Liputan6.com, Jakarta - Publik dibikin heboh oleh aksi pembakaran Al-Qur'an di depan Kedutaan Besar Turki di Stokcklohm, Swedia. Aksi tercela itu dilakukan oleh ekstremis sayap kanan Swedia-Denmark, Rasmus Paludan, Sabtu (21/1/2023).
Pemerintah Turki, Indonesia, dan negara-negara Islam, dan belakangan, pemerintah Swedia, mengutuk keras dan memprotes tindakan ini. Bahkan, Turki memanggil duta besar Swedia untuk mengklarifikasi kasus pembakaran Al-Qur'an ini.
Aksi pembakaran Al-Qur'an itu dilakukan saat Swedia tengah berjuang untuk meyakinkan Presiden Recep Tayyip Erdogan agar mengizinkannya bergabung dengan NATO.
Advertisement
Dilaporkan kanal News Liputan6.com, Daily Mail menyebut, Rasmus Paludan yang berusia 41 tahun disebut memiliki izin untuk membakar salinan Al-Qur'an di depan gedung tersebut pada Sabtu 21 Januari 2023. Bertepatan dengan dua demonstrasi terkait yang direncanakan untuk memprotes Turki.
Paludan yang merupakan keturunan Denmark-Swedia mengatakan dia ingin 'menandai kebebasan berbicara' setelah digantungnya patung Presiden Turki Tayyip Erdogan di dekat balai kota Stockholm yang memicu tanggapan keras di Turki. Swedia juga mengutuk aksi tersebut.
Baca Juga
Keputusan untuk mengizinkan pembakaran salinan Al-Qur'an terjadi di tengah hubungan yang tegang antara Swedia dan Turki, setelah keputusan terakhir terkait pengajuan Swedia masuk NATO.
Sementara itu, melansir dari TRT World, Turki memutuskan untuk memanggil duta besar Swedia untuk Turki terkait izin membakar salinan Al-Qur'an di Stockholm.
"Turki telah memanggil duta besar Swedia untuk Ankara setelah pemerintah Swedia mengizinkan seorang pemimpin rasis sayap kanan anti-Muslim untuk membakar salinan Al-Qur'an di luar kedutaan Turki di Stockholm," kata sumber-sumber diplomatik.
"Setelah mengetahui bahwa tindakan membakar (salinan) kitab suci kami, Al-Qur'an, di dekat kedutaan kami di Stockholm Swedia diizinkan, duta besar Swedia untuk Ankara dipanggil ke kementerian kami hari ini," kata sumber di kementerian luar negeri Turki.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Protes Indonesia dan Negara-Negara Islam
Pemerintahan Indonesia juga mengutuk keras aksi pembakaran Al-Qur'an tersebut melalui akun resminya di Twitter pada Minggu (22/1/2023).
“Indonesia mengutuk keras aksi pembakaran kitab suci Alquran oleh Rasmus Paludan, politisi Swedia, di Stockholm,” ujarnya. Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa aksi tersebut adalah sebuah aksi penistaan terhadap kitab suci. Bahkan tindakan tersebut melukai serta menodai toleransi antara umat beragama.
“Aksi penistaan kitab suci ini telah melukai dan menodai toleransi umat beragama. Kebebasan ekspresi harus dilakukan secara bertanggung jawab,” tulis (@Kemlu_RI).
Arab Saudi mengutuk, tidak hanya aksi Rasmus Paludan, tapi juga otoritas Swedia karena mengizinkan Rasmus Paludan membakar salinan Al-Qur'an.
"Posisi tegas kerajaan menyerukan penyebaran nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan, serta menolak kebencian dan ekstremisme," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi seperti dilansir Anadolu.
Kementerian Luar Negeri Mesir menyebutkan tindakan Rasmus Paludan, ketua Partai Stram Kurs, sebagai tindakan tercela.
"Tindakan tercela ini memprovokasi perasaan umat muslim di seluruh dunia. Praktik ekstremis ini tidak sesuai dengan nilai-nilai menghormati orang lain, kebebasan berkeyakinan, hak asasi manusia, dan kebebasan fundamental manusia," sebut Kementerian Luar Negeri Mesir.
Advertisement
Protes Qatar, UEA dan Kuwait
Qatar menegaskan perilaku Rasmus Paludan sebagai insiden keji. "Insiden keji ini merupakan tindakan penghasutan dan provokasi serius terhadap perasaan lebih dari dua miliar muslim di dunia," kata Kementerian Luar Negeri Qatar.
Selain mengutuk Rasmus Paludan, Uni Emirat Arab juga menegaskan penolakannya terhadap semua praktik yang bertujuan untuk mengacaukan keamanan dan stabilitas yang bertentangan dengan nilai dan prinsip kemanusiaan serta moral.
Uni Emirat Arab pun menyerukan perlawanan terhadap ujaran kebencian dan kekerasan serta menggarisbawahi perlunya menghormati simbol-simbol agama dan menghindari menghasut kebencian dengan menghina agama.
Di Kuwait, Menteri Luar Negeri Sheikh Salem Abdullah Al-Jaber Al-Sabah ikut mengutuk pembakaran salinan Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan. Ia mengatakan aksi itu melukai sentimen muslim di seluruh dunia dan menandai provokasi serius.
Pernyataan Perdana Menteri Swedia
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengutuk pembakaran salinan Al-Qur'an yang dilakukan ekstremis sayap kanan Rasmus Paludan pada Sabtu (21/1/2023), di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm
"Freedom of expression is a fundamental part of democracy. But what is legal is not necessarily appropriate. Burning books that are holy to many is a deeply disrespectful act. I want to express my sympathy for all Muslims who are offended by what has happened in Stockholm today," cuit @SwedishPM, dikutip Senin malam (23/1/2023).
"Kebebasan berekspresi adalah bagian mendasar dari demokrasi. Tapi apa yang legal belum tentu sesuai. Membakar kitab suci bagi banyak orang adalah tindakan yang kurang ajar. Saya ingin mengungkapkan simpati saya untuk semua muslim yang tersinggung dengan apa yang terjadi di Stockholm hari ini,"
Aksi Rasmus Paludan tidak hanya memicu reaksi keras dari berbagai pihak di seluruh dunia, namun juga meningkatkan ketegangan Swedia dan Turki. Swedia sendiri tengah berusaha meminta persetujuan Turki untuk bergabung dengan NATO.
Merespons tindakan pembakaran Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan, Ankara telah membatalkan kunjungan menteri pertahanan Swedia dan memanggil duta besar negara itu.
Tim Rembulan
Advertisement