Sukses

Keterangan Al-Qur'an Perihal Hari, Bulan dan Tahun Terjadinya Kiamat

Keterangan Al-Qur'an Perihal Hari, Bulan dan Tahun Terjadinya Kiamat

Liputan6.com, Jakarta - Bencana alam kerap terjadi di berbagai wilayah Indonesia akhir-akhir ini. Rentetan bencana mulai gempa bumi Cianjur, disusul gempa Garut dan erupsi gunung berapi, dan terakhir ini gempa Maluku.

Gempa M7,9 ini bahkan menyebabkan BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami. Belakangan, hingga peringatan tsunami berakhir, gelombang laut nan menakutkan itu tak terjadi.

Bencana demi bencana ini tak urung menyebabkan sebagian masyarakat berpikir hal di luar konteks kebencanaan. Ada yang menghubungkannya dengan tanda-tanda kiamat kubra.

Memang, Al-Qur'an dan hadis telah menjelaskan tanda-tanda kiamat atau hari akhir, dengan cukup terperinci. Orang lantas menghubungkan dengan fenomena-fenomena yang terjadi akhir-akhir ini.

Tak cukup dengan pertanda, tak sedikit pula yang mulai bertanya-tanya kapan waktu terjadi terjadinya kiamat, mulai dari hari, tanggal, bulan hingga tahun terjadinya kiamat.

Bahkan, dalam sejarahnya, ada pula cenayang atau paranormal yang menerawang hari, tanggal, bulan dan tahun terjadinya kiamat. Bagi awam, ini meresahkan.

Untuk menjawab itu, ada baiknya kita melihat ulasan KH Muhammad Taufik Damas, Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta, melalui tulisan berjudul 'Penjelasan Al-Qur’an Soal Kepastian Bulan dan Tahun Peristiwa Kiamat' dinukil dari NU Online, Selasa (10/1/2023).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Keterangan Al-Qur'an Mengenai Waktu Terjadinya Kiamat

Dalam tulisannya, Taufik mengatakan Allah SWT memberikan informasi tanda-tanda kedatangan hari kiamat, bukan informasi perihal kepastian datangnya, sebagaimana tersebut alam Surat Al-A’raf ayat 187:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya, “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, ‘bilakah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sungguh pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku. Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, ‘Sungguh, pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,’" (Surat Al-A'raf ayat 187).

Ayat ini menegaskan bahwa tidak seorang pun tahu kapan terjadinya kiamat. Bahkan Nabi Muhammad SAW pun tidak tahu. Yang tahu hanya Allah SWT. Jadi, jika ada orang ngomong soal waktu terjadinya kiamat, pasti dia mengada-ada.

Jika dia mengutip sebuah hadis, maka haditsnya harus diteliti: bisa jadi hadis maudhu' (palsu). Yang menarik, akhir ayat tersebut menegaskan bahwa "Yang mengetahui kapan terjadinya kiamat itu hanya Allah, tetapi sebagian besar manusia tidak tahu."

Tegasnya, banyak orang yang sok tahu karena memang tidak tahu bahwa yang tahu soal kapan terjadinya kiamat hanya Allah. Tugas manusia adalah menjalani hidup ini dengan baik dan benar. Membangun peradaban. Jangan memikirkan apa-apa yang bukan tanggung jawabnya.

"Urusan kiamat serahkan saja kepada Allah. Titik… Adapun orang-orang yang sering ngomong soal kiamat pasti punya masalah dengan hidupnya. Mereka adalah orang-orang pesimis memandang hidup ini. Orang-orang optimis pasti lebih memikirkan bagaimana menciptakan kehidupan ini menjadi lebih baik: untuk dirinya dan untuk orang lain. Mereka sadar betul bahwa kiamat sepenuhnya adalah urusan Allah," tulis Taufik.

Nabi Muhammad pun tidak tahu kapan datangnya kiamat. Dakwah itu harus membangun cara berpikir manusia agar mampu berpikir sehat dan optimis. Dakwah kok nakut-nakutin. Dosa, tauk!... KH Muhammad Taufik Damas, Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta. (Sumber: NU Online)

Tim Rembulan