Liputan6.com, Gresik - Sunan Giri adalah seorang wali yang ikut menyebarkan agama Islam di Nusantara. Namanya tercatat sebagai salah satu walisongo yang ikut menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Sunan Giri merupakan sosok wali keturunan dari Kerajaan Blambangan. Ia adalah putra dari Syekh Maulana Ishaq dan Dewi Sekardadu yang lahir di Blambangan pada tahun 1442 M.
Banyak pihak yang tidak menyukai pernikahan Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu. Maka ketika putra dari mereka lahir, para patih memasukkan Sunan Giri ke dalam peti kayu lalu dihanyutkan ke laut (Selat Bali).
Advertisement
Baca Juga
Peti kayu ditemukan oleh awak kapal bernama Sobir dan Sabar. Awak kapal itu membawa peti kayu berisi bayi itu ke majikannya di Gresik. Kemudian majikannya yang merupakan seorang saudagar perempuan bernama Nyai Gede Patih mengadopsi anak tersebut.
Tidak mengetahui nama bayi tersebut, Nyai Gede Patih lantas memberi namanya Joko Samudro. Nama ini diambil karena bayi tersebut ditemukan di lautan lepas atau samudra.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Menjadi Murid Sunan Ampel
Sunan Giri belajar agama Islam di Ampeldenta ke Sunan Ampel bersama Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) yang merupakan putra dari Sunan Ampel. Semangat mempelajari Islam Sunan Giri tak pernah padam.
Selama belajar di Ampeldenta, Sunan Giri mendapat pengetahuan baru tentang Islam. Kegigihannya mendalami agama Islam akhirnya berbuah hasil. Ia dan Sunan Bonang akhirnya menjadi seorang wali yang turut menyebarkan agama Islam.
Sunan Giri mendapat nama baru lagi saat belajar di Ampeldenta yakni Raden Ainul Yaqin. Nama tersebut diberikan langsung oleh Sunan Ampel.
Bertahun-tahun mendalami Islam di Ampeldenta, akhirnya Sunan Ampel mengetahui jika Joko Samudro merupakan anak dari Maulana Ishaq.
Sunan Giri pun bertemu dengan ayahnya, Maulana Ishaq. Barulah dia mengetahui asal usulnya termasuk alasan dimasukkan ke dalam peti kayu dan dihanyutkannya ke laut.
Advertisement
Pesantren Giri
Sunan Giri menikah dengan putri Sunan Ampel bernama Dewi Murtasiah. Kemudian keduanya bermukim di Giri dan mendirikan pondok pesantren sebagai pusat pendidikan agama Islam dan pemerintahan.
Pesantren Giri terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa. Pengaruh pesantren ini sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Pengaruh pesantren Giri terus berkembang hingga akhirnya menjadi kerajaan bernama Giri Kedaton. Sunan Giri kemudian mendapat gelar baru yakni Prabu Satmata.
Berdasarkan babad Gresik, bangunan di Giri Kedaton bertingkat tujuh (tunda pitu). Hal ini ditandai dengan sengkala yang menunjukkan angka tahun 1408 Saka atau 1486 M.
Giri Kedaton menguasai wilayah Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi. Kerajaan ini akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.
Strategi Dakwah dan Makam Sunan Giri
Setiap Wali Songo dalam melakukan dakwahnya mempunyai cara atau strategi yang berbeda-beda. Sunan Giri dikenal sebagai wali yang berdakwah lewat permainan anak-anak.
Bahkan, Sunan Giri juga menciptakan permainan seperti jamuran, jelungan, hingga cublak-cublak suweng. Permainan tradisional tersebut hingga saat ini masih dimainkan.
Permainan yang dibuat Sunan Giri ada nyanyiannya. Nyanyian dalam permainan tersebut mengandung nilai-nilai dakwah. Misalnya, ada salah satu nyanyian yang mengandung makna jangan menuruti hawa nafsu.
Tidak hanya melalui permainan anak-anak, Sunan Giri juga memanfaatkan seni sebagai strategi dalam berdakwahnya. Misalnya dengan wayang hingga tembang-tembang Jawa.
Selain itu, jalur politik juga dijadikan Sunan Giri sebagai sarana untuk berdakwah dalam rangka menyebarkan agama Islam.
Sunan Giri wafat pada tahun 1506 M dan dimakamkan di atas bukit berarsitektur khas Jawa yang terletak di Dusun Giri Gajah, Desa Giri, Kecamatan Kebomas. Lokasi makam Sunan Giri berjarak 4 km dari pusat kota Gresik.
Makam Sunan Giri hingga kini sering dikunjungi oleh penziarah dari berbagai daerah. Bahkan, makam Sunan Giri sudah menjadi salah satu wisata religi di Gresik.
Advertisement