Sukses

Ketahui 3 Ciri Sukses atau Gagalnya Puasa Seorang Muslim

Ramadhan merupakan salah satu bulan yang istimewa dalam Islam. Salah satu kewajiban bagi umat muslim dunia di bulan suci ini adalah dengan menunaikan ibadah puasa.

Liputan6.com, Jakarta - Ramadan merupakan salah satu bulan yang istimewa dalam Islam. Setiap umat Muslim di bulan Ramadhan juga diwajibkan melaksanakan puasa selama satu bulan penuh.

Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan oleh umat muslim dunia. Bulan Ramadan biasanya berlangsung selama 29–30 hari berdasarkan pengamatan hilal dan menurut beberapa aturan yang tertulis dalam hadis.

Dalam bahasa Arab kata shaum atau shiyam diartikan dengan imsak yang berarti menahan. Di dalam Al-Qur'an kata shaum menunjukkan makna lebih umum dibandingkan shaum yang sering digunakan untuk menunjukkan makna yang lebih khusus; yaitu berpuasa dengan menahan makan dan minum.

Kewajiban berpuasa tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Selain itu dijelaskan bahwa puasa juga wajib bagi agama-agama sebelum Islam, dan merupakan cara untuk mencapai taqwa pada Tuhan. Akhir dari bulan Ramadan dirayakan dengan sukacita oleh seluruh muslim di seluruh dunia.

Namun demikian kita tidak dapat mengetahui apakah ibadah puasa yang ditunaikan diterima atau tidak oleh Allah SWT. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir memaparkan beberapa ciri yang menjadi tanda puasa seorang muslim sukses atau gagal. 

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 2 halaman

Takwa Ciri Suksesnya Puasa

Agar ibadah puasa berjalan lancar, Haedar mengajak setiap umat Islam melakukan renungan mendalam agar Ramadan tidak terlewat sia-sia sebagai rutinitas belaka.

"Bulan suci datang setiap tahun. Sudah berapa kali puasa Ramadan. Nanti dihitung, lalu berapa kali (puasa) itu dihitung secara kualitatif, apakah (dengan puasa) kita bertambah kualitas ketakwaan kita," kata Haedar dikutip dari laman Muhammadiyah, Sabtu (25/3/2023).

Dalam Surah Al-Baqarah ayat 183, Allah Ta’ala menurunkan syariat puasa dengan tujuan yang jelas yang mana tujuan akhir dari puasa Ramadan adalah ketakwaan. Hal ini dapat dimaknai bahwa setiap muslim yang mengerjakan puasa dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan akan mencapai derajat takwa.

Ciri orang bertakwa dijelaskan dalam Surah Ali Imran ayat 134. Allah Ta’ala berfirman:

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

"(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran: 134)

Berdasarkan ayat tersebut, ada tiga ciri orang yang bertakwa, yaitu bersedekah di kala lapang dan sempit, menahan amarah, dan memberi maaf. Tiga sifat ini menjadi ukuran kualitatif apakah puasa Ramadan berhasil membentuk ketakwaan.

"Nah, jika itu bisa kita lakukan, maka puasa kita ada peningkatannya. Lebih dari itu, puasa harus membuat kita hidup bersemangat. Cari ilmu juga harus bersemangat. Nanti tambah tadarusnya dan mencari ilmu," tutur Haedar.