Liputan6.com, Jakarta - Dalam berbagai tayangan di situs berbagi video, kita kerap mendapati ada mubaligh yang gemar mengkafirkan orang lain yang tak sejurus dengan apa yang diyakininya. Seolah, dialah hakim sekaligus pemilik kebenaran tersebut.
Pun, dalam keseharian, ada pula orang yang rajin beribadah, namun memiliki mulut yang pedas. Dia kerap mengomentari tetangga atau bahkan keluarganya yang menurut dia tak rajin beribadah.
Advertisement
Baca Juga
Untuk kelompok ini, berhati-hatilah. Rasulullah SAW pernah mengisahkan dua bersaudara yang berlainan tabiat. Satu orang rajin beribadah, namun lainnya adalah pendosa.
Yang mengherankan, belakangan, nasibnya justru berkebalikan. Si pendosa masuk surga karena Rahmat-Nya, sementara si ahli ibadah justru masuk neraka.
Bagaimana bisa? Simak kisah yang tercantum dalam hadis Nabi ini.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Pendosa Masuk Surga Sementara Ahli Ibadah Masuk Neraka, Kok Bisa?
Rasulullah pernah berkisah tentang dua orang bersaudara dari kalangan Bani Israil. Yang satu sering berbuat dosa, sementara yang lain sebaliknya: sangat tekun beribadah.
Yang terakhir disebut ini rupanya tak henti-hentinya menyaksikan saudaranya itu melakukan dosa hingga mulutnya tak betah untuk tidak menegur. "Berhentilah!" Sergahnya.
Teguran seolah hanya masuk melalui telinga kanan dan keluar lagi lewat telinga kiri. Perbuatan dosa berlanjut dan sekali lagi tak luput dari mata saudaranya yang rajin beribadah. "Berhentilah!" Sergahnya kembali.
Si pendosa lantas berucap, "Tinggalkan aku bersama Tuhanku. Apakah kau diutus untuk mengawasiku?" Saudara yang ahli ibadah pun menimpali, "Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu. Allah tidak akan memasukkanmu ke surga."
Cerita ini tertuang dalam sebuah Hadis shahih yang diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad. Di ujung, Hadis tersebut melanjutkan, tatkala keduanya meninggal dunia, keduanya pun dikumpulkan di hadapan Allah subhanahu wata'ala.
Kepada yang sungguh-sungguh beribadah, Allah mengatakan, "Apakah kau telah mengetahui tentang-Ku? Apakah kau sudah memiliki kemampuan atas apa yang ada dalam genggaman-Ku?"
Drama keduanya pun berlanjut dengan akhir yang mengejutkan. "Pergi dan masuklah ke surga dengan rahmat-Ku," kata Allah kepada si pendosa.
Advertisement
Hikmah
Sementara kepada ahli ibadah, Allah mengatakan, "(Wahai malaikat) giringlah ia menuju neraka."
Kisah di atas menyiratkan pesan kepada kita untuk tidak merasa paling benar untuk hal-hal yang sesungguhnya menjadi hak prerogatif Allah. Tentu beribadah dan meyakini kebenaran adalah hal yang utama.
Tapi menjadi keliru tatkala sikap tersebut dihinggapi takabur dengan menghakimi pihak lain, apakah ia bahagia atau celaka di akhirat kelak.
Sebuah kata bijak menyebutkan, “Perbuatan dosa yang membuatmu menyesal jauh lebih baik ketimbang beribadah yang disertai rasa ujub.”
Tentang etika dakwah, Islam pun mengajarkan bahwa tugas seorang mubaligh sebatas menyampaikan, bukan mengislamkan apalagi menjanjikan kenikmatan surgawi.
Vonis terhadap orang ini-itu sebagai golongan kafir atau bukan, masuk neraka atau surga, sangat tidak dianjurkan karena melangkahi Rabb, penguasa seluruh ciptaan.
Islam menekankan umatnya muhasabah atau koreksi diri sendiri daripada mencari kesalahan pribadi orang lain yang belum tentu lebih buruk di hadapan Tuhan. (sumber: NU Online)
Tim Rembulan