Sukses

30 Kata-Kata Bijak Buya Hamka Tentang Cinta, Kehidupan dan Pendidikan yang Penuh Makna

Banyak kata-kata Buya Hamka tentang cinta, kehidupan, dan pendidikan yang menyentuh setiap orang.

Liputan6.com, Bogor - H. Abdul Malik Karim Amrullah atau akrab disebut Buya Hamka adalah seorang ulama besar asal Sumatera Barat. Ia lahir pada 17 Februari 1908 di Sungai Batang dari seorang ayah yang dikenal sebagai tokoh Islam.

Buya Hamka lahir dari keluarga yang taat beragama. Kemudian ia tumbuh dewasa hingga menjadi seorang ulama yang cukup berpengaruh pada masanya. 

Selain seorang ulama, Buya Hamka juga dikenal sebagai seorang filsuf dan sastrawan Indonesia. Beberapa karyanya telah diterbitkan dan menjadi buku yang populer dibaca hingga saat ini, seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936) hingga Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1937).

Buya Hamka menghembuskan nafas terakhirnya pada 24 Juli 1981. Secara fisik memang dia sudah tiada, untuk mengenang sosoknya bisa membaca kembali karya-karyanya yang banyak mengandung makna dan hikmah.

Sebagai ulama sekaligus sastrawan, Buya Hamka kerap kali membuat kata-kata bijak yang penuh makna. Oleh anak zaman sekarang, kata-kata mutiara Buya Hamka sering dikutip.

Banyak kata-kata Buya Hamka tentang cinta, kehidupan, dan pendidikan yang menyentuh setiap orang. Mengutip berbagai sumber, berikut Liputan6.com bagikan kata-kata Buya Hamka yang sarat akan makna. 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Kata-Kata Buya Hamka Tentang Cinta

1. Kalau nyata harta benda tak dapat menangkis sakit, tidak dapat menolak demam, tidak dapat menghindarkan maut, nyatalah bahwa kesusahan yang menimpa orang kaya serupa dengan kesusahan yang menimpa orang miskin.

2. Jelas sekali bahwasanya rumah tangga yang aman damai ialah gabungan di antara tegapnya laki-laki dan halusnya perempuan.

3. Al-Quran yang dibaca baik-baik adalah tanda jiwa yang kenyang akan makanan bergizi.

4. Supaya engkau mendapat sahabat, hendaklah diri engkau sendiri sanggup menyempurnakan menjadi sahabat orang.

5. Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.

6. Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia tak boleh surut palang, meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang.

7. Riwayat lama tutuplah sudah sekarang buka lembaran baru. Baik hentikan termenung gundah, apalah guna lama terharu.

8. Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci.

9. Bangunlah kekasihku umat Melayu. Belahan asal satu turunan bercampur darah dari dahulu persamaan nasib jadi kenangan.

10. Tali yang paling kuat untuk tempat bergantung adalah tali pertolongan Allah.

3 dari 4 halaman

Kata-Kata Buya Hamka Tentang Kehidupan

1. Tuan boleh kata muslim itu fanatik, tapi tuan juga harus dengan kata hati tuan bahwa itu adalah modal besar bagi kemerdekaan Indonesia. Untuk tuan tahu, itu bukanlah ranatik, itu adalah gairah.

2. Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian anda dapat.

3. Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.

4. Jangan takut jatuh, kerana yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Yang takut gagal, kerana yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, kerana dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua.

5. Ikhlas dan sejati akan bertemu di dalam senyuman anak kecil, senyum yang sebenarnya senyum, senyum yang tidak disertai apa-apa.

6. Supaya engkau mendapat sahabat, hendaklah diri engkau sendiri sanggup menyempurnakan menjadi sahabat orang.

7. Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku seperti orang yang terus memeras jerami untuk mendapatkan santan.

8. Agama tidak melarang sesuatu perbuatan kalau perbuatan itu tidak merusak jiwa. Agama tidak menyuruh, kalau suruhan tidak membawa selamat dan bahagia jiwa

9. Kehidupan itu laksana lautan. Orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah ia digulung oleh ombak dan gelombang. Hilang di tengah samudera yang luas. Tiada akan tercapai olehnya tanah tepi.

10. Adil ialah menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar, mengembalikan hak yang empunya dan jangan berlaku zalim di atasnya. Berani menegakkan keadilan, walaupun mengenai diri sendiri, adalah puncak segala keberanian.

4 dari 4 halaman

Kata-Kata Buya Hamka Tentang Pendidikan

1. Agama tidak melarang sesuatu perbuatan kalau perbuatan itu tidak merusak jiwa. Agama tidak menyuruh, kalau suruhan tidak membawa selamat dan bahagia jiwa.

2. Tegakkan cita-cita lebih dahulu sebelum berusaha.

3. Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya.

4. Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik.

5. Hanya menumpahkan air mata itulah kepandaian yang paling penghabisan bagi seorang wanita.

6. Karena apabila saya bertemu dengan engkau, maka matamu yang sebagai bintang timur itu senantiasa menghilangkan susun kataku.

7. Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.

8. Sebesar-besar atau seberat-berat urusan, jangan dihadapi dengan muka berkerut, kerut muka itu dengan sendirinya menambahkan lagi kerut pekerjaan itu.

9. Seseorang yang menolak memperbarui cara-cara kerjanya yang tidak lagi menghasilkan, berlaku seperti orang yang terus memeras jerami untuk mendapatkan santan.

10. Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi. Namun ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri.

Itulah kata-kata Buya Hamka tentang cinta, kehidupan, dan pendidikan yang sarat akan makna.