Sukses

Rame-Rame Es Teh Indonesia dan Deretan Negara Islam Konsumen Teh Terbesar di Dunia

Dalam cuaca yang panas dan terik, menikmati es teh merupakan kenikmatan yang luar biasa. Namun, bila terlalu banyak berdampak pada kesehatan kita. Boleh jadi, setelah minum es teh kepala kita menjadi pusing atau bisa juga kita mendadak pilek. Terlebih jika kondisi tubuh kita lagi kurang sehat.

Liputan6.com, Cilacap - Dalam cuaca yang panas dan terik, menikmati es teh merupakan kenikmatan yang luar biasa. Namun, bila terlalu banyak berdampak pada kesehatan kita.

Boleh jadi, setelah minum es teh kepala kita menjadi pusing atau bisa juga kita mendadak pilek, terlebih jika kondisi tubuh kita lagi kurang sehat.

Meskipun efek buruk minum es teh dalam cuaca panas kerap terjadi, akan tetapi secara naluriah minuman ini tetap diburu dalam kondisi seperti itu.

Terlepas dari hal ini, sebagaimana dikabarkan PT Es Teh Indonesia Makmur tengah menjadi perhatian karena melayangkan somasi kepada pelanggan yang mengkritik produk minumannya karena dinilai terlalu manis.

Es Teh Indonesia sendiri merupakan perusahaan yang menjual aneka minuman segar, terutama minuman kekinian. Perusahaan ini menilai protes yang disampaikan seorang pelanggan melalui akun Twitter itu kurang pantas.

Dalam salinan surat somasi yang diunggah, perusahaan menilai pernyataan salah satu pelanggan atas rasa produk Es Teh Indonesia bersifat subjektif. Selain itu, opsi lain juga telah disesuaikan sesuai kebutuhan konsumen.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Negara Islam Pengonsumsi Teh Terbesar

Terlepas dari perseturuan itu, mengutip Republika.co.id, ternyata konsumen teh dalam jumlah yang besar ini merupakan negara-negara Islam.

Negara itu adalah Turki, dengan rata-rata konsumsi lebih dari 3.000 gelas per orang per tahun, alias sembilan gelas sehari per orang.

Maroko berada di tempat kedua, diikuti oleh Irlandia dan Republik Islam Independen Mauritania, baru kemudian Inggris. Dari 30 negara konsumen teratas, 15 berada di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), yang sekarang merupakan seper empat dari peminum teh global.

Pusat produksi kantong teh dunia adalah Dubai. Mengapa dunia Islam lekat dengan perdagangan dan konsumsi teh yang notabene berasal dari Timur dan bukan kopi yang justru lebih dekat?

Ada banyak alasan di balik itu. Menurut Peter GW Keen, profesor di Universitas Stanford, semua bermula dari liberalisasi perdagangan Kekaisaran Cina, yaitu membiarkan karavan unta melintasi wilayah mereka untuk berniaga.

 Jalur ini membentang sejauh 2.500 mil atau setara 4.023 km mulai dari gunung berliku di Yunnan ke Tibet, Nepal, Bhutan, dan melin tasi banyak suku nomaden di Barat Laut. Rute perdagangan diperpanjang hingga Sinai dan Laut Merah.

"Sampai tahun 1940-an, pemandangan kuli-kuli angkut membawa karung seberat 68 kg berisi teh adalah biasa," kata penulis buku Tea Tips: A Guide to Finding and Enjoying Tea ini.

Mereka berjalan menggunakan kruk dan berhenti setiap 500 meter untuk beristirahat. Butuh tiga minggu untuk menempuh jarak 250 km di sepanjang jalan terjal, sering setinggi 1.200 meter.

Khazim Mahrur

 

Â