Sukses

Kisah Kakek Nabi Muhammad SAW Abdul Muthalib Temukan Sumur Zamzam yang Hilang Ratusan Tahun

Kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib memperoleh ilham mengenai letak tepat sumur Zamzam yang penuh keajaiban ini

Liputan6.com, Jakarta - Setelah Nabi Muhammad SAW yatim piatu pada usia enam tahun, beliau diasuh langsung oleh kakeknya Abdul Muthalib. Abdul Muthalib adalah sosok pembesar Makkah yang sangat dihormati, kala itu.

Kakek Nabi Muhammad SAW ini bernama asli Syaibah bin Hasyim. Diriwayatkan dia lahir di Yatsrib pada 497 M dan wafat pada 579 M. Syaibah disebut sebagai Abdul Muthalib atau Abd Muthalib (budak Muthalib) sejak ia dibesarkan oleh pamannya Muthalib bin Abdul Manaf dan sempat dikira budaknya.

Nasabnya ialah Syaibah (al-Hamd) bin Hāsyim bin Abdu Manāf bin Qushayy bin Kilāb bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ayy bin Ghālib bin Fihr bin Mālik bin an-Nadhr bin Kinānah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizār bin Ma'd bin 'Adnān.

Sosok Abdul Muthalib sangat dihormati bangsa Arab karena beberapa hal. Antara lain, karena posisinya sebagai penjaga Ka'bah dan pelayan jamaah haji. Selanjutnya, keberaniannya saat bernegosiasi dengan Abrahah saat peristiwa penyerbuan pasukan Gajah.

Dia juga dikenal sangat dermawan sehingga dijuluki al-Faydah (orang yang amat dermawan). Di masa sebelumnya, Abdul Muthalib-lah yang menemukan Sumur Zamzam yang hilang selama ratusan tahun.

Seperti diketahui, sumur Zamzam yang berada di kawasan Ka'bah hilang karena peperangan antara Kabilah Jurhum dan Kinanah dibantu Khuzaah. Pada akhirnya, Kabilah Jurhum kalah dan sebelum terusir dari Makkah, mereka mengubur sumur Zamzam demi menyembunyikannya.

Bertahun-tahun kemudian sumur Zamzam benar-benar hilang karena terkubur rata dengan tanah di sekitarnya. Sumur ini juga nyaris dilupakan, dan nyaris dianggap fiksi.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Isyarat Lokasi Sumur Zamzam

Ratusan tahun kemudian, kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib memperoleh ilham mengenai letak tepat sumur ajaib ini.

Alkisah, ketiadaan sumur di Makkah membuat Abdul Muthalib kesulitan dalam mengemban amanah menyediakan minum bagi orang-orang yang menunaikan haji. Untuk bisa memperoleh air ia harus pergi keluar Makkah mencari sumur.

Mengutip laman NU, satu-satunya sumur yang ada di Makkah yaitu Zamzam sudah tidak ada, bahkan jejaknya hilang sama sekali. Sudah begitu, ia hanya memiliki seorang anak yang membantunya, yaitu Harits. (Muhammad Abu Syuhbah: juz 1, h. 153).

Selanjutnya, Abdul Muthalib selalu berdoa agar diberi kemudahan mengemban amanah mulia sebagai penjamu jamaah haji. Akhirnya, Allah mengabulkan doanya.

Dalam riwayat, sekali waktu saat ia tidur di atas Hijr Ismail, datang seseorang dalam mimpinya dan berkata, “Galilah Thaibah!” Ia bertanya, “Apa itu Thaibah?” Orang itu kemudian menghilang begitu saja.

Keesokan harinya Abdul Muthalib tidur di tempat yang sama dan orang yang kemarin datang lagi. “Galilah Barrah!” katanya berseru. “Apa itu Barrah?” tanya Abdul Muthalib. Orang itu kemudian menghilang sama seperti pada mimpi pertama.

Pada malam ketiga Abdul Muthalib tidur di tempat yang sama dan orang itu datang lagi. “Galilah al-Madhnunah!” “Apa itu al-Madhnunah?” tanya Abdul Muthalib semakin penasaran.

Pada malam keempat dan Abdul Muthalib tidur di tempat yang sama, orang itu datang lagi dan berkata, “Galilah Zamzam!” Abdul Muthalib bertanya, “Apa itu Zamzam?”

“Zamzam adalah air yang tidak pernah habis, melimpah ruah, dan akan menjadi air minum bagi jamaah haji yang agung itu. Posisinya berada di antara kotoran dan darah, di sekitar gagak-gagak bersayap putih beterbangan dan di dekat sarang semut,” jawabnya.

3 dari 3 halaman

Sumur Zamzam Ditemukan

Keesokan harinya Abdul Muthalib segera menuju ke tempat yang ia pahami lewat isyarat mimpi itu. Dengan membawa cangkul dan ditemani putranya, Harits ia pergi ke tempat yang ternyata persis berada di antara dua berhala, yaitu Isaf dan Nailah.

Tempat ini biasa digunakan orang-orang Quraisy untuk menyembelih hewan kurban. Di dekatnya ada sarang semut dan sekawanan burung gagak sedang mematuk-matuk tanah.

Melihat Abdul Muthalib dan putranya tampak serius menggali, orang-orang Quraisy penasaran dan menghampiri mereka. Mengetahui tempat yang digali sangat sakral karena sebagai tempat penyembelihan, orang-orang Quraisy mencoba menghentikannya.

Abdul Muthalib tidak menggubris respons mereka. Abdul Muthalib tetap dengan pendiriannya dan terus menggali, sementara Harits jaga-jaga barangkali orang Quraisy akan melakukan tindakan untuk mencegahnya.

Tidak lama setelah penggalian, Abdul Muthalib melihat sumur Zamzam dan dikagumkan dengan harta karun yang dulu dikubur Kabilah Jurhum berupa dua patung rusa emas, pedang dari Qal’ah, dan baju besi. (Ibnu Hisyam, As-Sîrah an-Nabawiyah, 2002: h. 142-147).

Singkat kisah, sejak saat itu Abdul Muthalib tidak lagi kesulitan untuk menjamu jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru negeri. Bahkan karena Air Zamzam memiliki nilai komersial yang sangat tinggi, ia bisa menjualnya dan dibelikan kismis sebagai suguhan tambahan. Kadang juga membeli susu dan madu untuk dicampurkan dengan kesegaran air suci itu. (Muhammad Abu Syuhbah: juz 1, h. 153).

Tim Rembulan