Liputan6.com, Jakarta - Pro kontra pembangunan gedung raksasa berbentuk kubus, Mukaab terus bergulir di dunia maya. Kelompok kontra menganggap gedung itu mirip atau dimirip-miripkan dengan ka'ba, sebuah situs suci umat Islam sedunia.
Bagi muslim, situs suci itu memang sangat berarti. Sepertinya, seluruh umat Islam di dunia berkeinginan untuk tawaf mengelilinginya. Ka'bah juga menjadi bagian penting ritus haji atau umrah.
Baca Juga
Tak aneh jika jika ada yang membuat bangunan mirip Ka'bah akan dianggap terlampau ambisius. Orang akan dikritik lantaran memirip-miripkan desain bangunan dengan situs tersuci muslim sedunia itu.
Advertisement
Tak terkecuali Pangeran Mohammed bin Salman, putra mahkota Arab Saudi, sosok di balik Mukaab. Pasalnya, bangunan ini dinilai hendak menyaingi Ka'bah.
Sebagai bentuk sindiran, The Mukaab bahkan disebut sebagai Ka'bah baru.
Polemik yang bergulir di dunia maya ini tak urung menuai perhatian oleh ais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-Selandia Baru, Profesor Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir.
“Terlalu lebay kalau ada yang beranggapan demikian, hanya karena bentuknya kubus seperti Ka’bah,” ungkap Gus Nadir dikutip dari NU Online, Jumat (24/2/2023).
Dari segi ukuran bangunan, Ia mengatakan Mukaab jelas lebih luas dan lebih tinggi (400 meter) dengan kapasitas yang disebut bisa memuat 20 gedung pencakar langit itu. Mukaab juga nantinya bakal jadi ikon pariwisata dan bisnis di Arab Saudi, untuk bersaing dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar.
“Mukaab dibangun dengan niat seperti itu. Bukan niat ibadah atau menyaingi Ka’bah. Jadi nggak ada hubungannya seolah mau bikin Ka’bah kedua. Jauh banget lah, tuduhannya,” papar Dosen Senior Monash University Australia tersebut.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Persaingan di Dunia Arab
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Arab memang tengah berlomba membangun gedung termegah dan tertinggi di muka bumi. Hal ini jelas dari pembangunan Abraj al-Bait (Makkah Tower) yang dibangun di depan Masjidil Haram dan menjadi bangunan tertinggi nomor 3 di dunia dan jam terbesar di dunia.
“Lihat pula Burj Khalifa di Dubai yang menjadi gedung tertinggi di dunia. Megah!” tutur putra Prof KH Ibrahim Hosen itu.
Arab Saudi, sambungnya, tengah berambisi untuk menggenjot pemasukan melalui sektor pariwisata tidak hanya bersumber dari haji dan umrah semata.
“Arab Saudi merasa mereka nggak bisa lagi cuma mengandalkan haji atau umrah dan wisata spiritual. Mereka hendak menarik turis dan pebisnis yang selama ini lebih memilih pelesiran ke UAE atau Qatar,” ungkapnya.
“Seperti Indonesia yang punya Monas, UAE yang punya Burj al-Khalifa, India yang punya Taj Mahal, atau Amerika yang punya Patung Liberty. Saudi juga mau bikin ikon untuk pariwisata dan bisnis,” tutupnya.
Tim Rembulan
Advertisement