Sukses

Duka Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Begini Niat dan Tata Cara Sholat Gaib

Indonesia berduka dengan tragedi di Stadion Kanjuruhan,Malang. Kita pun bisa mendoakan korban dan melakukan sholat jenazah atau sholat gaib

Liputan6.com, Malang - Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur menghentak rasa kemanusiaan. Seratusan lebih jiwa menjadi korban tragedi yang sama sekali tidak diduga ini.

Masyarakat Indonesia berduka. Ucapan duka cita pun terkirim dari berbagai belahan dunia.

Sebagai umat Islam, salah satu yang bisa dilakukan adalah berdoa. Meski tidak berada di lokasi jenazah, di Malang, kita pun, bisa melaksanakan sholat gaib, yakni sholat jenazah yang mayitnya tidak berada di lokasi sholat jenazah.

Hukum melaksanakan sholat jenazah adalah fardu kifayah. Artinya, bila ada ada yang sudah melaksanakannya meskipun satu orang sudah menggugurkan kewajiban umat Islam lainnya.

Artinya, tidak salah jika seseorang tidak melakukan sholat jenazah maupun sholat gaib. Sebab, diyakini jenazah sudah disalatkan oleh keluarga dan umat Islam di lokasi terkait.

Syarat sah sholat gaib terbagi menjadi dua. Pertama , jenazah berada di luar jangkauan atau lokasinya sulit dijangkau. Kedua, tahu atau menduga kuat bahwasanya jenazah yang disalatinya sudah dimandikan.

Setelah mengetahui syarat sah sholat gaib, kita mesti mengetahui rukun-rukun sholat gaib. Berikut adalah uraiannya:

1. Niat

2. Berdiri

3. Membaca empat takbir

4. Membaca surah al-Fatihah

5. Membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW

6. Membaca doa untuk jenazah

7. Salam

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Niat dan Tata Cara Sholat Gaib

Tata Cara Sholat Gaib

1. Niat Sholat Gaib

Sama seperti sholat jenazah, niat sholat gaib dilafalkan sesuai dengan jenis kelamin, jumlah, dan statusnya apakah menjadi makmum, imam, atau sendiri.

Berikut adalah lafal niat sholat gaib untuk laki-laki.

أُصَلِّي عَلَى مَيِّتِ (فُلَانِ) الْغَائِبِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ إِمَامًا/مَأْمُومًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab-latin: Ushallî ‘alâ mayyiti (fulân) al-ghâ-ibi arba’a takbîrâtin fardhal kifayâti imâman/ma’mûman lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Saya menyalati jenazah ‘Si Fulan (sebutkan namanya)’ yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardu kifâyah sebagai imam/makmum karena Allah ta’ala.”

Jika yang disholatinya adalah perempuan, maka menggunakan lafal niat berikut.

أُصَلِّي عَلَى مَيِّتَةِ (فُلَانَةٍ) الْغَائِبَةِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ إِمَامًا/مَأْمُومًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab-latin: Ushalli ‘ala mayyitati ‘fulanah’ al-ghaibati arba’a takbiratin fardhal kifayâti imaman/ma’muman lillahi ta’ala.

Artinya: “Saya menyalati jenazah ‘Si Fulanah (sebutkan namanya)’ yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai imam/makmum karena Allah ta’ala.”

Kalau jenazah yang disholatinya banyak, misalnya korban bencana alam, maka dapat menggunakan lafal berikut ini.

أُصَلِّي عَلَى جَمِيعِ مَوْتَى قَرْيَةِ كَذَا الْغَائِبِينَ الْمُسْلِمِينَ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ إِمَامَا/مَأْمُومًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Arab-latin: Ushallî ‘alâ jamî’i mautâ qaryati kadzâl ghaibînal muslimîna arba’a takbîrâtin fardhal kifayâti imâman/ma’mûman lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Saya menyalati seluruh umat muslim yang jadi korban di desa ‘...’ (sebutkan nama desanya) yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai imam/makmum karena Allah ta’ala.”

Tim Rembulan