Liputan6.com, Magelang - Bagi masyarakat Islam di Jawa, nama Mbah Mangli tidaklah asing, terlebih untuk kalangan santri. Diyakini, Mbah Mangli adalah sosok wali Allah atau waliyullah yang memiliki berbagai karomah.
Mbah Mangli atau KH Hasan Asy’ari merupakan mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang didirikan oleh Syekh Achmad Khotib al-Syambasi. Selain itu, Mbah Mangli juga merupakan pengikut Tarekat Alawiyyah.
Ia sering mengikuti Maulid Nabi Muhammad di Masjid ar-Riyyadh, Pasar Kliwon, Surakarta pimpinan Habib Anis bin Alwi al-Habsyi. Adapun wiridan wajib di Pondok Pesantren Mangli adalah rotib Alhadad, rotib Alatas dan rotib syakron yang sampai sekarang masih dilaksanakan.
Advertisement
Pada 1959, Mbah Mangli mendirikan pondok pesantren salafiyah namun tidak memberikan nama resmi. Lambat laun pondok tersebut dikenal dengan nama Pondok Pesantren Mangli dan sosok Hasan Asy’ari dikenal masyarakat dengan nama Mbah Mangli.
Nama ini diberikan masyarakat karena ia menyebarkan Islam dengan basis dari Kampung Mangli, desa Girirejo, kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.
Baca Juga
Selain mendidik umat lewat pesantren, KH Hasan Asy'ari juga aktif melakukan dakwah dan syiar Islam ke berbagai wilayah. Di desa Mejing, kecamatan Candimulyo, bahkan Mbah Mangli secara khusus menggelar pengajian rutin bertempat di sebuah langgar atau surau yang dikenal sebagai langgar Linggan.
Sebagaimana dikutip Republika, menurut sesepuh Dusun Mangli, Mbah Anwar (75), warga Mangli sangat menghormati sosok Mbah Mangli. Bahkan, meski sudah meninggal sejak 2007, nama Mbah Mangli tetap harum. Setiap hari ratusan pelayat dari berbagai daerah memadati makamnya yang berada di dalam kompleks pesantren.
Mbah Mangli menyebarkan Islam di lereng pegunungan Merapi-Merbabu-Andong dan Telomoyo. Dialah yang berhasil mengislamkan kawasan yang dulu menjadi markas para begal dan perampok tersebut. Pada masa itu, daerah tersebut dikuasai oleh kelompok begal kondang bernama Merapi Merbabu Compleks (MMC).
“Tantangan beliau sangat berat. Para begal membabat lahan pertanian penduduk dan mencemari sumber mata air pondok. Warga Mangli sendiri belum shalat meski sudah Islam. Kebanyakan warga kami hanya Islam KTP,” ungkap Kepala Dusun Mangli Suprihadi, di Magelang.
Dusun Mangli terletak persis di lereng Gunung Andong. Dengan ketinggian 1.200 dpl, bisa jadi pesantren ini adalah yang tertinggi di Jawa Tengah. Dari teras masjid, para santri bisa melihat hamparan rumah di Kota Magelang dan Temanggung dengan jelas.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Berbagai Karomah Mbah Mangli
Secara khusus, Mbah Mangli mendidik para santrinya di sebuah pesantren sederhana di lereng Gunung Andong. Tempat pesantren itulah yang kemudian dikenal sebagai desa Mangli yang terletak di perbatasan Kecamatan Grabag dan Ngablak, kurang lebih 25 kilometer arah timur laut Kota Magelang.
Dengan arif, Mbah Mangli tidak melawan berbagai ancaman dan gangguan dari para rampok dan begal. Ia justru mendoakan mereka agar memperoleh kebahagiaan dan petunjuk dari Allah SWT. Keikhlasan, kesederhanaan, dan ketokohan ini pula yang membawa Mbah Mangli dekat dengan mantan wapres Adam Malik dan tokoh-tokoh besar lainnya.
Selain mendidik umat lewat pesantren, Mbah Mangli juga aktif melakukan dakwah dan syiar agama Islam ke berbagai wilayah. Di Desa Mejing, wilayah Kecamatan Candimulyo, bahkan Mbah Mangli secara khusus menggelar pengajian rutin bertempat di sebuah langgar atau surau yang dikenal sebagai langgar Linggan.
Berbagai kalangan umat Islam datang berbondong-bondong untuk mendengarkan nasihat dan petuah kiai karismatik tersebut dengan penuh kekhidmatan.
Pengajian pada masa lalu memang hampir tanpa sentuhan teknologi canggih seperti zaman sekarang. Jangankan peralatan perekam maupun dokumentasi foto, sekadar pengeras suara pun masih jarang dijumpai.
Meskipun tanpa pengeras suara, seluruh jamaah pengajian yang berjumlah ribuan orang, baik di sebuah masjid maupun di lapangan terbuka, selalu dapat mendengar tausiah Mbah Mangli dengan jelas dan terang.
Mengutip suaranahdliyin.com, Mbah Mangli juga dikaruniai karomah melipat bumi', yakni bisa datang dan pergi ke berbagai tempat yang jauh dalam sekejap mata. Di sisi lain, beliau dikenal sebagai seorang yang memiliki kemampuan psikokinesis tinggi.
Berdasar cerita yang beredar, Mbah Mangli juga bisa mengisi pengajian di beberapa tempat sekaligus dalam waktu bersamaan. Ia bisa mengisi pengajian di Mangli, namun pada saat bersamaan juga mengaji di Semarang, Wonosobo, Jakarta, dan bahkan Sumatra.
Karomah lainnya, Mbah Mangli mengetahui permasalahan orang sebelum orang tersebut menyatakan. Memang, sebagai sosok ulama kharismatik, Mbah Mangli kerap didatangi tamu dengan berbagai tujuan.
Ada yang sekadar bersilaturahmi ngalap berkah, ada pula yang bertujuan berkonsultasi. Mbah Mangli kerap kali mengetahui permasalahan seseorang, bahkan sebelum orang tersebut mengungkapkannya.
Demikian kisah Mbah Mangli, dikutip dari berbagai sumber. Wallahu a'lam.
Tim Rembulan
Advertisement