Liputan6.com, Cilacap - Ratu Elizabeth II meninggal dunia beberapa waktu lalu. Kini, tahta Kerajaan Inggris pun sudah beralih ke anaknya, Raja Charles III.
Tak hanya Inggris, masyarakat di seluruh dunia juga memiliki kesan selama Ratu Elizabeth II bertahta. Mereka merasa kehilangan sosok yang tampak teduh dan jauh dari ingar-bingar kontroversi.
Itu termasuk umat Islam di Inggris yang berkembang dengan pesat pada masa kepemimpinan Ratu Elizabeth II ini.
Advertisement
Terlepas dari itu, kebiasaan umat Islam, ketika ada yang meninggal, mereka berdoa dan sering pula mengirimkan hadiah Al-Fatihah. Lantas apa hukumnya kirim hadiah Fatihah untuk jenazah nonmuslim?
Baca Juga
Mengutip NU Online, bahwa menghadiahkan pahala fatihah untuk nonmuslim yang sudah meninggal dunia, hukumnya haram. Begitu pula dengan berdoa memohon ampunan untuk jenazah nonmuslim.
Namun, mendoakan nonmuslim yang masih hidup agar mendapatkan hidayah atau kebaikan dunia, seperti mendokan agar sehat, itu boleh. Dasar hukumnya:
(ماكان للنّبيّ والذين امنوا ان يستغفروا للمشركين ولو كانوا اولى قربى) ذوى قرابة (من بعد ما تبين لهم انهم اصحاب الجحيم) النار بأن ماتوا على الكفر . (قوله ماكان للنّبيّ) اى لاينبغى ولا يصح (قوله بأن ماتوا على الكفر) اى فلا يجوز لهم الاستغفار حينئذ . واما الاستغفار للكافر الحيّ ففيه تفصيل ان كان قصده بذلك الاستغفار هدايته للاسلام جاز، وان كان قصده ان تغفر ذنوبه مع بقائه على الكفر فلا يجوز
Hasyiyah As-Shawi Juz 3 hal 75: “Nabi dan orang-orang yang beriman tidak boleh memintakan ampunan bagi orang-orang musyrik walaupun mereka masih kerabat, setelah nyata-nyata bahwa mereka adalah penghuni jahim (neraka),” karena mereka mati dalam keadaan kafir. Maka tidak boleh memintakan ampunan bagi orang-orang kafir yang telah mati. Sedangkan memintakan ampunan bagi orang kafir yang masih hidup maka hukumnya diperinci. Jika tujuan memintakan ampunan agar orang kafir memperoleh hidayah dengan masuk Islam maka hukumnya boleh. Jika tujuannya agar orang kafir diampuni dosa-dosanya maka hukumnya tidak boleh.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Haram Men-sholati Jenazah Nonmuslim
اعانة الطالبين جزء 2 ص 135:
(وتحرم صلاة) على كافر لحرمة الدعاء له بالمغفرة ، قال تعالى : “ولا تصل على أحد منهم مات ابدا”. أما دليل حرمة الدعاء له بالمغفرة فقوله تعالى : “إنّ الله لا يغفر ان يشرك به”. والسبب في نزول الآية الأولى ما أخرجه البخاري ومسلم وغيرهما عن ابن عمر رضي الله عنهما قال لما توفي عبد الله بن أبي بن سلول أتى ابنه عبد الله رسول الله صلى الله عليه وسلم فسأله أن يعطيه قميصه ليكفنه فيه فأعطاه ثم سأله أن يصلي عليه فقام رسول الله صلى الله عليه وسلم فقام عمر فأخذ ثوبه فقال يا رسول الله أتصلي عليه وقد نهاك الله أن تصلي على المنافقين فقال إن الله خيرني وقال “استغفر لهم أو لا تستغفر لهم سبعين مرة فلن يغفر الله لهم” وسأزيد على السبعين فقال إنه منافق فصلى عليه فأنزل الله ولا تصل على أحد منهم مات أبدا الآية فترك الصلاة عليهم
I`anatut Thalibin Juz 2 hal 135:
Haram meng-shalati orang kafir, sebab mendoakan orang kafir agar memperoleh ampunan juga haram. Allah berfirman: “Dan jangan selamanya meng-shalati salah satu dari mereka yang mati.” Sedangkan dalil haramnya mendoakan orang kafir agar supaya memperoleh ampunan adalah firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni kemusyrikan”.
Sebab turunnya ayat yang pertama sebagaimana hadits yang diriwayatkan Bukhari, Muslim dan lainnya, dari Ibn Umar RA berkata: Ketika Abdullah bin Ubay bin Salul meninggal, anaknya yang bernama Abdullah mendatangi Rasulullah SAW, lalu memintanya agar memberikan baju gamisnya untuk mengkafani ayahnya, maka Rasulullah SAW memberikannya, lalu memintanya pula untuk meng-shalat-kannya, lalu Rasulullah SAW berdiri (bersiap), maka berdirilah Umar dan memegang baju Rasulullah, lalu berkata: Ya Rasulullah, apakah engkau akan meng-shalat-kannya, padahal engkau telah dilarang oleh Allah untuk meng-shalati orang-orang munafiq.
Rasulullah SAW bersabda: Allah memberiku pilihan dan berfirman : “Mintakan ampun mereka sebanyak tujuh puluh kali atau jangan mintakan ampun mereka, maka Allah tidak akan mengampuni mereka”. Lalu Rasulullah bersabda: “Dan aku akan menambahi hitungan tujuh puluh.” Umar berkata: dia itu munafiq, lalu Rasulullah akan meng-shalat-kannya, maka Allah menurunkan ayat : “Dan jangan selamanya meng-shalati sal ah satu dari mereka yang mati”, maka Rasulullah SAW tidak jadi meng-shalat-kannya. (1248)
ـ حدَّثنا مسدَّدٌ قال حدَّثَنا يحيى بنُ سعيدٍ عن عُبيدِ اللّهِ قال حدَّثني نافعٌ عنِ ابنِ عمرَ رضيَ اللّهُ عنهما «أنَّ عبدَ اللّهِ بن أبيٍّ لما تُوُفِّيَ جاءَ ابنهُ إلى النبيِّ صلى الله عليه وسلّم فقال: يا رسولَ اللّهِ أعطِني قَميصَكَ أُكفِّنْهُ فيه، وصلِّ عليه واستغفِر له. فأعطاهُ النبيُّ صلى الله عليه وسلّم قميصَهُ فقال: آذِنِّي أُصلِّي عليه. فآذَنَهُ. فلما أرادَ أنْ يُصلِّيَ عليه جذَبَهُ عمرُ رضيَ اللّه عنه فقال: أليسَ اللّهُ قد نَهاكَ أن تُصلِّيَ على المنافقين؟ فقال: أنا بينَ خِيرَتَينِ قال قال الله تعالى: {استَغِفرْ لهم أو لا تستَغْفِرْ لهم، إن تَسَتغفِرْ لهم سَبعينَ مرَّة فلن يَغفِرَ اللّهُ لهم} (التوبة: 80) فصلَّى عليه، فَنَزَلَتْ {ولا تُصَلِّ على أحدٍ منهم ماتَ أبداً}.(التوبة: 48)
(Bukhari, Shahih Bukhari, Juz 1, hlm 426)
(Sumber: NU Online - Dr. H. Ramdan Fawzi, Pengasuh Pondok Pesantren Robitoh Kabupaten Bandung Barat)
Tim Rembulan
Advertisement