Sukses

Bio Leather Berbahan Pelepah Pisang Karya Mahasiswa UM Purwokerto Siap Meluncur ke Dubai

Tim mahasiswa UM Purwokerto berhasil menciptakan inovasi bio-leather dengan judul 'Kulit Eksotis Berbasis Tumbuhan (Pelepah Pisang) untuk Industri Fesyen Ramah Lingkungan'

Liputan6.com, Purwokerto - Satu lagi inovasi lembaga pendidikan berbasis Islam meraih prestasi nan membanggakan, yakni pengembangan pelepah pisang untuk bio-leather. Produk yang menjadi bahan baku fesyen ini bakal diekspor ke Uni Emirat Arab (UEA).

Mereka adalah Mustav&Co, tim mahasiswa UM Purwokerto yang menciptakan inovasi bio leather dengan judul 'Kulit Eksotis Berbasis Tumbuhan (Pelepah Pisang) untuk Industri Fesyen Ramah Lingkungan'.

Tim ini diketuai oleh Rizal Fathurahman dengan anggota Melia Nanda Rohyani, Dannia Pramesti Regita Cahyani, Nabila Raychan Samsudin, dan di bimbing oleh Cremonia Ayu Novitasari.

Tim yang dikenal dengan Mustav&Co ini telah mengembangkan bio leather dari bahan fibril pelepah pisang sejak tahun 2021.

Setelah berhasil ikut meramaikan acara Festival Ngapak Banyumas 2022 produk Mustav&Co mendapatkan apresiasi dari berbagai masyarakat salah satunya seorang eksportir asal Yogyakarta untuk membawa sampel produknya ke Dubai, UEA.

“Setelah event NFT kemarin, kami dihubungi oleh seorang eksportir agar dibuatkan sampel untuk dikirim ke Dubai,” papar Rizal, dikutip dari lama Muhammadiyah, Senin (3/10/2022).

Bio-Leather ini memanfaatkan pelepah pisang yang diolah seperti pembuatan kulit sintetis yang ramah lingkungan, sehingga dapat membantu mengurangi sampah plastik yang disebabkan oleh tumpukan limbah industri fesyen.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Terinspirasi Tetangga

Mahasiswa Fakultas Teknik dan Sains (FTS) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-K) 2022 ini sempat diikutkan dalam beberapa even kewirausahaan, salah satunya AKI (Apresiasi Kreasi Indonesia) 2021 di Semarang.

“Berawal dari tetangga yang sering mengolah eceng gondok untuk dijadikan tambang, karena sekarang ecenggondok sudah mulai habis, kami berencana ganti ke bahan pelepah pisang. Serat fiber dianyam kemudian dijadikan tas dan fesyen lainnya. Sedangkan fiber atau buburnya kami buat menjadi Banana Leather (Bio Leather),” katanya.

Rizal dan tim berencana untuk fokus dalam pengembangan dan pemasaran inovasi tersebut melalui kerja sama dengan para pengrajin, bahkan saat ini sudah dalam tahap negosiasi untuk ekspor ke mancanegara.

“Untuk saat ini sedang di tahap pelatihan bersama PT Solusi Bangun Indonesia. Produksi dari awal hingga produk jadi akan dikerjakan di Cilacap. Untuk pemasaran kami fokuskan ke kota besar seperti Yogyakarta dan Bali. Kemudian untuk ekspor ke Dubai masih di tahap negosiasi harga,” sambungnya.

Lebih lanjut, Rizal juga memiliki keyakinan bahwa teman-teman di luar sana, khususnya mahasiswa UMP, bisa menciptakan sesuatu asalkan mampu melihat potensi dan berani bersaing.

“Kita jangan hanya belajar sesuai dengan jurusan saja, kita juga bisa melihat potensi sumber daya alam yang ada di sekitar, karena itu mungkin bisa jadi kesempatan bahkan ladang penghasilan untuk ke depannya. Dari pengalaman saya di era sekarang, persaingan yang sangat ketat menuntut kita juga harus multitalenta,” jelasnya.

Tim Rembulan