Liputan6.com, Kulonprogo - Cobaan, musibah, dan kejadian yang tidak diduga-duga merupakan sebuah peristiwa yang hampir setiap orang pernah mengalaminya, baik orang yang beriman maupun yang tidak beriman kepada Allah SWT.
Allah SWT memberikan peristiwa itu tidaklah secara percuma. Dia tahu bahwa manusia akan mendapat cobaan sesuai dengan kapasitasnya sebagaimana dia dapat menghadapinya. Namun terkadang ada yang menghadapinya dengan penuh kesabaran ada pula yang tergesa-gesa.
Ketika seorang hamba dapat memahami sebuah kebaikan di dalam sebuah musibah, ia akan menganggapnya sebagai rahmat. Banyak hikmah yang dapat dipetik darinya dan menjadikannya sebagai pembelajaran sekaligus bahan muhasabah diri kepada Allah SWT.
Advertisement
Baca Juga
Allah SWT berfirman, “Mahasuci Allah yang di tangan-Nya (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu yang lebih baik amalannya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun,” (Q.S Al-Mulk: 1-2)
Ayat tersebut mengingatkan hamba-Nya bahwa di dalam kehidupan sudah semestinya ada sebuah musibah atau cobaan, dan hendaknya dapat mengambil hikmah di balik itu semua karena Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Hikmah di Balik Musibah
Setidaknya ada tiga hikmah di balik musibah yang dapat diambil sebagai bahan pembelajaran dalam kehidupan.
Pertama, sebagai ujian keimanan. Sebagaimana Allah SWT berfirman,
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar,” (Q.S Al-Baqarah: 155)
Ayat ini merupakan pemberitahuan dari Allah SWT kepada umatnya bahwa Dia akan menguji dengan perkara-perkara ataupun cobaan untuk menunjukkan siapa diantara hambanya yang taat dan beriman kepada Allah SWT.
Kedua, sebagai penggugur dosa. Musibah ataupun cobaan yang menimpa seorang hamba dapat menjadi sarana penggugur dosa, atas kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat baik yang sengaja maupun tidak disengaja. Rasulullah SAW bersabda,
“Ujian senantiasa menimpa orang beriman pada diri, anak, dan hartanya hingga ia bertemu Allah dengan tidak membawa dosa pun atasnya,” (H.R At-Tirmidzi)
Ketiga, sarana untuk bermuhasabah diri. Musibah ataupun cobaan yang menimpa dijadikan sebagai sarana untuk intropeksi diri, bukan bahan penyesalan yang tak berkesudahan, berkeluh kesah, hingga berputus asa.
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauhil Mahfuz) sebelum kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembera terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,” (Q.S Al Hadid: 22-23)
Penulis: Hamzah Setia Al Muhandisyi
Advertisement