Liputan6.com, Banjarmasin Masyarakat Banjarmasin bersyukur, kembali bertemu dengan Bulan Suci Ramadan 1444 Hijriah. Selain bulan penuh ibadah, budaya penyertanya pun seperti Pasar Wadai (kue) menjadi salah satu momen untuk menikmati kudapan atau kue-kue khas Banjar.
Sejak dahulu beragam kue khas Banjar, disebutkan wadai 40 macam dan sangat langka, kembali ditemukan kue-kue tersebut. Di Pasar Wadai inilah, masyarakat dapat menjumpai beberapa jenis dari 40 macam tersebut.
Pasar Wadai yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menyediakan beraneka macam kue-kue tradisional dan kue kekinian, termasuk juga lauk pauk dan sayuran dapat ditemui. 100 stan (lapak) disediakan dan diisi oleh pelaku UMKM Kalsel di jalan Jenderal Sudirman Banjarmasin.
Advertisement
Baca Juga
Lapak Wadai Hj Jiah menjadi salah satu pedagang yang menyediakan kue-kue basah khas Banjar. Antara lain Bingka, Ipau, Sumapan, Sarikaya Kelapa, Amparan Tatak Pisang, Kararaban, Lapis India, dan Lakatan. Kemudian ada pula agar-agar Pisang, Nangka, Gula Habang, Tapai, serta es segar.
“Senang ulun (saya) bisa berjualan wadai khas Banjar, semua wadai Ini kesenanganku, aku senang makan wadai ini jadi aku katuju (suka) bejualan nang kaya (seperti) ini,” cerita Jiah (73) saat ditemui di Pasar Wadai Pemprov Kalsel, Kamis (23/3/2023).
Dirinya mengaku jika menyukai semua kue-kue khas Banjar. Di balik itu, ada satu kue yang paling digemari di antara kue lainnya yakni Wadai Nyiur Anum (kue kelapa muda).
“Senang ai semuanya, tapi yang paling disenangi ini wadai nyiur anum, itu yang paling hebat, paling nyaman, paling enak, tapi kurang urang tahu,” lanjutnya sambil memperlihatkan wadai Nyiur Anum itu.
Adapun bahan dasar dari wadai dimaksud yakni kelapa muda, santan, telur, gula, tanpa menggunakan air tambahan. Proses memasaknya dengan cara dikukus.
Simak juga video pilihan berikut:
Nyiur Anum Pecah di Lidah
Beberapa wadai khas Banjar dijual dengan cara terpotong atau diiris-iris namun ada yang dijual per loyang. Termasuk wadai Nyiur Anum, dijual dengan per loyang dengan harga Rp 30.000.
“Wadai khas yang ini asli, kada kawa ditatak (tidak bisa dipotong), kalau ini enak banar dan pecah di ilat (lidah), ini kalo memakan ini nyaman banar rasanya endes tuh pang,” tambah Ijah penuh semangat.
Beberapa wadai dijual dengan variasi harga dari Rp 10.000 hingga Rp 20.000 per iris. Bingka Rp 30.000 per loyang, Ipau Rp 20.000 per kotak, lapis india Rp 20.000, sedangkan varian wadai agar-agar Rp 10.000 per iris.
Harga yang diberikan tidak begitu tinggi, ukuran kuenya pun tidak terbilang kekecilan. Kehadiran berjualan di Pasar Wadai membuatnya bersyukur dapat lapak yang diperoleh dengan gratis dari Pemprov Kalsel.
Perempuan paruh baya yang telah bertahun-tahun berjualan kue khas ini, kini dibantu oleh sanak keluarga. Lima karyawan yang membantunya bukanlah orang lain, melainkan anak-anak, menantu dan cucu sendiri.
“Semoga tahun depan dapat kesempatan lagi mengisi pasar wadai ramadan seperti ini, juga bagi pengelola dan kita semua mendapat berkah,” harap Ijah.
Advertisement
Pasar Ramadan Banjarmasin
Sementara itu, Puput salah satu pembeli menyambut gembira dengan hadirnya Pasar Wadai di tahun ini, dia bersama rekannya dapat menemukan beberapa kue khas yang belum pernah dirasakan.
“Mumpung masih Ramadan, jadi banyak jenis kue yang dicoba mungkin bisa coba-coba kue yang masih belum dicoba,” ujar Puput.
Gadis Banjar yang lama tinggal di provinsi tetangga ini pun mengakui jika belum semua jenis kue Banjar sudah dirasakannya. Selain di luar bulan Ramadan kini sudah sulit dijumpai kue-kue tradisional.
Dia pun berharap kiranya kue-kue khas Banjar bisa ditemukan di mana saja dan bahkan di luar bulan Ramadan.