Sukses

Sedekah Ketupat, Adat Masyarakat Cilacap Barat Tangkal Bahaya di Rabu Wekasan Safar

Sedekah ketupat digelar pada akhir bulan Safar. Lebih spesifik, dalam adat di berbagai daerah, ada yang disebut sebagai Rebo wekasan, atau Rabu terakhir di bulan safar

Liputan6.com, Cilacap - Sedekah ketupat digelar pada akhir bulan Safar. Lebih spesifik, dalam adat di berbagai daerah, ada yang disebut sebagai Rebo wekasan, atau Rabu terakhir di bulan safar.

Lazimnya, sedekah ketupat digelar pada hari yang dianggap sakral tersebut. Salah satu tujuannya yakni menangkal marabahaya dengan sedekah.

Sedekah ketupat di Desa Tambaksari Kecamatan Wanareja, Cilacap kini mulai berubah menjadi festival budaya. Seperti terlihat dalam gelaran di wilayah ujung barat Cilacap itu, Rabu (21/9/2022).

Penggagas festival tersebut mencoba mengkreasikan tradisi sedekah ketupat dengan berbagai pertunjukan. Sementara pakem tradisi sedekah kupat tetap berjalan dan tidak tersentuh modifikasi sama sekali.

Sedekah ketupat digelar di tiap batas desa yang ada di Kecamatan Wanareja dan Dayeuhluhur, Cilacap. Warga sejak pagi menggantungkan ketupat lalu duduk dan menggelar doa bersama.

Baru setelah itu, ketupat menjadi menu santapan bersama-sama dengan melibatkan peserta doa bersama atau warga yang melintas. Warga juga membuat gunungan berisi ketupat, mirip jolen di agenda sedekah laut, sehingga bernilai seni tinggi.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Sedekah Penolak Bahaya

Gunungan ketupat ini lalu diarak menuju simpang tiga di Desa Tambaksari, yang sekaligus menjadi lokasi kegiatan. Pemilihan tempat ini karena menjadi batas antara Tambaksari dengan Majingklak. Pemisahnya adalah ruas jalan Majingklak-Tambaksari-Palugon.

Usai rangkaian pembukaan festival, seluruh gunungan ketupat ini menjadi rebutan warga. Sebagian ketupat ini dibawa pulang. Sisanya mereka makan di tempat.

Wakil Bupati Cilacap, Syamsul Aulia Rachman mengatakan, ada 3 hal baik dalam festival sedekah ketupat ini. Yakni ucapan rasa syukur dari masyarakat, niat dan doa baik dengan saling bersedekah. Dan sedekah ini bisa menjadi penolak bahaya bagi warga desa setempat.

“Dan ketiga adalah uri-uri budaya. Ada nilai-nilai baik yang harus kita jaga karena tantangan ke depan adalah menurunnya nilai budaya,” terangnya.

Dia melihat festival seperti ini sangat layak untuk masuk kalender wisata kabupaten maupun nasional. Dan langkah pertama adalah melakukan evaluasi atas kegiatan tersebut. Selain itu juga menjadikan ini sebagai agenda bersama yang melibatkan sejumlah dinas.

“Kalau bicara layak, ini sangat layak,” kata Syamsul.

Tim Rembulan-Har