Sukses

Kisah Rasulullah SAW Jadi Orang Tersibuk di Hari Kiamat, Ini Penyebabnya

Rasulullah SAW menjadi orang yang tersibuk di Padang Mahsyar, sebuah hamparan tempat berkumpulnya manusia usai dibangkitkan setelah hari kiamat

Liputan6.com, Jakarta - Dikisahkan dalam berbagai riwayat, semua orang sibuk memikirkan nasibnya masing-masing pada hari kiamat, tepatnya di Padang Mahsyar, sebuah tempat yang disediakan untuk mengumpulkan miliaran manusia sepanjang zaman.

Mereka khawatir dengan nasibnya pada yaumul hisab. Mereka sibuk mencari perlindungan.

Alkisah, tatkala Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi Isa alaihimus salam angkat tangan saat dimintai syafaat oleh orang-orang mukmin di Padang Mahsyar, Rasulullah SAW justru menjadi satu-satunya nabi yang mampu memenuhinya.

Bahkan, ketika sudah berada di dalam surga sekalipun, beliau masih sibuk memikirkan umatnya, bahkan terus memohon kepada Allah agar bisa menolong mereka. Termasuk mereka yang sudah berada dalam siksa bara Jahannam.

Demikian seperti yang digambarkan dalam hadis Rasulullah SAW berikut ini:

Pada hari kiamat, orang-orang mukmin datang menemui Adam As dan berkata, ‘Allah telah memerintah para malaikat bersujud kepadamu, maka mintalah kepada Allah syafaat untuk kami.

Namun, Adam meminta kami (orang-orang mukmin) beranjak dari tempat kami seraya berkata, ‘Di sini aku tak bisa memenuhi permintaan kalian. Maka pergilah kepada Nuh.’ Namun, Nabi Nuh As juga memberi jawaban yang sama, ‘Di sini aku tak mampu memenuhi permintaan kalian.’ 

Orang-orang mukmin tetap bertahan di sana hingga diperintahkan menemui Khalilullah Ibrahim As. Mereka lalu menemuinya. Namun Ibrahim As menjawab, ‘Di sini kami pun tak mampu memenuhi permintaan kalian. Maka datanglah kepada Nabi Isa As sebab ia adalah roh dan kalimat Allah.’ Mereka lalu menemui Nabi Isa As, namun ia berkata, ‘Di sini aku tidak mampu memenuhi permintaan kalian, maka datanglah kepada Nabi Muhammad Saw sebab ia telah diampuni doanya, baik dosa terdahulu maupun dosa yang akan datang,’” (HR Khuzaimah).

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Besarnya Perhatian Nabi kepada Umatnya

Namun hal itu bukan sesuatu yang kebetulan karena Rasulullah SAW memang rasul yang memiliki perhatian besar terhadap keselamatan umatnya. Bahkan, tatkala diberi pilihan oleh Allah, antara memilih separuh umatnya masuk surga dengan syafaat, maka Rasulullah SAW memilih syafaat. Sebab cakupan syafaat lebih luas dan menjadi hak setiap muslim yang beriman.

Demikian seperti yang diungkapkan dalam salah satu hadisnya, di mana beliau bersabda. “Apakah kalian tahu apa yang dipilihkan Tuhanku malam ini?” Para sahabat menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya Dia memberi pilihan kepadaku antara separuh umatku masuk surga dengan syafaat, maka aku memilih syafaat,” (HR ath-Thabrani).

Bahkan, tiket doa mustajab Rasulullah saw dipersiapkan untuk mensyafaati umatnya di akhirat. Padahal, doa mustajab nabi-nabi yang lain sudah dipergunakan sewaktu di dunia, sebagaimana dalam hadis berikut:

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا، وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي فِي الآخِرَةِ

Artinya, “Setiap nabi memiliki doa mustajab yang dapat dipergunakannya. Namun, aku ingin menyimpan doa (mustajab)-ku untuk memberi syafaat kepada umatku di akhirat,” (HR Al-Bukhari).

Pertanyaannya, siapakah umatnya yang kelak akan mendapatkan syafaatnya? Pertanyaan ini penting dijawab agar kita bersungguh-sungguh pada saat ini memperjuangkan tercapainya syafaat Rasulullah SAW di akhirat kelak. Secara umum, syarat utama mendapatkan syafaat Rasulullah saw. adalah tiga. Yang pertama adalah meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah. Syarat yang kedua adalah meninggal dalam keadaan membawa keimanan walaupun hanya sebesar biji sawi.

Sungguh beliau nabi yang paling sibuk di akhirat dan sangat peduli akan keselamatan umatnya. Beliau rela menyimpan doa terbaiknya demi bisa menolong umat dari prahara akhirat. Semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafaatnya kelak. Wallahu a’lam.

(Sumber: Tulisan Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat, di NU Online).

Tim Rembulan