Sukses

Begini Cara Rasulullah SAW Memperingati Hari Kelahirannya

Sejarah mencatat pada 12 Rabi’ul Awal Tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M, lahir manusia agung yang kelak menjadi Nabi dan Rasul. Kelahiran beliau senantiasa disambut suka cita dan untaian rasa syukur umat Islam di dunia.

Liputan6.com, Cilacap - Sejarah mencatat pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M, lahir manusia agung yang kelak menjadi Nabi dan Rasul. Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW senantiasa disambut suka cita dan untaian rasa syukur umat Islam di dunia.

Hingga sekarang, kelahiran Rasulullah SAW selalu diperingai umat Muslim di dunia. Mereka menggelar berbagai perayaan dalam rangka memperingati maulid Nabi SAW.

Banyak cara yang dilakukan umat Islam di dunia untuk memperingati hari kelahiran Nabi SAW ini, seperti mengadakan pengajian di masjid-masjid, berzikir, membaca shalawat, membaca Al Barzanji dan hal-hal positif lainnya sebagai bentuk ekspresi syukur atas kelahiran manusia mulia ini.

Di balik kemeriahan ragam cara memperingati Nabi SAW yang dilakukan umat Islam di dunia ini, ternyata Rasulullah SAW mempunyai cara tersendiri dalam memperingati hari kelahirannya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Cara Rasulullah SAW Memperingati Hari Lahirnya

Rasulullah SAW memperingati hari kelahirannya dengan cara berpuasa pada hari Senin, sebab hari itu merupakan hari kelahirannya. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ

"Dari Abu Qatadah Al-Anshar bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab, Pada hari itu aku dilahirkan dan saat itu aku dituruni wahyu." (HR. Muslim)

Atas dasar tersebut, memperingati maulid Nabi Muhammad SAW boleh dilakukan dengan berpuasa. Hal ini pula yang menjadi dalil kebolehan melakukan puasa di hari kelahiran seseorang dengan maksud mensyukuri nikmat Allah SWT. Sebab lahir ke dunia ini merupakan salah satu nikmat di antara sekian banyak nikmat Allah SWT.

Sebagaimana disampaikan ahli hadis Ibnu Rajab Al Hanbali berikut:

وَلَكِنِ الْأَيَّامُ الَّتِي يَحْدُثُ فِيْهَا حَوَادِثُ مِنْ نِعَمِ اللهِ عَلَى عِبَادِهِ لَوْ صَامَهَا بَعْضُ النَّاسِ شُكْرًا مِنْ غَيْرِ اتِّخَاذِهَا عِيْدًا كَانَ حَسَنًا اِسْتِدْلَالًا بِصِيَامِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَاشُوْرَاءَ لَمَّا أَخْبَرَهُ الْيَهُوْدُ بِصِيَامِ مُوْسَى لَهُ شُكْرًا ، وَبِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا سُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ الْاِثْنَيْنِ قَالَ : " ذَلِكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَأُنْزِلَ عَلَيَّ فِيْهِ

... Akan tetapi hari-hari yang ada kejadian dari nikmat Allah kepada hambanya, jika dilakukan puasa oleh sebagian orang sebagai bentuk syukur tanpa menjadikan sebagai perayaan, maka bagus. Selaras dengan dalil ketika Nabi berpuasa di hari Asyura yang dikabarkan oleh Yahudi dengan puasanya Nabi Musa karena bentuk syukur. Dan dengan sabda Nabi saat ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau menjawab: “Itu adalah hari di mana aku dilahirkan dan diberikan wahyu kepadaku” (Ibnu Rajab, Fath Al-Bari 1/88).

 

Penulis: Khazim Mahrur