Liputan6.com, Jakarta - Hari AIDS sedunia diperingati tiap 1 Desember. Pada 2022 ini, hari AIDS sedunia jatuh pada hari Kamis.
Diketahui, masyarakat dunia terus berupaya menekan seminimal mungkin penularan HIV/AIDS. Pasalnya, hingga saat ini HIV belum benar-benar bisa disembuhkan.
Pengobatan yang dilakukan masih sebatas untuk menekan dampak HIV peda penderita (ODHA).
Advertisement
Tak dipungkiri, ODHA kerap mendapat diskriminasi. Diskriminasi hingga persekusi itu merupakan dampak persepsi negatif terhadap penderita AIDS.
Baca Juga
Banyak orang berpendapat bahwa AIDS ditularkan dengan hubungan seks bebas. Artinya, jika ODHA, berarti terkait dengan perilaku asusila.
Pandangan itu perlahan berupaya dikikis. Pasalnya, banyak para ODHA adalah orang-orang yang tidak tahu menahu, bagaimana dia tertular. Di kelompok ini, ada ibu rumah tangga, yang bahkan jarang keluar rumah.
Tentu sangat tidak ada mendiskriminasi penderita HIV/AIDS atau ODHA. Mereka perlu didampingi, bukan dipesekusi.
Sasaran pencegahan dan pengendalian HIV AIDS di Indonesia adalah mencapai 3 zeroes, yaitu tidak ada lagi kasus HIV, tidak ada lagi kematian terkait AIDS, dan tidak ada stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV menuju Ending AIDS tahun 2030.
Hingga saat ini HIV-AIDS masih menjadi masalah kesehatan global dan nasional, walaupun angka insiden dan kematian mengalami kecenderungan penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Dibutuhkan komitmen semua pihak untuk menekan penularan dan kematian akibat AIDS. Pun butuh tekad kuat untuk menghapus stigma dan diskriminasi yang kerap dirasakan oleh ODHA.
Lantas, bagaimana pandangan Islam terkait ODHA?
Saksikan Video Pilihan Ini:
Pandangan Islam Terkait ODHA
Mengutip laman NU, Pada dasarnya, orang yang terkena HIV/ AIDS merupakan orang yang sakit sebagaimana umumnya. Artinya, ia tetap mendapat perlakuan manusiawi seperti mendapat pelayanan medis yang layak dan support dari orang-orang dekat agar tetap tabah menjalani ujian.
Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah SAW pernah menyampaikan: “Sesungguhnya Allah swt berfirman pada hari kiamat, 'Hai anak Adam, Aku sakit, tetapi kamu tidak menjenguk-Ku.’ Dia berkata, 'Wahai Rabbku, bagaimana aku menjenguk-Mu, padahal Engkau adalah Rabb semesta alam?’ Dia berfirman, 'Tahukah kamu bahwa hamba-Ku si fulan, sakit, tapi kamu tidak mau menjenguknya. Tahukah kamu, jika kamu menjenguknya, kamu akan mendapati Aku berada di sisinya.'" (HR Muslim).
Hadis ini menunjukkan perhatian Islam terhadap sesama manusia yang sedang diberi ujian berupa sakit, termasuk orang yang positif HIV/ AIDS. Mengomentari hadits di atas, Imam an-Nawawi menyampaikan, maksud ‘kamu akan mendapati Aku berada di sisinya’ adalah ada pahala dan kemuliaan bagi orang yang mau menjenguk orang yang sakit.
Kemudian, penyandaran dhamir mutakallim pada kata ‘abdun menunjukkan bahwa orang yang sedang sakit sebenarnya sedang mendapat kemuliaan dari Allah dan dekat dengan-Nya. Dengan kata lain, hadits ini mendorong kita untuk memperhatikan dan memberi support kepada sesama manusia yang sedang sakit. (An-Nawawi, Syarah Muslim, [2017], juz VIII, halaman 103).
Dalam beberapa kesempatan, Nabi saw juga mengapresiasi kepada orang yang mau menjenguk saudaranya yang sakit, bahkan beberapa kitab hadits menjadikan keutamaan menjenguk orang sakit sebagai bab tersendiri. Sekadar menyebutkan, salah satunya adalah sabda Rasul berikut, yang artinya:
“Rasulullah saw memerintahkan kami tujuh hal dan melarang kami dari tujuh hal. Beliau memerintahkan kami untuk (1) menjenguk orang yang sakit, (2) mengiringi jenazah, (3) mendoakan orang bersin, (4) memenuhi janji, (5) menolong orang yang didzalimi, (6) memenuhi undangan, dan (7) menebar salam.
Kemudian, beliau melarang kami (1) memakai cincin berbahan emas, (2) minum dengan wadah berbahan perak, (3) memakai alas yang terbuat dari sutera, (4) mengenakan pakaian bebordir sutera tebal, (5) sutera kasar, (6) sutera tebal, atau (7) sutera halus.” (HR Muslim) Dari hadits ini, Imam an-Nawawi menyampaikan, menjenguk orang sakit hukumnya sunnah. Hal ini berlaku kepada siapa saja, entah kepada orang yang kita kenal atau tidak, kepada kerabat atau bukan. (Imam An-Nawawi, Syarah Muslim, juz XIV, halaman 13).
Advertisement
AIDS Tidak Mudah Menular
Sikap khawatir terlalu berlebihan sehingga takut tertular HIV/ AIDS ketika menjenguk atau membersamai pengidap penyakit ini sebenarnya berangkat dari minimnya wawasan.
Melansir laman alodokter, HIV/ AIDS bisa menular melalui tiga hal, yaitu; hubungan seks, penggunaan jarum suntik secara bergantian dari penderita, dan kehamilan; persalinan; atau menyusui.
Setelah mengetahui penyebab penularannya, maka melakukan interaksi sosial dengan pengidap HIV/ AIDS seperti menjenguknya, aktivitas di sekolah atau kampus, nongkrong bareng, dan sejumlah kegiatan lainnya, tidak berbahaya.
Memberi Support Penderita HIV/ AIDS Kepada saudara yang sedang sakit, termasuk penderita HIV/ AIDS, kita juga diperintahkan untuk selalu memberi support agar penderita tidak terpuruk dan mempercepat proses penyembuhan. Islam sendiri mengajarkan agar jika seorang Muslim sedang ditimpa musibah, maka sikap terbaik adalah bersabar menjalaninya.
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.” (HR Muslim).
Selain itu, untuk membuat penderita HIV/ AIDS lebih tabah menghadapi cobaan, sebagaimana banyak disinggung dalam hadits Nabi, kita juga bisa menyampaikan kepadanya tentang pahala dan keutamaan orang yang sedang diuji penyakit, selain juga terus berusaha meyakinkan bahwa semua penyakit pasti ada obatnya dan bisa disembuhkan. Wallahu a’lam. (sumber: NU Online)
Tim Rembulan