Sukses

Bulan Sya’ban: Keutamaan Berpuasa dan Ibadah Malam Nisfu Sya’ban

Bulan Sya’ban memiliki banyak keutamaan. Rasulullah dalam hadis riwayat ‘Aisyah menganjurkan agar memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban.

Liputan6.com, Jakarta - Tak terasa kita telah memasuki bulan Sya’ban. Rasulullah SAW menyampaikan bahwa bulan Rajab adalah bulannya Allah SWT, sedangkan bulan Sya'ban adalah bulannya Rasulullah, sementara bulan Ramadhan merupakan bulannya umat Nabi Muhammad SAW. 

Pada umumnya ketika menyambut bulan Sya’ban, umat Islam mempersiapkan diri untuk melakukan berbagai macam amalan ibadah. Kehadiran bulan Sya’ban juga identik dengan persiapan menyongsong bulan suci Ramadhan. 

Bulan Sya’ban memiliki banyak keutamaan. Rasulullah dalam hadis riwayat Aisyah menganjurkan agar memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan lainnya.  

Aisyah menyebut Rasulullah berpuasa sebulan penuh disambung dengan bulan Ramadhan sebagaimana diriwayatkan melalui jalur Abu Salamah maupun dari jalur Abdullah bin Abi Qays.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Berpuasa Sesuai Kemampuan

Mengutip dari laman Muhammadiyah, kendati Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan umat Islam berpuasa. Nabi juga mewanti-wanti umat Islam untuk memahami kemampuan dirinya dalam mengadakan puasa sunnah sehingga tidak berlebihan, bahkan cenderung memaksakan sekiranya kondisi tidak memungkinkan.

Hal tersebut penting untuk diperhatikan sebab di bulan Ramadhan seorang muslim diwajibkan berpuasa penuh selama 30 hari. Jika melaksanakan puasa penuh di bulan Sya’ban, dikhawatirkan seseorang merasa bosan dan terganggu keikhlasan dalam menjalankannya.

“Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian mendahului puasa Ramadhan dengan melakukan puasa sehari atau dua hari (sebelumnya), kecuali seseorang yang terbiasa berpuasa (dan waktu kebiasaan puasanya itu jatuh) pada hari itu, maka silahkan dia berpuasa pada hari itu,” demikian penjelasan Nabi dalam hadis riwayat Abu Hurairah RA.

Sementara itu untuk ibadah khusus di malam Nisfu Sya’ban, bahwa Muhammadiyah tidak mengenal ibadah khusus meski terdapat banyak hadis yang menyinggung keutamaan malam itu. Umat muslim boleh melakukan ibadah apapun tanpa mengkhususkan satu bentuk ibadah tertentu.

“Kan banyak tradisi kalau malam Nisfu Sya’ban berkumpul di masjid lalu baca Yasin sekian, itu tidak pernah disyariatkan ada acara semacam itu, tapi bagi sebagian ulama itu adalah malam yang di mana diangkat semua pahala, sehingga kita sebaiknya memperbanyak amal,” tutur Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah Agus Tri Sundani

Dari hadis Abu Tsa’labah dan Abu Musa, Rasulullah menyebutkan bahwa Allah memberi ampunan di malam Nisfu Sya’ban kecuali bagi orang musyrik dan pendengki.

“Sekali lagi, peringatan-peringatan itu dalam Muhammadiyah memang tidak ada acara-acara khusus, tapi yang jelas amalan yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah adalah memperbanyak puasa, karena memang kita bersiap menjalani Ramadhan,” pungkasnya.