Liputan6.com, Jakarta - Wanita yang sedang haid atau nifas tak boleh melakukan sejumlah ibadah. Di antaranya adalah dua ibadah wajib, yakni sholat dan puasa.
Lantas, apakah wanita haid dan nifas masih boleh melakukan ibadah lainnya? Tentu saja hal ini harus dipertimbangkan hal-hal yang dilarang ketika haid atau nifas.
Baca Juga
Perempuan yang sedang melalui masa nifas dilarang melakukan 8 hal sebagaimana perempuan haidh. Mazhab Asy-Syafi’i menyebutkan 8 larangan yang harus dihindari oleh perempuan nifas dan perempuan haidh.
Advertisement
ويحرم بالحيض والنفاس ثمانية اشياء الصلاة والصوم وقراءة القرآن ومس المصحف وحمله ودخول المسجد والطواف والوطء والاستمتاع بما بين السرة والركبة
Artinya: Orang haidh dan nifas dilarang melakukan delapan hal: shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, menyentuh mushaf, membawa mushaf, masuk masjid, thawaf, hubungan seksual, dan bersenang-senang dengan organ antara pusat dan lutut (Abu Syuja’, Taqrib).
Lantas, apakah berzikir juga termasuk hal yang dilarang bagi wanita haid atau nifas? Diketahui, bacaan dzikir banyak mengandung ayat-ayat atau kalam Al-Qur'an.
Dilihat dari sudut fiqih, ulama berbeda pendapat perihal ini. Mengutip laman NU, sebagian ulama seperti mazhab Syafi’i menyatakan haram jika dzikir itu diniatkan membaca Alquran. Tetapi jika lafal itu diniatkan dzikir, maka boleh.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Majelis Taklim
Wanita yang sedang haid atau nifas juga diperbolehkan menghadiri majelis taklim tanpa bersuci. Keduanya boleh ikut berdzikir apa saja tanpa menyentuh tulisannya.
Untuk bacaan yang terkait ayat Al-Qur'an, keduanya boleh membacanya dengan niat dzikir, bukan niat membaca Al-Qur'an. Kalau majelis taklim diselenggarakan di dalam masjid, maka ulama berbeda pendapat perihal kebolehan masuknya orang junub ke dalam masjid.
Ulama Syafiiyah mengharamkannya. Sementara ulama mazhab Hanbali membolehkannya sebagaimana diterangkan oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Nihayatuz Zain:
ومذهب الإمام أحمد جواز المكث في المسجد للجنب بالوضوء لغير ضرورة فيجوز تقليده
Artinya, “Madzhab Imam Ahmad membolehkan orang junub berdiam di masjid hanya dengan berwudhu tanpa darurat sekalipun. Pendapat ini boleh diikuti,” (Lihat Syekh M Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zain fi Irsyadil Mubtadi’in, جBeirut, Darul Fikr], halaman 34).
Boleh dibilang bahwa haid dan nifas bukan alasan untuk libur beraktivitas, termasuk kegiatan perkumpulan majelis taklim. Karena, kaum ibu sangat baik terlibat dalam kegiatan yang menyangkut maslahat umum, terlebih lagi perkumpulan majelis taklim. Perkumpulan ini punya catatan tersendiri di sisi Allah SWT.
Tim Rembulan
Advertisement