Sukses

Golongan yang Merangkak Saat Menyeberang Jembatan Shiratal Mustaqim

Buya Yahya mengatakan, setelah melewati masa panjang di Padang Mahsyar, manusia akan menyeberang jembatan Shiratal Mustaqim menuju surga. Jembatan yang terbentang di atas neraka ini akan dilewati oleh seluruh manusia.

Liputan6.com, Jakarta - Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah (LPD) Al Bahjah Cirebon KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya mengatakan, setelah melewati masa panjang di Padang Mahsyar, manusia akan menyeberang jembatan Shiratal Mustaqim menuju surga. Jembatan yang terbentang di atas neraka ini akan dilewati oleh seluruh manusia.

“Orang yang masuk surga tanpa hisab tetap melewati dan nabi melewati. Bedanya mereka melewati seperti kilat,” katanya dikutip dari tayangan YouTube Al Bahjah TV, Selasa (21/3/2023).

Jembatan Shiratal Mustaqim digambarkan lebih lembut dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Abu Sa’id Radhiyallahu anhu berkata, “Sampai kepadaku kabar bahwa shirâth itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” (Shahih Muslim 1/117).

Para ulama memaknai maksud dari Shiratal Mustaqim lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang adalah begitu susahnya melewati jembatan tersebut, khususnya bagi orang yang ahli maksiat. 

“Akan tetapi, itu semua akan melebar dan mengecil sesuai dengan amal baik masing-masing,” kata Buya Yahya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Berjalan Kilat hingga Merangkak

Orang-orang yang melewati Shiratal Mustaqim macam-macam modelnya. Ada yang berjalan kilat, berlari, berjalan, hingga merangkak. Golongan yang merangkak menurut Buya Yahya adalah yang banyak dosanya.

“Dikatakan bahwasanya orang-orang kedip mata saja sudah lewat seperti kilat. Ada yang seperti angin lewat berhembus. Ada yang berlari kaya orang berlari, ada yang berjalan, merangkak,” terang Buya Yahya.

“Bayangkan, biar pun gak kecebur ke neraka, kalau merangkak ribuan tahun ya capek. Biasanya kalau banyak dosanya,” lanjutnya.

Jika ingin berjalan kilat, maka siapkan bekalnya saat ini. Buya Yahya berpesan agar segera meninggalkan kemaksiatan dan meminta ampun kepada Allah SWT supaya tidak membebani saat menyeberang Shiratal Mustaqim.

“Nanti gak ada lagi kesempatan untuk (menyiapkan) bekal. Semuanya minta dikembalikan. ‘Ya Allah aku pengen (balik) ke duniamu, (mengerjakan) amal baik (dan) amal saleh.’ Itu hanya bualan saja,” tutur Buya Yahya.