Sukses

Kisah Waraqah bin Naufal, Nonmuslim yang Kenalkan Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW

Sekilas sosok Waraqah bin Naufal, dia adalah sepupu Khadijah. Dalam masyarakat Quraisy, Waraqah dikenal sebagai ahlul kitab, pendeta nasrani

Liputan6.com, Purbalingga - Dalam tarikh Nabi, ada sejumlah sosok nonmuslim yang amat dikenal. Misalnya, Buhaira, yang telah mengenali sosok Muhammad kecil adalah Nabi.

Buhaira adalah ahlul kitab, yang dalam beberapa riwayat disebut pendeta (berarti Nasrani), atau rabi (berarti Yahudi). Namun yang jelas, kala itu, dia bukanlah muslim.

Buhaira memberi peringatan kepada paman Nabi, Abi Thalib agar Muhammad dijaga saat bepergian. Bahkan, dia meminta agar Nabi lebih baik berada di Makkah, supaya terjamin keamanannya. Sebab, jika ada yang mengetahui tanda-tanda kenabiannya, niscaya Muhammad akan diburu dan dibunuh.

Sosok lainnya,ada Waraqah bin Naufal, kerabat Khadijah, ummul mukminin. Waraqah inilah yang mengidentifikasi sosok yang menemui nabi dan menurunkan lima ayat pertama surah Al A'laq sebagai Malaikat Jibril.

Boleh dikatakan, dialah yang mengenalkan sosok Jibril ini kepada Muhammad SAW yang kala itu masih diliputi ketakutan yang amat sangat.

Sekilas sosok Waraqah bin Naufal, dia adalah sepupu Khadijah. Dalam masyarakat Quraisy, Waraqah dikenal sebagai ahlul kitab, pendeta nasrani yang berperangai baik dan terpandang.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Turunnya Wahyu Pertama

Tepat ketika malam 17 Ramadan tahun 610 M, datanglah Malaikat Jibril mendekapnya dengan kuat seraya berkata, “Iqra’ (bacalah!). Dengan rasa ketakutan Nabi Muhammad SAW menjawab, “Ma ana bi qaari” (aku tidak dapat membaca).

Kemudian ia melepaskanku dan berkata lagi, “Iqra’," (bacalah!) dan Nabi menjawab, “Aku tidak dapat membaca.” Nabi kembali didekap dengan kuat sehingga kehabisan tenaganya. Lalu Jibril untuk ketiga kalinya mendekap Nabi Muhammad SAW dengan kuat seraya berkata:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ .خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ .اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ.الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ.عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq : 1-5).

Rasulullah SAW pulang ke rumah menemui sayyidah Khadijah dengan raut penuh ketakutan. Setelah lebih tenang, Khadijah membawa suaminya menemui Waraqah bin Naufal.

Setelah menyimak cerita Nabi Muhammad dan lima ayat pertama yang diterimanya, Waraqah berkata, “Ini adalah orang yang sama yang membawa wahyu yang telah dikirim Allah kepada Musa (malaikat Jibril)," kata Waraqah, mengutip dari laman NU.

Pernyataan Waraqah itu menenangkan Nabi Muhammad. Pada saat kritis di awal kenabian, Waraqah telah memberi kesaksian bahwa yang datang kepadanya itu malaikat Jibril, bukan syetan.

Boleh dibilang, Waraqah adalah sosok yang mengenalkan sosok malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.

3 dari 4 halaman

Meramalkan Nabi Akan Terusir dari Makkah

Waraqah adalah seorang Arab pemeluk agama Nasrani di zaman Jahiliyah. Ia pandai menulis kitab dalam bahasa Ibrani dan ia pun menulis Injil dengan bahasa Ibrani. Ia seorang tua yang buta.

Khadijah berkata kepada Waraqah, "Wahai anak pamanku, dengarkanlah cerita anak saudaramu ini,"Waraqah bertanya kepada Nabi, "Wahai anak saudaraku, apakah yang kau lihat?"

Lalu Nabi menceritakan apa yang beliau lihat dan alami di Gua Hira’. Kemudian Waraqah berkata lagi kepada Muhammad, "Itulah Namus (Jibril) yang pernah diutus Allah kepada Musa. Mudah-mudahan aku masih hidup di saat engkau diusir kaummu!"

Rasulullah lalu bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku?"

Waraqah menjawab, "Ya, sebab setiap orang yang membawa seperti apa yang engkau bawa pasti dimusuhi orang. Jadi kelak engkau mengalami masa-masa seperti itu, dan jika aku masih hidup, aku pasti akan menolongmu sekuat tenagaku,"

Namun karena usianya yang sudah tua dan belum sempat mengalami dakwah Nabi SAW dalam menyampaikan wahyu, tidak lama kemudian Waraqah bin Naufal meninggal dunia.

 

4 dari 4 halaman

Pendapat Waraqah Masuk Surga karena Mengimani Nabi

Imam Abu al-Qasim al-Suhaili (508-581 H) dalam al-Raudl al-Unuf menulis satu paragraf khusus membahas kedudukan Waraqah bin Naufal di akhirat. Beliau menulis:

وهو أحد من آمن بالنّبي قبل البعث، وروي الترمذي أن رسول الله قال: (رَأَيْتُه في الْمَنام وعليه ثِيَابٌ بيضٌ، ولو كان مِن أهلِ النّارِ لَمْ يَكنْ عليه ثيابٌ بيضٌ)، وهو حديث في إسناده ضعفٌ، لأنّه يدُور علي عثمان بن عبد الرحمن ولكنْ يُقَوّيه ما يأْتي بعد هذا من قوله صلي الله عليه وسلم: (رأيتُ القسّ-يعني ورقة-وعليه ثيابٌ حَرِيرٌ لِأَنَّهُ أوَّل مَنْ آمن بي وصدّقنِي) ـ

“Waraqah adalah seseorang yang beriman kepada nabi sebelum masa diutus, al-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: (Aku melihat Waraqah bin Naufal dalam mimpi, dia mengenakan baju putih. Jika dia termasuk ahli neraka, dia tidak akan mengenakan baju putih).

Hadis ini lemah dalam isnadnya karena ada Utsman bin Abdurrahman, tetapi hadis tersebut dikuatkan dengan perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini: (Aku melihat pendeta—maksudnya Waraqah—dia mengenakan baju sutera, karena dia adalah orang pertama yang beriman kepadaku dan membenarkanku).” (Imam Abu al-Qasim al-Suhaili, al-Raudl al-Unuf Syarh al-Sîrah al-Nabawiyyah lî Ibn Hisyâm, 2008, juz 1, h. 362).

Dengan dasar beberapa riwayat di atas, bisa dikatakan bahwa Waraqah bin Naufal termasuk ahli surga seperti yang dikatakan oleh Rasulullah. Salah satu alasan kenapa Waraqah termasuk ahli surga, Imam Abu al-Qasim al-Suhaili mengatakan: “wa kâna yadzkurullaha fî safarihi fîl jâhiliyyah wa yusabbihuhu—(karena) Waraqah bin Naufal (selalu) mengingat Allah dalam (setiap) perjalanannya di masa jahiliyah dan (selalu) bertasbih kepada-Nya.”

Sebagai bukti, potongan syair Waraqah bin Naufal perlu ditampilkan:

لَقدْ نَصَحْت لأقوام وقلت لهم: أنا النذير فلا يغرُرْكم أحَدٌ, لَا تَعْبُدنّ إلَهًا غيرَ خالِقِكم

“Sungguh telah kunasihati orang-orang, kukatakan pada mereka: aku adalah pengingat, agar kau tak mudah terbujuk orang. Jangan pernah kau sembah tuhan yang bukan penciptamu.” (Imam Abu al-Qasim al-Suhaili, al-Raudl al-Unuf Syarh al-Sîrah al-Nabawiyyah lî Ibn Hisyâm, 2008, juz 1, h. 362)

Tim Rembulan