Sukses

Saat Masjid Jadi Objek Wisata, Peringatan Rasulullah Bahwa Kiamat Sudah Dekat

Kini banyak masjid yang dibangun dengan megah. Selain fungsinya sebagai sholat dan ibadah lain, ada pemanfaatan lain yang sebenarnya telah diperingatkan Rasulullah SAW, yakni untuk wisata yang merupakan tanda kiamat

Liputan6.com, Jakarta - Kini banyak masjid yang dibangun dengan megah. Selain fungsinya sebagai sholat dan ibadah lain, ada pemanfaatan lain yang sebenarnya telah diperingatkan Rasulullah SAW, yakni untuk wisata.

Di Indonesia dan bahkan dunia, kini banyak masjid yang dimanfaatkan juga sebagai objek wisata. Lantaran bunyinya wisata religi, banyak pula umat Islam yang mengunjunginya.

Dari sisi manfaat, wisata ke masjid adalah upaya untuk meningkatkan iman. Mendekat ke masjid, diartikan sebagai jalan untuk meningkatkan ketakwaan.

Orang-orang lantas berbondong-bondong mengunjunginya. Beberapa di antaranya bahkan dengan bangga mengunggahnya di media sosial, meski dia sendiri, mungkin saja, tak menyempatkan beribadah di masjid tersebut.

Sementara, di sisi lain Rasulullah SAW telah memperingatkan bahwa salah satu tanda kiamat adalah jika masjid dianggap sebagai jalanan. Artinya, orang-orang sambil lalu, tanpa menjalankan fungsinya sebagai tempat ibadah. 

Mengutip islampos.com, dari Ibnu Mas’ud berkata bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya salah satu tanda kiamat adalah bila masjid-masjid dianggap sebagai jalanan.”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa: “Kiamat tidak akan terjadi sehingga orang-orang bermegah-megahan dengan masjid-masjid.” (HR. Ahmad).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Ironi Masjid Megah

Masih dari laman yang sama, ketika masjid telah dihias sedemikian rupa hingga membuat setiap mata yang memandangnya terkagum-kagum, maka secara perlahan peran dan fungsi masjid telah bergeser menjadi semacam tempat hiburan dan rekreasi.

Sesungguhnya Allah SWT menjadikan masjid sebagai tempat untuk beribadah (shalat dan dzikir) kepada-Nya. Sehingga orang-orang yang mendatanginya adalah mereka yang memiliki kerinduan kepada Allah dan melampiaskan kerinduannya dalam bentuk sujud dan rukuk.

Hanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yang berhak untuk memakmurkan masjid dengan shalat dan dzikir. Selain mereka tentu enggan untuk melakukannya.

Maka, menjadi sangat wajar jika kedatangan orang-orang yang hanya ingin sekedar ‘melihat-lihat’ kemegahan masjid, jauh dari sifat mulia dan tidak akan mampu memakmurkan masjid.

Kedatangan para ‘pelancong masjid’ layaknya para artis yang berkunjung ke sebuah tempat hiburan. Kekaguman mereka bukan ditujukan kepada Allah yang telah memberikan berjuta-juta kenikmatan kepada mereka, melainkan kagum kepada arsitek dan perancang masjid yang dibangun.

Kesibukan para wisatawan bukan pada ibadah apa yang terbaik jika berada di dalam masjid, melainkan pada; berapa biaya yang dihabiskan untuk membangun masjid, siapa desainer dan perancangnya, bahan apa saja yang digunakan dalam pembangunan, dan beragam pertanyaan yang sama sekali tidak berhubungan dengan ibadah.

Yang pertama kali dilakukan para wisatawan bukan melakukan shalat sunnah tahiyyatul masjid dua rakaat, akan tetapi yang mereka lakukan adalah mengeluarkan kamera digitalnya untuk memotret seluruh ruangan masjid dan berpose di beberapa sudut masjid. Ironis.

Jika kita perhatikan saat ini banyak masjid dibangun dengan megah dan luas, akan tetapi setiap kali shalat berjamaah dilaksanakan kadang hanyasatu shaf saja yang terisi penuh. Apalagi jika tiba waktu shalat Shubuh, satu shaf pun tidak penuh, hanya satu sampai lima orang saja yang mengisishaf terdepan.

Jangankan masjid yang luas, musholla pinggir rumah pun yang berukuran 3x5 meter terkadang sering terabaikan dan jarang diisi oleh warga yangshalat berjamaah. (Sumber:islampos.com)

Tim Rembulan