Sukses

Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Dunia yang Hafal Al-Qur’an Sejak Usia 10 Tahun

Ibnu Sina atau yang dikenal di dunia barat dengan nama Avicenna sering dianggap sebagai salah satu dokter, filsuf, juga ilmuwan yang atas sumbangsih pengetahuannya masih digunakan hingga saat ini.

Liputan6.com, Kulonprogo - Ibnu Sina atau yang dikenal di dunia barat dengan nama Avicenna sering dianggap sebagai salah satu dokter, filsuf, juga ilmuwan yang atas sumbangsih pengetahuannya masih digunakan hingga saat ini. Ia juga dikenal sebagai Bapak Kedokteran Dunia.

Memiliki nama lengkap Abu ‘Ali al-Husayn bin ‘Abdullah bin Sina, Ibnu Sina merupakan ilmuwan muslim yang lahir pada tahun 980 Masehi di Bukhara, Uzbekistan. Atas pemikirannya, ia telah banyak menyumbang ilmu dan banyak membuat karya tulis yang diabadikan olehnya.

Di antara dari sekian banyak karya tulis yang dibuat oleh Ibnu Sina adalah Kitab al-shifa (Book of Healing), sebuah ensiklopedia filosofis dan ilmiah yang luas, dan Al-Qanun fi al-tibb (The Canon of Medicine) yang merupakan salah satu buku paling terkenal di sejarah kedokteran merupakan buah hasil pemikirannya masih relevan hingga kini.

Ilmuwan muslim yang sedari kecil telah menunjukkan kecerdasannya, berhasil hafal Al-Qur’an di usia 10 tahun, dan menjadi salah satu tokoh muslim yang memiliki pengaruh besar untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Menginjak usia remaja, Ibnu Sina telah banyak mempelajari ilmu kedokteran dan resmi menjadi dokter di usia 18 tahun. Ini juga menjadi masa-masa ketika Ibnu Sina banyak berkenalan dengan filsafat Yunani, salah satunya melalui karya-karya Aristoteles yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh al-Khindi.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Tabib Bertangan Dingin

Sejak umur Ibnu Sina masih 16 tahun, ia telah dikenal sebagai tabib atau dokter yang bertangan dingin dalam menyembuhkan pasien-pasiennya. Puncaknya adalah ketika ia dapat menyembuhkan penyakit yang dialami Sultan Bukhara.

Atas jasanya menyembuhkan penyakit Sultan, Ibnu Sina diberi izin untuk mengakses perpustakaan dan manuskrip-manuskrip langka yang ada di perpustakaan Bukhara. Ini adalah salah satu momen yang membantunya dalam mengembangkan keilmuan dan gagasan-gagasan berpikirnya.

Situasinya kemudian berubah ketika Kekaisaran mengalami kemunduran karena terdapat pertikaian politik. Akhirnya Ibnu Sina sendiri pindah ke wilayah Gurgan di Iran dan mengabdi pada raja disana.

Raja Gurgan pada masa itu dikenal sebagai sosok pemimpin yang menjadi contoh dari para penulis, penyair, dan scholar. Di periode ini Ibnu Sina telah banyak membuat karya, karyanya yang terkenal salah satunya adalah Canon of Medicine. Ia juga mulai menulis Book of Healing, yang juga menjadi salah satu karya besarnya.

Semasa hidupnya, Ibnu Sina juga telah banyak menyumbangkan hasil belajarnya melintasi berbagai bidang, termasuk matematika, geometri, astronomi, fisika, metafisika, musik, dan puisi.

Di waktu-waktu selanjutnya Ibnu Sina juga sempat beberapa kali berpindah-pindah tempat hingga akhirnya ia meninggal di Hamadan, Iran, pada bulan Ramadhan di tahun 1037 Masehi. 

Allahu A'lam.

Penulis: Hamzah Setia al Muhandisyi