Liputan6.com, Jakarta - Sebagai umat Islam, kita selalu memohon perlindungan kepada Allah SWT. Sebagai makhluk yang lemah, kita juga selalu memohon rahmat dan pengampunannya.
Doa kepada Allah ini sangat bermanfaat, baik di dunia dan akhirat. Sebab, Allah-lah yang memiliki kuasa untuk menentukan nasib kita, baik di dunia dan akhirat.
Di sisi lain, bagi seorang mukmin, prasangka baik (husnudzon) kepada Allah amatlah besar faedahnya, bahkan mampu menyelamatkan dirinya dari siksa api neraka.
Advertisement
Baca Juga
Berikut ini adalah kisah tiga lelaki yang diseret ke pintu neraka. Dua lelaki pertama beruntung, karena diselamatkan Allah SWT karena senantiasa meminta rahmat dan pengampunan-Nya. Lelaki kedua, selamat karena husnudzon atau senantiasa ber-prasangka baik.
Sementara, lelaki terakhir justru diterima dengan gembira oleh neraka. Nasib ketiga lelaki itu dikisahkan dalam hadis sahih diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan mauqûf sampai Ibnu ‘Abbas. Ibnu Katsir berkomentar bahwa sanadnya sahih (lihat: Tafsîr Ibn Katsîr, jilid 6, hal. 97, Surat al-Furqan, ayat 12; al-Nihâyah fî al-Fitan wa al-Malâhim, hal. 221).
Meski statusnya mauqûf sampai Ibnu ‘Abbas, tetapi dihukumi marfû‘. Sebab Ibnu ‘Abbas tidak mungkin menyampaikannya berdasarkan akal dan logika nalar semata. Ia menuturkan:
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُجَرُّ إِلَى النَّارِ، فَتَنْزَوِي وَيَنْقَبِضُ بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ، فَيَقُولُ لَهَا الرَّحْمَنُ: مَا لَكِ؟ فَتَقُولُ: إِنَّهُ لَيَسْتَجِيرُ مِنِّي فَيَقُولُ: أَرْسِلُوا عَبْدِي وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُجَرُّ إِلَى النَّارِ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ مَا كَانَ هَذَا الظَّنَّ بِكَ فَيَقُولُ: فَمَا كَانَ ظَنُّكَ؟ فَيَقُولُ: أَنْ تَسَعَنِيَ رَحْمَتُكَ قَالَ: فَيَقُولُ أَرْسِلُوا عَبْدِي وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُجَرُّ إِلَى النَّارِ فَتَشْهَقُ إِلَيْهِ النَّارُ شُهُوقَ الْبَغْلَةِ إِلَى الشَّعِيرِ, وَتَزْفَرُ زَفْرَةً لَا يَبْقَى أحَدٌ إِلَّا خَافَ
Artinya: “Ada seorang laki-laki yang diseret ke dalam neraka. Namun, nereka malah menjauhkan diri dan bagian-bagiannya menciut satu sama lain. Allah Yang Maha-Rahman bertanya kepada neraka, ‘Apa yang terjadi padamu?’ Nereka menjawab, ‘Laki-laki itu selalu memohon perlindungan (pada-Mu) agar selamat dariku.’ Kemudian, Allah berfirman kepada para malaikat, ‘Bebaskanlah hamba-Ku itu.’ Selanjutnya, ada lagi laki-laki yang tengah diseret ke neraka. Saat diseret, dia berkata, ‘Ya Tuhanku, bukankah ini prasangka (baik) pada-Mu.’ Allah lalu bertanya, ‘Apa prasangka baikmu?’ Dia menjawab, ‘Rahmat-Mu akan meliputiku.’ Maka Allah kembali berfirman kepada para malaikat, ‘Bebaskanlah hamba-Ku.’ Terakhir, ada lagi laki-laki yang diseret ke dalam neraka, tapi neraka malah berteriak melengking kepadanya tak beda dengan seperti tarikan bigal saat melihat gandum, lalu meringkik dengan keras tatkala semua orang di sana ketakutan.”
Saksikan Video Pilihan Ini:
Hikmah
Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat, Ustaz M Tatam Wijaya dalam tulisannya di nu.or.id menjelaskan, hadis di atas mengabarkan kepada kita tentang keadaan tiga orang laki-laki yang diseret ke dalam neraka pada hari Kiamat. Namun, yang dua orang berhasil selamat. Yang pertama selamat karena selalu memohon perlindungan kepada Allah.
Yang kedua selamat karena prasangka baiknya kepada Allah. Dan yang ketiga celaka karena dibinasakan oleh dosa dan kemaksiatannya sendiri.
Menurut dia, saat laki-laki pertama diseret, neraka justru menjauhkan diri dan menciut. Maka Allah bertanya kepada neraka mengapa ia menjauhkan diri dan menciut dari laki-laki itu. Tentu, Allah maha tahu tentang alasannya. Maka neraka menjawab, “Karena dia senantiasa memohon perlindungan pada-Mu dariku.”
Melihat keadaan itu, Allah berfirman kepada para malaikat, “Bebaskan saja hamba-Ku itu.” Akhirnya laki-laki yang pertama selamat dari neraka.
Kemudian laki-laki yang kedua saat diseret para malaikat ke dalam neraka, berdoa, “Ya Tuhanku, bukankah ini prasangka baik pada-Mu?” Maka Allah menjawab, “Apa prasangkia baikmu?” Si laki-laki menjawab, “Rahmat-Mu akan meliputiku.” Mendengar demikian, Allah berfirman lagi kepada para malaikat, “Lepaskanlah hamba-Ku.”
Sungguh hamba itu telah ditunjukkan kepada jawaban yang baik. Sehingga berkat jawaban dan prasangka baiknya kepada Allah, dia diselamatkan dan selamat dari neraka.
Sementara pada saat diseret malaikat, laki-laki yang ketiga tidak melakukan seperti yang dilakukan dua orang laki-laki lainnya. Begitu melihat laki-laki itu didekatkan kepadanya, neraka malah melengking dan meringkik tak ubahnya teriakan seekor keledai saat melihat pakan, sampai-sampai teriakan dan ringkikannya nyaris mencopotkan jantung siapa pun yang mendengarnya.
Kondisi itu seperti yang telah dibenarkan dalam Al-Qur'an: "Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya," (QS al-Furqan [25]: 12).
Advertisement
Pelajaran dari Kisah 3 Lelaki yang Diseret ke Surga
Dari kisah hadis di atas, dapat ditarik beberapa beberapa pesan dan pelajaran:
Pertama, orang-orang mukmin yang bermaksiat akan dijebloskan ke dalam neraka. Namun, sebagian dari mereka ada yang selamat dan tidak jadi dimasukkan ke dalamnya. Contohnya seperti kedua laki-laki yang dikisahkan di atas.
Kedua, memohon perlindungan dan pertolongan kepada Allah sangat berguna di dunia dan di akhirat. Allah akan melindungi dan menjaga orang yang senantiasa memohon perlindungan-Nya.
Ketiga, berbaik sangka kepada Allah termasuk perkara yang akan menyelamatkan seorang hamba dari kesengsaraan dan kebinasaan, terutama pada saat-saat yang genting ketika ia tak lagi punya pilihan kecuali berbaik sangka pada-Nya, seperti pada saat kematian dan hari Kiamat.
Keempat, nash hadits di atas mengindikasikan bahwa neraka senantiasa melihat dan memperhatikan sedari jauh para penghuni yang datang kepadanya. Neraka juga memiliki lisan untuk bicara. Bahkan, neraka juga bisa geram dan sangat menantikan para penghuninya.
Dalam Sunan al-Tirmidzi dengan sanad sahih dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Pada hari Kiamat leher neraka akan keluar. Ia memiliki dua mata yang bisa melihat, dua telinga yang bisa mendengar, dan lisan yang bisa bicara. Lisan itu berkata, 'Aku dipercaya menghadapi tiga golongan: penguasa semena-mena dan menentang, orang yang berdoa bersama tuhan lain (muyrik), dan orang yang suka menggambar (patung)',” (HR al-Tirmidzi). Naudzu billah. (Sumber: NU Online)
Tim Rembulan