Sukses

Amalan Agar Bisa Berjumpa dengan Rasulullah SAW, Baca Sholawat Adhimiyah

Amalan sholawat tidak hanya sekadar sholawat Nariyah, Jibril, atau bahkan Badar. Ternyata ada banyak sholawat yang dapat diamalkan selain dari sholawat-sholawat itu, di antaranya adalah sholawat Adhimiyah.

Liputan6.com, Jakarta - Amalan sholawat tidak hanya sekadar sholawat Nariyah, Jibril, atau bahkan Badar. Ternyata ada banyak sholawat yang dapat diamalkan selain dari sholawat-sholawat itu, di antaranya adalah sholawat Adhimiyah.

Sholawat Adhimiyah ditulis oleh Sayyid Ahmad bin Idris al-Maghrabi. Ia memiliki nama lengkap Imam al-‘Arif Billah Sayyid Ahmad bin Idris bin Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ibrahim bin Umar bin Ahmad bin Abdul Jabbar al-Hasani. 

Penulis sholawat Adhimiyah juga tercatat sebagai keturunan Rasulullah SAW melalui jalur Sayyidina Hasan bin Sayyidina Ali. Sayyidina Ali adalah suami Sayyidah Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah SAW.

Sholawat Adhimiyah berisikan doa sekaligus pujian kepada Rasulullah SAW. Menukil situs NU, berikut adalah redaksi sholawat Adhimiyah Arab, latin, dan artinya.

اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْئَلُكَ بِنُوْرِ وَجْهِ اللهِ الْعَظِيْمِ الَّذِيْ مَلَاءَ أَرْكَانِ عَرْشِ اللهِ الْعَظِيْمِ وَقَامَتْ بِهِ عَوَالِمُ الْعَظِيْمِ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ ذِي الْقَدْرِ الْعَظِيْمِ بِقَدْرِ عَظَمَةِ ذَاتِ اللهِ الْعَظِيْمِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ عَدَدَ مَا فِيْ عِلْمِ اللهِ الْعَظِيْمِ صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ اللهِ الْعَظِيْمِ تَعْظِيْمًا لِحَقِّكَ يَامَوْلَانَا يَامُحَمَّدُ يَاذَا الْخُلُقِ الْعَظِيْمِ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَعَلَى اٰلِهِ مِثْلَ ذٰلِكَ وَاجْمَعْ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُ كَمَا جَمَعْتَ بَيْنَ الرُّوْحِ وَالنَّفْسِ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا يَقْظَةً وَمَنَامًا وَاجْعَلْهُ يَا رَبِّ رُوْحًا لِذَاتِي مِنْ جَمِيْعِ الْوُجُوْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ يَاعَظِيْمُ   

Arab-latin: Allâhumma innî as-aluka binûri wajhillâhil ‘adhîmi allazî mala-a arkâna ‘arsyillâhil ‘adhîmi wa qâmat bihi ‘awâlimul ‘adhîmi an tushalliya ‘alâ sayyidinâ wa mawlânâ muḫammadin dzil qadril ‘adhîmi bi qadri ‘adhamatillâhil ‘adhîmi fî kulli lamḫatin wa nafasin ‘adada mâ fî ‘ilmillâhil ‘adhîmi shâlâtan dâ-imatan bi dawâmillâhil ‘adhîmi ta’dzîman li haqqika yâ maulânâ yâ muḫammadu yâ dzal khuluqil ‘adhîmi wa sallim ‘alaihi wa ‘alâ âlihi mitsla dzâlika wajma’ bainî wa bainahu kamâ jama’ta bainar rûḫi wan nafsi dhâhiran wa bâthinan yaqdhatan wa manâman ya rabba rûḫan li dzâtî min jamî’il wujûhi fiddun-yâ wal âkhirati yâ ‘adhîm.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan cahaya Dzat Allah Yang Mahaagung, yang memenuhi tiang-tiang arasy Allah yang agung. Dengannya, berdirilah alam-alam (ciptaan) Allah Yang Mahaagung, agar shalawat tersampaikan atas pelindung kami, Muhammad saw, yang memiliki derajat yang agung, sebesar keagungan Dzat Allah Yang Mahaagung dalam setiap kedipan dan napas, sebanyak apa yang ada (tertulis) dalam ilmu Allah Yang Agung.   

(Alam-alam itu bershalawat) dengan shalawat yang abadi seiring keabadian Allah Yang Mahaagung, untuk mengagungkan kedudukanmu, wahai junjungan kami, wahai Muhammmad, wahai yang memiliki akhlak yang agung. (Ya Allah) sampaikanlah salam kepada belaiu serta keluarganya seperti yang demikian (disebut) itu. Kumpulkanlah aku dengannya sebagaimana Engkau kumpulkan antara ruh dan napas, secara lahir maupun batin, dalam keadaan terjaga maupun tidur. Jadikanlah dia, ya Allah, sebagai ruh bagi jiwaku, dari setiap arah di dunia dan di akhirat, wahai Dzat Yang Mahaagung.”

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Keutamaan Sholawat Adhimiyah

Masih mengutip situs yang sama, sholawat Adhimiyah memiliki keutamaan yang luar biasa bila diamalkan. Di antara keutamaan sholawat Adhimiyah adalah diperluas kuburannya seluas mata memandang dan diletakkan cahaya di dalamnya.

Keutamaan ini terungkap ketika salah satu murid Sayyid Ahmad bin Idris yang berdomisili di Makkah wafat. Di sela-sela penguburannya, ada salah satu orang kasyf (terbukanya mata batin sehingga bisa melihat apa yang tidak dilihat oleh orang lain) yang duduk di dekat kubur muridnya itu. 

Pada saat prosesi penguburan, ia melihat malaikat Izrail mendatangi kuburannya dengan membawa permadani dan cahaya dari surga. Setelah itu, malaikat Izrail juga memperluas kuburannya seluas mata memandang, kemudian meletakkan cahaya di dalamnya. 

Di saat yang bersamaan, orang kasyf itu mengkhayal sembari memohon kepada Allah agar ketika kematian mendatanginya, ia bisa dimuliakan dengan penghormatan sebagaimana yang dilihatnya. 

Setelah mengkhayal, tiba-tiba malaikat Izrail menoleh kepadanya, kemudian berkata:  

كُلُّ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مِثْلُ هٰذِهِ الْكَرَامَةِ بِبَرَكَةِ الصَّلَاةِ الْعَظِيْمَةِ الْمَنْسُوْبَةِ لِلسَّيِّدِ أَحْمَدْ بِنْ اِدْرِيْس    

Artinya: “Setiap seseorang dari kalian semua bisa (mendapatkan) kemuliaan ini disebabkan berkah dari shalawat agung yang nisbatkan kepada Sayyid Ahmad bin Idris (shalawat Adhimiyah).” (Syekh Yusuf an-Nabhani, Jami’u Karamatil Auliya, [Beirut, Darul Kutubil Ilmiah: tanpa tahun], juz I, halaman 470). 

Selain keutamaan tersebut, situs NU menulis jika shalawat Adhimiyah juga memiliki keutamaan tersendiri untuk bisa bertemu dengan Rasulullah dalam keadaan nyata sebelum kemataian mendatanginya. Hal ini diungkap oleh Syekh Ahmad Farid al-Mazidi dalam salah satu kitabnya. (Ahmad Farid al-Mazidi, al-Qhutbun Nabawi, [Beirut, Darul Fikr: tanpa tahun], halaman 222). 

Wallahu’alam.