Liputan6.com, Jakarta - Rasulullah SAW menyebut ada empat sungai yang berasal dari surga. Keempat sungai tersebut, yakni Sungai Nil, Eufrat, Jaihan dan Sungai Seihan.
"Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, Seihan, Jeihan, Nil, dan Eufrat, semuanya adalah sungai-sungai surga.” (HR Muslim).
Keempat sungai yang disebut berasal dari surga itu tentu sangat istimewa. Peradaban-perabadan besar lahir di tepian sungai legendaris ini.
Advertisement
Baca Juga
Kali ini, kita tidak akan membicarakan soal sungainya, namun soal negara di mana dua sungai istimewa itu mengalir, yakni Mesir dan Turki.
Mesir dan Turki beruntung karena dilintasi Sungai Surga. Di Mesir, mengalirkan Sungai Nil. Sementara, Sungai Seihan berhulu di dari anak bukit Anadolu di Pegunungan Ante Toros, melewati Adana, dan bermuara di Laut tengah, di timur laut Teluk Iskandarun.
Yang istimewa, dua negara yang dialiri Sungai Surga ini merupakan negara yang melahirkan penghafal Al-Qur'an di atas rata-rata negara lainnya. Bahkan, Mesir hingga saat ini masih menjadi negara yang menghasilkan hafidz/hafidzah terbanyak tiap tahun.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Mesir dan Turki
Mengutip nu.or.id, Turki setiap tahun mencetak sekitar 5.000 huffadz. Tentu ini prestasi yang membanggakan mengingat sistem pemerintahan sekuler yang diterapkan selama bertahun-tahun.
Setelah suksesi kekuasaan, Turki beranjak menjadi negara yang kembali 'islami'. Bahkan kini Turki juga banyak membuka beasiswa perguruan tinggi ke seluruh dunia, termasuk untuk mahasiswa dan pelajar Indonesia.
Yang spektakuler adalah Mesir. Negeri yang juga dikenal dengan Firaun-nya ini merupakan negara dengan jumlah penghafal Al-Qur'an terbanyak di dunia.
Sekitar 12,3 juta atau 18,5 persen dari total 67 juta jiwa di Mesir hafal Al-Qur'an. Bahkan, ada yang menyebutnya 20 persen penduduk hafidz Al-Qur'an.
Mesir memang sangat terkenal kehebatan para qari’ dan Huffazh besar. Dikutip dari bertuahpos.com, dunia Islam 50 tahun lalu sudah mengenal nama besar para qari dan Huffazh dari Mesir. Diantaranya Syaikh Muhammad Rif’at, Ahmad Isa Al – Mi’sharawi, Abdul Basith Abdus Shamad, Muhammad Shiddiq Al Minsyawi, Mahmud Ali Al-Bana, dan Muhammad Khalil Al-Hushari.
Mereka ‘merajai’ radio Mesir, Timur Tengah dan dunia Islam. Tilawah mereka yang lancar nan indah, sesuai kaidah tajwid, dan khusyu’ menjadi jadwal harian radio – radio d hampir semua negara Arab dan dunia Islam pada masanya.
Itulah mengapa, para qari dan huffazh dari Mesir dianggap termasuk pelopor tahfizh, tilawah mushaf murattal dan mushaf mujawwad di dunia Islam. Pada waktu itu, mereka lebih dari lima puluh tahun mendahului para qari dan huffazh dari Arab Saudi, Kuwait dan negara – negara Arab lainnya.
Para qari’ dan Huffazh senior Mesir telah menjadi panutan tahfizh dan tilawah dunia Islam, lebih dari lima puluh tahun sebelum kemunculan Syaikh Ali Al-Hudzaifi, Muhammad Ayyud, Abdurrahman As-Sudais, Su’ud Asy-Syuraim, Sa’ad Al-Ghamidi, Abdullah Al-Mathtrud, Abu Bakar Asy-Syathiri, Hani Ar-Rifa’i, Ahmad Al-Ajmi, Muhammad Al-Muhaisini, Musyari Rasyid Al-Afasi, atau Fahd bin Salim Al-Kandai di Timur Tengah.
Tim Rembulan
Advertisement