Liputan6.com, Jakarta Kabar duka meruar dari Aceh. Ulama kharismatik Tgk H Muhammad Amin Mahmud Syah atau akrab disapa Abu Tumin Blang Blahdeh meninggal dunia, Selasa (27/9/2022).
Kabar wafatnya ulama Aceh ini dibagikan di berbagai linimassa. Banyak yang merasa kehilangan sosok ulama berpengaruh ini.
Kapolda Aceh Irjen Ahmad Haydar ikut berduka dan merasa kehilangan atas wafatnya salah satu ulama kharismatik Aceh ini. Ahmad Haydar mengaku tersentak saat mendengar kabar duka meninggalnya murid Abuya Muda Waly dan Tgk Hasan Krueng Kalee tersebut.
Advertisement
Baca Juga
“Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Turut berduka cita atas wafatnya Abu Tumin. Kami semua sangat merasa kehilangan,” ucap Ahmad Haydar, yang sedang mengikuti kegiatan Gelar Operasi Polda Aceh di Kabupaten Aceh Tengah, dikutip dari laman Polda Aceh.
Sebagaimana umat Islam lainnya, Ahmad Haydar mendoakan almarhum mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT. Begitu juga dengan keluarga yang ditinggalkan semoga diberi ketabahan.
“Semoga Abu menjadi Ahli surga dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” ucap Ahmad Haydar.
Abu Tumin memiliki nama lengkap Tgk. H. Muhammad Amin Mahmud juga dikenal dengan panggilan Abu Tu Min Blang Bladeh adalah seorang pimpinan Dayah Al Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh, Jeumpa, Bireuen.
Dayah ini berdiri pada tahun 1890 oleh Tgk H. Imam Hanafiah yang merupakan kakek Abu Tumin. Abu Tumin adalah salah satu murid Abuya Muda Waly dan Teungku Hasan Krueng Kalee.
Abu Tu Min adalah seorang ahli fiqh mazhab Syafii dan ahli thariqat Al-Haddadiyah serta sangat menguasai kitab Syarah Al-Hikam karangan Syeikh 'Ataillah As-Sakandari.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Ulama Berpengaruh Aceh
Mengutip wikipedia, Abu Tu Min adalah salah satu ulama paling berpengaruh di Aceh pada saat ini. Ia sering kali dimintai pendapat oleh pemerintah Aceh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan pemerintah dan agama.
Setiap pendapat yang dikeluarkannya tidak pernah dibantah oleh ulama-ulama lainnya dan bahkan itu menjadi sebuah fatwa yang disepakati.
Selain aktif di dayah yang didirikan oleh kakeknya, Abu Tu Min juga aktif di Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh pada Majelis Syuyukh atau Dewan Penasehat bersama dengan beberapa ulama lainnya.
Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Syuro Daerah Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) Aceh 2002-2012, Dewan Ifta' Daerah PERTI Aceh 2012-2017, Majelis Syura Pengurus Besar Dayah Inshafuddin Aceh, Dewan Penasehat Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) dan Majelis Tuha Peut Lembaga Wali Nanggroe (LWN) 2016-2026.
Berkat para santrinya yang telah lulus dan mendirikan dayah di kampung halamannya sendiri maka pendapat-pendapat Abu Tu Min juga ikut tersebar luas di beberapa kabupaten di Aceh.
Tidak hanya di kalangan murid-muridnya, pendapat Abu Tu Min juga dijadikan sebagai rujukan untuk menyelesaikan konflik sosial. Ia sering dimintai pendapat oleh pihak-pihak yang bertikai ketika konflik Aceh berlangsung.
Selain itu pada tahun 2009, ia juga terlibat untuk menyelesaikan konflik tapal batas gampong Cot Bada dan Teupok Baroh yang tidak dapat diselesaikan oleh unsur Muspida setempat pada masa itu.
Tim Rembulan
Advertisement