Sukses

Napak Tilas Jejak Ulama Dunia di Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka

Untuk mengenang perjuangan Buya Hamka semasa hidupnya, maka saat ini rumah kelahirannya dijadikan sebagai museum wisata. Banyak para wisatawan yang berkunjung, mulai dari masyarakat lokal, nasional hingga mancanegara.

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang tidak kenal dengan ulama tersohor dunia yang satu ini, Prof. Dr. H. Abdul Karim Amrullah Datuk Indomo atau yang akrab disapa Buya Hamka. Beliau lahir pada 17 Februari 1908 di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam, Sumatera Barat.

Untuk mengenang perjuangan Buya Hamka semasa hidupnya, maka saat ini rumah kelahirannya dijadikan sebagai museum wisata. Banyak para wisatawan yang berkunjung, mulai dari masyarakat lokal, nasional hingga mancanegara.

Dilansir dari channel YouTube Audy Joinaldy TV diketahui bahwa Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka ini terletak di sekitar tepian Danau Maninjau, Sumatera Barat. Dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) berjarak sekitar 104 kilometer atau menempuh kurang lebih 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan roda empat.

Museum ini mulai dibangun pada tahun 2000 dan diresmikan pada tahun 2001 oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, H. Zainal Bakar, S. H. Jam operasional museum ini mulai dibuka pada pukul 08.00 hingga 15.00 WIB.

Usai era kemerdekaan hingga akhir hidupnya, Buya Hamka tetap aktif menulis di berbagai media seperti buletin, majalah, buku, roman hingga tafsir beliau yang sangat dikenal dunia yaitu Tafsir al Azhar. Dari sekitar 118 judul buku yang pernah ditulis semasa hidupnya sekitar 28 judul dapat dibaca di antara koleksi yang ada di Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Sosok Buya Hamka

Dasri, seorang yang bertugas menjadi pemandu museum mengungkapkan betapa luar biasanya sosok Buya Hamka.

“Tentang sosok Buya Hamka merupakan figur yang tidak bisa kita lupakan begitu saja, karena perjalanan hidupnya yang cukup berarti untuk kita. Mulai dari beliau anak-anak apalagi beliau hidup sebagai pejuang kemerdekaan, beliau merupakan tokoh yang lengkap meninggalkan ilmu untuk kita," katanya.

“Beliau seorang sastrawan, budayawan, ulama, dan seorang yang bijak sekali dalam menghadapi situasi yang tegang sehingga tidak ada lawan bagi beliau, seluruhnya menjadi  kawan. Figur itulah yang dibutuhkan di saat ini, memang kita idolakan dan contoh dalam kehidupan beliau sendiri," ujar lelaki paruh baya tersebut.

Informasi lebih lanjut menyebutkan bahwa tujuan dibangunnya museum ini adalah untuk mengetahui sejarah hidup Buya Hamka yang penuh arti, apalagi dilengkapi dengan koleksi-koleksi yang dimiliki Buya Hamka yang bermakna seperti tongkat, jubah dan peralatan lainnya.

Sebagai penutup, Buya Hamka pernah berpesan dalam suatu ungkapan indah dari seorang penyair Arab, “Titipkan satu cinderamata indah dalam hidup pertama mu untuk orang yang kamu tinggalkan karena itu ibarat umur yang kedua bagimu”.

Buya Hamka sudah pergi menitipkan cinderamata berharga melalui mahakarya luar biasa yang menjadi suatu langkah yang harus diikuti dalam kehidupan kita. 

Putry Damayanty