Liputan6.com, Bogor - Kitab Maulid ad-Diba’i atau Maulid Diba’ disusun oleh Wajihuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Umar bin Yusuf bin Ahmad bin Umar asy-Syaibani az-Zabidi asy-Syafi’i atau dikenal juga Imam Abdurrahman ad-Diba’i. Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa orang yang membaca maulid diajak untuk menghadirkan Rasulullah SAW dalam dirinya.
أَحْضِرُوا قُلُوْبَكُمْ يَا مَعْشَرَ ذَوِي الْأَلْبَابِ، حَتَّى أَجْلُوَ لَكُمْ عَرَائِسَ مَعَانِي أَجَلِّ الْأَحْبَابِ
Artinya: “Hadirkanlah hatimu wahai orang-orang yang berakal sehat, sehingga bisa kujelaskan kepadamu makna-makna keagungan seorang kekasih yang paling dicintai Allah.”
Baca Juga
Advertisement
Terlepas dari keterangan tersebut, muncul sebuah pertanyaan, apakah Rasulullah SAW datang ke majelis yang dibacakan Maulid Nabi? Apakah di saat berdiri mahalul qiyam Rasulullah SAW datang? Pertanyaan ini dijawab oleh ulama KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.
Buya Yahya menjelaskan, Imam Malik menyebutkan jika ruh orang meninggal tidak terikat dengan materi. Artinya ruh orang meninggal dunia bisa menyaksikan apa saja dan di mana saja yang terjadi di alam semesta.
“Termasuk ruhnya Sayyidil Mursalin Habibuna Sayyidina Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW),” katanya dikutip dari YouTube Al bahjah TV, Selasa (27/9/2022).
Akan tetapi, menurut Buya Yahya, untuk mengatakan Rasulullah SAW masuk majelis yang dibacakan Maulid Nabi sebetulnya su'ul adab dengan nabi.
“Memangnya majelismu sudah jamin majelis bener, dan nabi mungkin datang? Mungkin nabi datang dan itu termasuk bab karomah. Tapi kalau kita pastikan di majelis kita didatangi nabi shalallahu alaihi wassalam kok hebat bener, ente ini siapa didatangi nabi,” tuturnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Tidak Mustahil Rasulullah SAW Datang
Buya Yahya khawatir seperti melecehkan ketika mengklaim Rasulullah SAW telah datang ke suatu majelis yang dibacakan Maulid Nabi. Menurutnya, alangkah baiknya membenarkan terlebih dahulu adab, bacaan sholawat, hati hadir dengan nabi, dan sebagainya.
“Kalau sudah mengklaim majelis kita ini langsung didatangi oleh nabi shalallahu alaihi wassalam, seolah-olah mengklaim sudah sampai kepada Allah dan kita sudah sangat dekat dengan nabi shalallahu alaihi wassalam,” sambungnya.
Kendati demikian, tidak mustahil bila memang Rasulullah SAW datang ke suatu majelis yang dibacakan Maulid Nabi. Hal ini seperti sebuah kisah ketika ada pembacaan Maulid Nabi shalallahu alaihi wassalam ada sosok yang yang tidak diketahui datang.
“Mungkin baunya harum dengan baju putih dan wajah tampan. Setelah itu hilang. Mungkin sekali itu adalah nabi shalallahu alaihi wassalam atau termasuk pencinta-pencinta nabi dari para solihin aulia,” kata Buya Yahya.
“Dan nabi bisa datang termasuk bab karomah. Ada orang yang bisa bertemu dengan nabi shalallahu alaihi wassalam (suatu) kemuliaan,” tambah pengasuh LPD Al Bahjah ini.
Buya Yahya melanjutkan, dalam kitab Tadzkirun Nas Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas tidak memastikan bahwa akan datang Rasulullah SAW ketika dibacakan Maulid Nabi.
“Cuma beliau berkata, kalau seandainya Nabi Muhammad akan datang di saat dibacakan kitab maulid, niscaya akan datang di saat orang membaca kitab ad-Diba’i. Kenapa harus kitab ad-Diba’i? Karena kitab ini paling lama ditulis tentang sanjungan nabi shalallahu alaihi wassalam,” terangnya.
“Jadi beliau tidak memastikan, karena tidak mengajari orang untuk memastikan (nabi) datang datang,” Buya Yahya menambahkan.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Demak, Jawa Tengah KH Muhammad Hanif Muslih mengutip kalimat KH Muslih Abdurrahman Al-Maroqy dan Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawy bin Abbas Al-Maliky bicara soal kedatangan Rasulullah SAW pada Mahalul Qiyam pembacaan Maulid Nabi.
"Rasullullah Muhammad SAW akan selalu hadir, ruh dan jasadnya, saat mahallul qiyam pada pembacaan maulid,” katanya pada pembukaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di halaman Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak pada 2015 silam seperti dikutip dari NU Online.
Advertisement