Sukses

Mengapa Muhammadiyah Tidak Bermazhab? Dasar Ini Menjadi Alasannya

Sudah menjadi pertanyaan umum soal Muhammadiyah tidak terikat mazhab tertentu. Persoalan ini pun kembali ditanyakan oleh seorang warga Muhammadiyah Fahmi Abdul Halim dari Malang, Jawa Timur. Ia menanyakan soal ini agar semakin menambah keyakinannya terhadap Muhammadiyah

Liputan6.com, Jakarta - Sudah menjadi pertanyaan umum soal Muhammadiyah tidak terikat mazhab tertentu. Persoalan ini pun kembali ditanyakan oleh seorang warga Muhammadiyah Fahmi Abdul Halim dari Malang, Jawa Timur. Ia menanyakan soal ini agar semakin menambah keyakinannya terhadap Muhammadiyah

Assalamu’alaikum wr.wb. Saya sebagai warga Muhammadiyah di Malang kadang merasa bingung, kenapa Muhammadiyah tidak bermazhab seperti NU yang cenderung ke Imam Syafi’i?” tanyanya seperti dikutip dari laman Muhammadiyah or.id, Selasa (18/10/2022).

Terima kasih atas jawabannya karena jawaban ini akan semakin meneguhkan keyakinanku bahwa Muhammadiyah adalah salah satu ormas yang bertujuan untuk pemurnian agama Islam. Wassalamu’alikum wr. wb,” lanjut dia.

Menjawab pertanyaan tersebut, Redaksi Muhammadiyah memaparkan lebih dahulu salah satu isi dari pokok-pokok Manhaj Majelis Tarih. Diterangkan bahwa memang Muhammadiyah tidak mengikat diri kepada suatu mazhab.

“Tetapi pendapat-pendapat mazhab dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum, sepanjang sesuai dengan jiwa Al-Qur'an dan as-Sunnah atau dasar-dasar lain yang dipandang kuat,” jelasnya.

Kendati tidak terafiliasi salah satu mazhab, Muhammadiyah menegaskan bukan berarti anti dengan mazhab. Muhammadiyah juga tidak meragukan kualitas keilmuan para imam mazhab.

“Namun bagaimana pun juga pendapat-pendapat para imam tidaklah memiliki kebenaran secara mutlak sebagaimana kebenaran al-Quran dan as-Sunnah ash-Shahihah,” tulisnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Dasar Muhammadiyah

Bagi Muhammadiyah, pendapat para imam mazhab erat kaitannya dengan kondisi pada masa mereka saat hidup. Jika dikaitkan dengan masa sekarang tentu akan terdapat perbedaan.

Muhammadiyah memilih untuk bersumber kepada Al-Qur’an dan as-Sunah sesuai dengan hadis berikut.

عَنْ مَالِكٍ بْنِ أَنَسٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ. [رواه مالك في الموطأ] 

Artinya: “Diriwayatkan dari Anas bin Malik berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Aku telah meninggalkan kepadamu sekalian dua perkara, tidak akan tersesat kamu selama berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” [Diriwayatkan oleh Malik dalam kitab al-Muwattha’].

Selain itu, pernyataan salah satu imam mazhab yaitu Imam Ahmad bin Hanbal juga menjadi dasar Muhammadiyah untuk tidak terikat pada satu mazhab terentu.

لاَ تَقَلَّدْنِي وَلاَ تَقَلَّدْ مَالِكًا وَلاَ الشَّافِعِي وَلاَ اْلأَوْزَاعِي وَلاَ الثَّوْرِي وَخُذْ مِنْ حَيْثُ أَخَذُوا .[ابن القيم في إعلام الموقعين] 

Artinya: “Janganlah engkau taqlid kepadaku, demikian juga kepada Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Auza’i dan Imam ats-Tsauri. Namun ambillah (ikutilah) darimana mereka (para Imam itu) mengambil (yaitu al-Quran dan as-Sunnah).”

Kesimpulannya, Muhammadiyah tidak terikat pada salah satu mazhab bukan berarti tidak menghormati pendapat para Imam Fuqaha. Justru ini menjadi langkah untuk menghormati para imam mazhab karena mengikuti metode dan jalan hidup mereka serta melaksanakan pesan agar tidak bertaqlid.

“Jadi sebenarnya hal penting yang perlu diikuti  adalah menggali pendapat itu dari sumber pengambilan mereka yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sahih dan tidak diragukan lagi kebenarannya,” pungkasnya.