Sukses

Hari Batik Nasional 2022 dan Kaitannya dengan Riwayat Perkembangan Islam di Indonesia

Hari Batik Nasional diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Setiap tahun pada tanggal tersebut masyarakat Indonesia memperingati Hari Batik Nasional sebagai wujud mencintai dan melestarikan warisan budaya kebanggaan Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Hari Batik Nasional diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Setiap tahun pada tanggal tersebut masyarakat Indonesia memperingati Hari Batik Nasional sebagai wujud mencintai dan melestarikan warisan budaya kebanggaan Indonesia.

Sudah seharusnya batik dirawat dan dijaga. Jangan sampai karya seni yang ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda ini diakuisisi oleh negara lain, sehingga bangsa Indonesia kehilangan warisan budayanya.

Salah satu upaya untuk melestarikan warisan budaya ini adalah dengan mengenalnya. Sebab, dengan mengenal suatu warisan budaya seperti batik dapat membuat seseorang mencintai warisan budaya tersebut, bahkan mau melestarikannya.

Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, batik merupakan kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu. Kemudian pengolahannya melalui proses tertentu.

Selain mengenal secara definisi, kita juga mesti mengenal bagaimana sejarah batik. Ternyata sejarah batik ada hubungannya dengan perkembangan Islam di Indonesia, lho. Berikut adalah ulasannya yang dikutip dari berbagai sumber.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Batik dan Perkembangan Islam

Mengutip kanal Health Liputan6.com, sejarah perkembangan batik di Indonesia ada kaitannya dengan perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. 

Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

Banyak daerah yang menjadi pusat batik di Jawa adalah daerah-daerah santri. Salah satu daerah yang sejarah batiknya erat dengan perkembangan Islam dan kerajaan-kerajaan terdahulu adalah Ponorogo, Jawa Timur.

Masuknya batik ke Ponorogo berawal dari Keraton Solo. Itu terjadi semenjak putri Keraton Solo menikah dengan Kiai Hasan Basri, seorang pengasuh pesantren di Tegalsari, Ponorogo.

Awalnya seni batik hanya terbatas dalam lingkungan Keraton Solo. Setelah putri Keraton Solo menikah dengan pengasuh pesantren di Tegalsari bernama Kiai Hasan Basri, karya seni batik pun bisa dibawa keluar keraton menuju Ponorogo.

Pemuda-pemuda yang dididik di Tegalsari menyumbangkan ilmu membatiknya di bidang-bidang kepamongan dan agama, sehingga seni batik mulai dikenal lebih luas.