Sukses

Santri Gontor Meninggal Ketika Menuntut Ilmu, Keutamaannya Sederajat di Bawah Nabi

Pondok pesantren kembali ramai menjadi perbincangan pascakasus kematian salah seorang santri Pondok Pesantren Gontor Ponorogo, Jawa Timur

Liputan6.com, Cilacap - Kesedihan yang teramat sangat dirasakan oleh Soimah, ibunda mendiang Albar Mahdi, santri Pondok Pesantren Modern Gontor 1 Ponorogo, Jawa Timur yang meninggal dunia pada Senin (22/8/22).

Santri Gontor ini diduga meninggal akibat penganiayaan.

Pihak Pondok Pesantren Modern Gontor 1 Ponorogo Jawa Timur, melalui juru bicaranya, Noor Syahid mengaku telah bertindak cepat dalam menangani kasus ini.

"Kami langsung bertindak cepat dengan menindak/menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan tersebut," katanya.

Kemudian, para santri yang terlibat tersebut, langsung dikeluarkan dari Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jatim secara permanen. Mereka langsung dikembalikan ke orangtua mereka masing-masing.

"Pada prinsipnya, kami, Pondok Modern Darusalam Gontor, tidak menoleransi segala aksi kekerasan di dalam lingkungan pesantren, apa pun bentuknya, termasuk dalam kasus almarhum AM ini," tegasnya.

Kasus santri meninggal ini lantas menjadi perbincangan khalayak. Keluarga menuntut agar kasus ini diusut tuntas.

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Keutamaan Meninggal Ketika Menuntut Ilmu

Terlepas dari kasus tersebut, tulisan ini akan membahas perihal seseorang yang meninggal dunia ketika sedang menuntut ilmu.

Rasulullah SAW menjelaskan, orang yang meninggal dunia pada saat menuntut ilmu, maka kepulangannya menghadap Allah SWT ini dengan membawa derajat yang tinggi.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ جَاءَهُ أَجَلُهُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمِ لَقِىَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّيْنَ إِلَّا دَرَجَةُ النُّبُوَّةِ 

“Barang siapa yang kedatangan ajal dan dia sedang menuntut ilmu, maka dia akan bertemu Allah SWT (dengan derajat tinggi) di mana tidak ada lagi jarak antara dia dan para nabi melainkan satu derajat kenabian.” (HR. Thabrani)

Hadis di atas menjelaskan, orang yang meninggal dunia ketika sedang menuntut ilmu memperoleh derajat yang mulia dan tinggi di hadapan Allah SWT. Redaksi hadis menyebutkan bahwa derajatnya hanya selisih satu derajat di bawah para Nabi.

Balasan yang tinggi diperoleh sebab usahanya menuntut ilmu saja bukan perkara mudah, tentunya banyak aral melintang. Terlebih jika dalam proses menuntut ilmu tersebut ditambah beban penganiayaan yang menghilangkan nyawanya.

Penulis: Khazim Mahrur