Sukses

Adana, Kota Makmur di Tepi Sungai Surga Seihan yang Diperebutkan Imperium Kuno

Sungai Seihan mengalir menuju Kota Adana, satu-satunya permukiman yang berada di dekat sungai itu. Beberapa jembatan dan kaki-kaki jembatan membelah sungai di Adana

Liputan6.com, Jakarta - Sungai Seihan menjadi salah satu sungai yang disebut Nabi Muhammad SAW bersumber dari surga. Karenanya, banyak yang menyebut Seihan sebagai sungai surga, sebagaimana Sungai Nil, Eufrat dan Jaihan

"Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, Seihan, Jeihan, Nil, dan Eufrat, semuanya adalah sungai-sungai surga.” (HR Muslim).

Mengutip Wikipedia, Sungai Seihan atau Sihun adalah sungai terpanjang di Turki yang mengalirkan air hingga Laut Mediterania. Sungai itu membentang sepanjang 560 kilometer dari mata air yang terdapat di Pegunungan Tahtali, Provinsi Sivas dan Kayseri, di Pengunungan Ante Toros, hingga ke Laut Mediterania melalui sebuah delta yang luas.

Anak sungai utamanya adalah Zamanti dan Goksu yang  bertemu dan bersatu di Aladag, Adana, dan kemudian membentuk Sungai Seihan. Sungai Zamanti berasal dari Dataran Tinggi Uzun di Pinarbasi, Kayseri, dan melewati Tomarza, Develi, dan distrik Yahyali dari Kayseri. Pada zaman kuno, sungai itu biasa disebut Sarus dan datarannya dinamakan Cilician.

Penyebutan sungai Seihan sebagai sungai yang bersumber dari surga menunjukkan bahwa sungai yang membelah Turki ini istimewa. Salah satunya, bahwa sungai Seihan melahirkan peradaban kuno yang masih bertahan hingga hari ini.

Sungai Seihan mengalir menuju Kota Adana, satu-satunya permukiman yang berada di dekat sungai itu. Beberapa jembatan dan kaki-kaki jembatan membelah sungai di Adana. Di kota itu terdapat sebuah Jembatan Batu yang dibuat dari abad ke-4 M. Sungai itu bertemu dengan Laut Mediterania di Cape Deli.

Adana merupakan kota terbesar keempat di Turki. Kota itu adalah ibu kota Provinsi Adana, Turki. Kota itu dikenal sebagai pusat pertanian dan perdagangan. Terletak di pinggir Sungai Seihan, Kota Adana menjadi wilayah yang subur. Kota itu terletak sekitar 30 kilometer dari Laut Mediterania, tepatnya di selatan pusat Anatolia.

Jumlah penduduk di provinsi itu mencapai 1,6 juta jiwa dan menjadikannya sebagai kota berpenduduk terbesar kelima di Turki.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Riwayat Adana Jadi Rebutan Kerajaan-Kerajaan Kuno

Mengutip Republika, Nama kota Adana berasal dari Uru Adaniya, sedangkan sumber lain menybutkan nama sungai itu berakar dari karakter Danaus yang legendaris, atau Danaoi, sebuah suku mitologi Yunani yang datang dari Mesir dan menetap di Kota Yunani Argos.

Dalam legenda Romawi-Yunani, nama kota di tepi sungai yang disebut dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim itu berasal dari  nama Adanus dan Sarus. Keduanya adalah anak Uranus yang datang ke dekat Sungai Seihan atau Sarus. Lalu, mereka membangun Kota Adana.

Menurut para arkeolog, Kota Adana telah dihuni sejak 3.000 tahun yang lalu. Wilayah yang berada di tepi Sungai Seihan itu telah dijadikan tempat menetap mulai Zaman Paleolitik Age. Kalangan arkeolog juga menemukan fakta bahwa di Zaman Neolitik, di wilayah itu sudah dibangun dinding batu dan pusat kota.

Sejak zaman dahulu, Kota Adana menjadi rebutan kerajaan-kerajaan besar. Menurut sebuah sumber sejarah yang ditemukan di Hattusa, kerajaan pertama yang menguasai kota itu adalah Kizzuwatna, di bawah perlindungan Kerajaan Hittites pada 1335 SM.

Ketika itu, wilayah itu masih bernama Uru Adaniyya dan penduduknya disebut Danuna. Semenjak Kekaisaran Hittite Empire tumbang pada 1191-1189 SM, kota itu menjadi rebutan kerajaan-kerajaan kecil. Sejumlah kerajaan kecil pernah menguasai wilayah itu, antara lain, Kue Assyrians pada abad ke-9 SM, Persia abad ke-6 SM, Alexander Agung pada 333 SM, perompak dari Sicilia, dan Kerajaan Sicilia.

Peradaban Islam mulai menancapkan bendera kekuasaannya di Kota Adana pada pertengahan abad ke-7 M. Pada zaman itu, Adania berada dalam genggaman pasukan tentara dari Arab.  Kerajaan Bizantium sempat merebut kota itu dari kekuasaan Islam pada 964 M.

 

3 dari 3 halaman

Perang Salib hingga Jadi Wilayah Turki

Namun, kota itu kembali direbut pasukan tentara Islam setelah Alp Arslan dari Dinasti Seljuk memenangkan pertempuran Manzikert pada 1071 M. Pasukan tentara Seljuk yang ketika itu mengendalikan pemerintahan Abbasiyah, setelah jatuhnya Dinasti Buwaihi, berhasil memukul mundur Kerajaan Bizantium. 

Selama 28 tahun, Kota Adana berada dalam kendali dan kekuasaan Dinasti Seljuk. Hingga pada 1097, kota itu direbut oleh pasukan tentara Perang Salib pada 1097. Pada 1132,  wilayah itu direbut oleh pasukan Kerajaan Armenia di Sicilia yang dipimpin Raja Leo I.

Kerajaan Bizantium kembali menguasai Kota Adana pada 1137 M. Kerajaan yang berpusat di Sicilia kembali merebut wilayah itu pada 1170 M. Pada 1268, Kota Adana sempat diluluhlantakan oleh bencana gempa bumi. Bangunan-bangunan di kota itu sempat hancur.

Kota Adana dibangun kembali oleh Kerajaan Sicilia hingga 1359. Wilayah itu kembali menjadi bagian dari kekuasaan Islam setelah Konstantinus III menyerahkannya kepada Sultan Mamluk di Mesir sebagai imbalan untuk memperoleh perjanjian damai. Sejak saat itu, Kota Adana berada di bawah kendali Dinasti Mamluk.

Pada zaman kekuasaan Mamluk, banyak keluarga yang berasal dari Turki datang dan menetap di kota itu. Salah satunya adalah keluarga Ramazanoglu. Keluarga itu memerintah Adana sebagai perwakilan Dinasti Mamluk. Kekuasaan Mamluk di Adana berakhir ketika Kesultanan Turki Usmani mencaplok wilayah tersebut.

Tim Rembulan