Sukses

Kisah Bangsa Arab Ribuan Tahun Dihantui Badai Pasir yang Mengerikan

Badai tak sebatas terjadi di negara tropis. Dalam pengertian lain, di negara-negara Timur Tengah yang berada didominasi gurun, badai juga terjadi. Yang kerap melanda dan ditakuti adalah badai pasir

Liputan6.com, Banyumas - Sebagian wilayah Indonesia diprediksi menghadapi badai dahsyat pada akhir Desember 2022 ini. Ini adalah rentetan cuaca ekstrem yang melanda beberapa waktu terakhir.

Badai menurut KBBI adalah angin kencang yang menyertai cuaca buruk (yang datang dengan tiba-tiba) berkecepatan sekitar 64–72 knot. Dalam pengertian lainnya, secara umum masyarakat menyebut badai dengan turunan lainnya, seperti hujan ekstrem, angin kencang, dan lain sebagainya.

Ternyata, badai tak sebatas terjadi di negara tropis. Dalam pengertian lain, di negara-negara Timur Tengah yang berada didominasi gurun, badai juga terjadi. Yang kerap melanda dan ditakuti adalah badai pasir.

Misalnya yang terjadi pada musim haji 2022 ini. Badai Pasir mewarnai pemulangan jamaah haji Indonesia di Bandara Udara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdulaziz, Madinah, Arab Saudi, Minggu (12/8/2022) lalu. Namun dipastikan jemaah haji asal Indonesia tetap aman.

"Alhamdulillah aman semua. Informasi untuk JKS 36 yang menuju bandara dari hotel Madinah, seluruhnya berhenti," ujar Kepala Daerah Kerja Bandara Haryanto dikutip dari Media Center Haji di Madinah, Minggu, dikutip Antara.

Badai pasir adalah fenomena meteorologi yang umum di wilayah arid dan semi-arid. Badai pasir di antaranya disebabkan oleh meningkatnya kecepatan angin dalam suatu wilayah yang lapang. Badai pasir umumnya terjadi pada tanah yang kering.

Dalam beberapa deskripsi, badai pasir ekstrem itu sangat mengerikan. Mengutip p2k.unkris.ac.id badai pasir bisa memindahkan bukit pasir dan membawa pasir dalam jumlah besar sehingga tepi badai bisa mirip dinding pasir setinggi 1,6 km. Badai pasir di gurun Sahara dalam bahasa setempat dikenal dengan simoom atau simoon (sîmūm, sîmūn). Haboob (həbūb) merupakan badai pasir di wilayah Sudan sekitar Khartoum.

Selama ribuan tahun, masyarakat di kawasan gurun berhadapan badai pasir ini. Gumpalan besar debu dan pasir yang menyapu telah menjadi aspek kehidupan musiman yang alami.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Intensitas Badai Pasir Makin Meningkat

Mengutip Republika, Arab Saudi adalah lokasi utama badai pasir ekstrem ini karena menempati hampir seluruh Semenanjung Arab, dan terutama berupa gurun dengan petak-petak medan berbatu di wilayah barat dan tengah. Kerajaan juga berada di sebagian besar daerah gurun terbesar di Asia, Gurun Arab.

Pada akhir triwulan kedua 2022, badai pasir lintas batas melanda Arab Saudi, Irak, Iran, Kuwait, dan UEA, mengirim ribuan orang ke rumah sakit karena udara yang dipenuhi partikel debu halus terkait dengan serangan asma dan penyebaran bakteri, virus, racun, dan banyak lagi. Tergantung pada cuaca dan kondisi iklim, debu dapat tetap berada di atmosfer selama beberapa hari dan menempuh jarak yang sangat jauh.

Beberapa ilmuwan mengatakan perubahan iklim dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas badai pasir. Menurut beberapa penelitian, Timur Tengah menyaksikan salah satu dari tiga jenis badai pasir sekitar 30 persen sepanjang tahun.

Sebuah studi 2019 menganalisis kejadian badai debu Kerajaan dengan mempelajari analisis angka dari 27 stasiun pengamatan yang disediakan oleh Kepresidenan Meteorologi dan Lingkungan, menggunakan data distribusi spasial dan temporal debu atmosfer antara 2000-2016. Studi tersebut mencatat peningkatan kejadian yang signifikan, terutama di Provinsi Timur, dengan musim yang jelas dalam kejadian badai debu dan pasir.

Menurut juru bicara Pusat Meteorologi Nasional (NCM) Arab Saudi Hussain Al-Qahtani, peningkatan badai pasir dan debu di Provinsi Timur disebabkan oleh kedekatannya dan paparan angin utara yang biasa melanda Kerajaan. “Selama lebih dari 40 tahun, NCM telah mendokumentasikan dan memantau pola cuaca dan kondisi iklim di Kerajaan,” kata Al-Qahtani kepada Arab News, Rabu (29/6/2022).

Insiden dan intensitas badai debu bervariasi dari tahun ke tahun dan Organisasi Meteorologi Dunia menyatakan dunia sedang mengalami masa pergolakan perubahan iklim yang ekstrem. Badai debu dengan kecepatan angin hingga 45 Km per jam selama beberapa hari adalah fenomena umum di daerah tersebut, dan merupakan akibat dari iklim global yang ekstrem ini.

Ketika hujan deras pada akhir 2009 dan awal 2010 membanjiri Jeddah di pantai barat Arab Saudi dan menyebabkan banjir massal, pejabat pertahanan sipil menyatakan itu adalah yang terburuk dalam lebih dari 25 tahun. Hal tersebut mendorong peluncuran sistem peringatan cuaca nasional oleh NCM yang menghubungkan semua lembaga pemerintahan terkait.

 

3 dari 3 halaman

Faktor Pemicu Terjadinya Badai Pasir

NCM sekarang menggunakan sistem ini untuk memperingatkan kemungkinan dan intensitas badai pasir yang datang. Hijau menunjukkan tidak ada cuaca buruk yang diperkirakan terjadi; kuning adalah berhati-hati, dan merah adalah ambil tindakan.

Tiga faktor utama yang bertanggung jawab atas terjadinya badai pasir dan debu: angin kencang, kurangnya vegetasi, dan tidak adanya curah hujan, menjadikan Kerajaan lingkungan yang sempurna untuk badai debu lintas batas. Beberapa efek yang paling langsung dan nyata dari badai pasir dan debu berhubungan dengan kesehatan manusia.

Lamia Al-Ibrahim dari Otoritas Bulan Sabit Merah Saudi mengatakan paparan debu dan badai pasir pada manusia menimbulkan bahaya bagi kesehatan secara keseluruhan, terutama bagi orang-orang dengan masalah pernapasan, termasuk asma, alergi dan COPD. Debu dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata.

“Tindakan pencegahan dan obat-obatan seperti antihistamin sebelumnya dapat mengurangi keparahan infeksi. Meskipun mekanisme terbaik adalah tetap di rumah, mereka yang perlu meninggalkan rumah mereka harus mengenakan masker wajah dan memakai kacamata. Badai debu berdampak pada kualitas udara luar dan dalam ruangan dan dapat memicu masalah pernapasan dan lebih banyak lagi karena satu partikel silika,” ucapnya.

Sebagian besar debu gurun di wilayah tersebut terutama terdiri dari silika, yang paparannya merupakan faktor risiko beberapa penyakit. Inisiatif Hijau Saudi, diluncurkan Maret lalu, bertujuan merehabilitasi 40 juta hektare lahan selama beberapa dekade mendatang.

Sebanyak 24 inisiatif diluncurkan untuk menanam 10 miliar pohon. Rencana penghijauan dapat meningkatkan kualitas udara, mengurangi badai pasir, memerangi penggurunan, dan menurunkan suhu di daerah yang berdekatan.

Demikian pula, Inisiatif Hijau Timur Tengah, aliansi regional dan pakta perubahan iklim, memiliki tujuan ambisius serupa, yang bertujuan untuk menanam 50 miliar pohon (10 miliar di Kerajaan) di seluruh Timur Tengah dan memulihkan 200 juta hektare lahan terdegradasi.

Al-Ibrahim memperingatkan meskipun penghijauan secara efektif mengurangi badai pasir dan debu, penting untuk mengetahui pohon mana yang akan ditanam karena beberapa dapat memiliki efek buruk pada kesehatan manusia.

Tim Rembulan