Liputan6.com, Jakarta - Jong Islamieten Bond adalah organisasi kepemudaan Islam yang turut andil dalam Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda. Organisasi ini didirikan pada 1 Januari 1925 oleh Sjamsuridjal dan menjadi gerakan pemuda Islam pertama yang berideologi Islam.
Mengutip buku Kebangkitan Islam Era Orde Baru Studi Kepeloporan Cendekiawan Islam Sejak Zaman Belanda Sampai ICMI karya Ridwan Saidi, Jong Islamieten Bond dicetuskan oleh pemuda-pemuda Islam yang tergabung dalam Jong Java.
Anggota Jong Java ini awalnya berpikir bahwa banyak organisasi di Indonesia yang berlatar kedaerahan, misalnya Jong Sumatera, Jong Batak Bond, Jong Ambon, hingga Jong Java.
Advertisement
Baca Juga
Kemudian terpikirlah kenapa tidak mendirikan juga organisasi pemuda dari kalangan muslim. Dengan organisasi ini bisa mempersatukan pemuda-pemuda beragama Islam. Lahirlah Jong Islamieten Bond yang menghimpun pemuda-pemuda Islam dari berbagai daerah.
Jong Islamieten Bond memiliki dua asas dan tujuan. Pertama, mempelajari agama Islam dan menganjurkan agar ajaran-ajarannya diamalkan. Kedua, menumbuhkan simpati umat Islam dan pengikutnya, dan perlunya toleransi yang positif terhadap orang-orang yang berlainan agama.
Dalam menjalankan organisasinya, Jong Islamieten Bond memegang teguh ajaran-ajaran Islam. Misalnya, menaruh perhatian pada persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan wanita, serta bentuk ajaran Islam lainnya yang diterapkan oleh Jong Islamieten Bond.
Pada perkembangannya Jong Islamieten Bond tidak hanya berfokus pada pembinaan pemuda, pelajar, dan mahasiswa. Jong Islamieten Bond mulai melebar ke organisasi sosial, badan usaha, percetakan, hingga mendirikan sekolah.
Hal inilah yang akhirnya menimbulkan sulitnya koordinasi. Beberapa pemuda mulai berkeinginan melepaskan diri dari Jong Islamieten Bond. Kemudian dua kader Jong Islamieten Bond Yusuf Wibisono dan Mohammad Roem membentuk Studenten Islam Studies Club (SIS) pada Desember 1934.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Ideologi Jong Islamieten Bond
Dalam buku Ridwan Saidi berjudul Islam dan Nasionalisme Indonesia menerangkan sikap Jong Islamieten Bond terhadap nasionalisme atau kebangsaan. Jong Islamieten Bond menyatakan bahwa, “Kita pemuda intelektual Islam berpandangan lebih luas terhadap kebangsaan, di mana kita berasal dari daerah di mana bangsa itu”.
Pemuda-pemuda Islam yang tergabung dalam Jong Islamieten Bond juga dekat dengan kalangan nasionalis. Bisa dibuktikan ketika Jong Islamieten Bond terlibat dalam penyusunan Kongres Pemuda II pada Agustus 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Dalam Jong Islamieten Bond, Islam dan kebangsaan Indonesia tidak pernah diletakkan sebagai komponen yang berpisah apalagi berhadap-hadapan. Justru Jong Islamieten Bond mengeratkan antara Islam dengan nilai-nilai nasionalisme, sebagaimana dikatakan oleh pendiri Jong Islamieten Bond, Sjamsuridjal.
Jamaludin dalam tulisannya berjudul Jong Islamieten Bond 1925-1942 Sebagai Gerakan Pemuda Islam di Indonesia menyimpulkan, Jong Islamieten Bond tidak hanya berideologi Islam. Organisasi ini juga berideologi Nasionalis dan Sosialis.
Ideologi Islam sebagai asas gerakan Jong Islamieten Bond, sedangkan ideologi nasionalis dan sosialis dipahami sebagai ajaran-ajaran atau paham-paham yang berkembang dalam Jong Islamieten Bond.
Advertisement