Sukses

Kisah Malaikat Maut Izrail Menangis Usai Mencabut Nyawa Kekasih Allah SWT

Tak dipungkiri, Malaikat Maut tergambar sebagai sosok yang menyeramkan dan 'raja tega'. Sebab, pekerjaannya adalah mencabut nyawa. Tapi ternyata Malaikat Izrail juga pernah menangis usai mencabut nyawa kekasih Allah

Liputan6.com, Jakarta - Tak dipungkiri, Malaikat Maut tergambar sebagai sosok yang menyeramkan dan 'raja tega'. Sebab, pekerjaannya adalah mencabut nyawa.

Penggambaran Malaikat Izrail yang seram itu memang tak salah. Sebab, dalam Al-Qur'an Malaikat Izrail juga digambarkan menyeramkan, utamanya saat mencabut nyawa orang kafir atau pendurhaka.

وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذْ يَتَوَفَّى ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ۙ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَٰرَهُمْ وَذُوقُوا۟ عَذَابَ ٱلْحَرِيقِ

Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.” (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri). (QS. Al-Anfal : 50).

Namun, perlu diketahui, bahwa cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tidaklah sama. Hal itu tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan.

Bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Allah, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang saleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati.

Namun begitu, peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sakitnya sakaratul maut itu, seperti tiga ratus kali sakitnya tusukan pedang”. (HR. Ibnu Abu Dunya).

Kisah di bawah ini menggambarkan Malaikat Izrail yang penuh dengan peri kemanusiaan. Sosok Malaikat Maut yang mencerminkan bahwa dia adalah makhluk Allah SWT yang penuh dengan kasih sayang.

Ini adalah kisah Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris AS, kekasih Allah SWT, yang disebut Malakal Maut sebagai sahabatnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Malaikat Izrail Bertamu ke Rumah Nabi Idris

Masyhur diriwayatkan, Nabi Idris ‘Alahissalam  adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan shalat sampai puluhan raka’at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris ‘Alahissalam yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit.

Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Allah Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris ‘Alaihissalam di dunia. Lantas, Allah Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail.

Maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu ke rumah Nabi Idris.

“Assalamu’alaikum, yaa Nabi Alloh,” Salam Malaikat Izrail,

“Wa’alaikum salam wa rahmatulloh,” Jawab Nabi Idris ‘Alahissalam.

Nabi Idris ‘Alahissalam sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris ‘Alahissalam melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris ‘Alahissalam mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail.

Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris ‘Alahissalam mengkhususkan waktunya “menghadap” Allah sampai keesokan harinya.

Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris ‘Alahissalam mengajak jalan-jalan tamunya itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.

“Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita,” pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris ‘Alahissalam). “Subhanallah, (Maha Suci Allah)” kata Nabi Idris ‘Alahissalam “Kenapa ?” Malaikat Izrail pura-pura terkejut.

“Buah-buahan ini bukan milik kita”. Ungkap Nabi Idris ‘Alahissalam Kemudian Beliau berkata: “Semalam anda menalak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram”. Malaikat Izrail tidak menjawab.

 

3 dari 3 halaman

Malaikat Izrail Menangis Usai Mencabut Nyawa Nabi Idris AS

Nabi Idris ‘Alahissalam memperhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan? pikir Nabi Idris ‘Alahissalam.

“Siapakah engkau sebenarnya ?” tanya Nabi Idris ‘Alahissalam “Aku Malaikat Izrail”. Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris ‘Alahissalam terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. “Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?” selidik Nabi Idris ‘Alahissalam serius.

“Tidak” Senyum Malaikat Izrail penuh hormat. “Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu”. Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam. “Aku punya keinginan kepadamu”. Tutur Nabi Idris ‘Alahissalam “Apa itu ? katakanlah !”. Jawab Malaikat Izrail.

“Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah Swt untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku”. Pinta Nabi Idris ‘Alahissalam. “Tanpa seizin Allah, aku tak dapat melakukannya”, tolak Malaikat Izrail.

Pada saat itu pula Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris ‘Alahissalam. Dengan izin Allah Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris ‘Alahissalam. Sesudah itu beliau wafat.

Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Allah Swt agar menghidupkan Nabi Idris ‘Alahissalam kembali. Allah mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris ‘Alahissalam hidup kembali.

“Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku?” Tanya Malaikat Izrail. “Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti”. Jawab Nabi Idris ‘Alahissalam. “Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”. Kata Malaikat Izrail.

Begitulah sepenggal kisah sakratul maut yang dialami oleh Nabi Idris ‘Alahissalam. Lalu bagaimana jika sakratul maut itu terjadi dengan kita? Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi sakaratul maut?

Imam Ghozali mengutip atsar Al Hasan mengatakan, “Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Sumber: jabar.kemenag.go.id)

Tim Rembulan