِقْ بَابَكَ، وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَأَطْفِئْ مِصْبَاحَكَ، وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَأَوْكِ سِقَاءَكَ، وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَخَمِّرْ إِنَاءَكَ، وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَلَوْ تَعْرُضُ عَلَيْهِ شَيْئًا

Artinya: "Dari Nabi SAW, beliau bersabda: ‘Bila malam telah tiba maka tahanlah anak-anak kecil kalian (agar tidak keluar rumah) karena setan saat itu sedang berkeliaran. Bila telah berlalu waktu Isya maka silakan lepaskan mereka, tutuplah pintumu dan bacalah nama Allah, matikan lampu dan bacalah nama Allah, tutuplah tempat airmu dan bacalah nama Allah, tutuplah bejanamu meski engkau hanya lintangkan sesuatu di atasnya dan bacalah nama Allah,'" (HR al-Bukhari dan Muslim).

Dalam redaksi berbeda, pesan serupa juga bisa dilihat dari berbagai hadis. Ini menunjukkan bahwa kampanye hemat energi itu menjadi persoalan penting di masa tersebut.

Jika melihat asbabul wurud-nya, pesan Nabi untuk mematikan lampu saat malam hari berangkat dari kebiasaan orang Arab yang membiarkan lampu tetap menyala saat tidur. Zaman itu alat penerangan masih menggunakan api, jelas karena belum ada listrik. Akibatnya, pernah terjadi kebakaran karena kelalaian tersebut.

Terkait hal ini juga pernah disampaikan Nabi saw dalam sabdanya:

احْتَرَقَ بَيْتٌ بِالْمَدِينَةِ عَلَى أَهْلِهِ مِنْ اللَّيْلِ فَحُدِّثَ بِشَأْنِهِمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ هَذِهِ النَّارَ إِنَّمَا هِيَ عَدُوٌّ لَكُمْ فَإِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوهَا عَنْكُم

Artinya: "Pada suatu malam terjadi kebakaran di satu tempat tinggal penduduk pada Madinah (saat penghuninya tertidur). Lalu hal itu diceritakan pada Nabi saw. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya api ini merupakan musuh kalian, karena itu apabila kalian hendak tidur, maka padamkanlah lebih dulu.’” (HR al-Bukhari).

Memang, jika diamati ada perbedaan konteks hemat energi masa sekarang dan zaman dulu. Pada Zaman Nabi, hemat energi lebih untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan dan motif ekonomi karena dianggap boros. Sementara, zaman sekarang lebih kepada makin menipisnya cadangan energi dan motif ekonomi. Wallahu'alam.