Sukses

Bacaan Doa Kafaratul Majelis Lengkap dengan Penjelasan dan Keutamaannya

Suatu majelis ilmu atau pertemuan yang membahas perkara Islam alangkah baiknya diawali dengan doa dan diakhiri dengan doa pula. Saat menutup suatu pertemuan, doa yang umum dibaca adalah doa Kafaratul Majelis.

Liputan6.com, Bogor - Suatu majelis ilmu atau pertemuan yang membahas perkara Islam alangkah baiknya diawali dengan doa dan diakhiri dengan doa pula. Saat menutup suatu pertemuan, doa yang umum dibaca adalah doa Kafaratul Majelis.

Membaca doa Kafaratul Majelis merupakan bentuk syukur seorang hamba kepada Allah SWT atas berlangsungnya pertemuan itu dari awal hingga selesai. Sebab, suatu pertemuan yang berjalan lancar tidak lepas dari kehendak-Nya. 

Doa Kafaratul Majelis mengandung makna memuji kepada Allah SWT dan bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak selain-Nya. Kemudian di akhir doa seorang hamba memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya.

Redaksi doa Kafaratul Majelis cukup singkat. Kamu juga bisa menghafalkannya dengan mudah. Jika belum tahu, berikut ini adalah doa Kafaratul Majelis.

سُبْحَانَكَاللَّهُمَّوَبِحَمْدِكَ،أَشْهَدُأَنْلاَإِلَـٰهَإِلاَّأَنْتَ،أَسْتَغْفِرُكَ،وَأَتُوْبُإِلَيْكَ 

Arab-latin: Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik

Artinya: “Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertobat kepada-Mu.” (HR. Ashhaabus Sunan dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/153.)

Doa Kafaratul Majelis memiliki keutamaan yang luar biasa. Mengutip NU Online, HR At-Tirmidzi menjelaskan bahwa siapa saja yang membaca doa Kafaratul Majelis sebelum berdiri dari tempat duduknya maka seluruh kesalahan selama dalam majelis itu terampuni.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Landasan Doa Kafaratul Majelis

Ada beberapa landasan dari doa Kafaratul Majelis. Pertama, dari sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu (RA).

Barangsiapa yang duduk di suatu majelis lalu banyak senda guraunya (kalimat yang tidak bermanfaat untuk akhiranya), maka hendaklah ia mengucapkan sebelum bangun dari majelisnya itu, ‘Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik’.” 

Artinya: “Mahasuci Engkau, wahai Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu); kecuali diampuni baginya dosa-dosa selama di majelisnya itu.” (HR. Tirmidzi, no. 3433).

Kedua dari riwayat Abu Barzah RA, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan ketika di akhir (pertemuan) ketika beliau akan bangun dari majelis, ‘SUBHAANAKALLOHUMMA WA BIHAMDIKA, ASY-HADU ALLA ILAHA ILLA ANTA, AS-TAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIK’ (Mahasuci Engkau, wahai Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Aku meminta ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu)". 

Lantas ada seseorang yang berkata, ‘Wahai Rasulullah, engkau mengucapkan ucapan yang belum pernah engkau ucapkan sebelumnya.’ Beliau menjawab, ‘Itu adalah kafarat bagi dosa yang terjadi selama di dalam majelis.’" (HR. Abu Dawud, no. 4859)

Wallahu’alam.