Liputan6.com, Tokyo - Umat Muslim di seluruh dunia tengah dipenuhi dengan kegembiraan suasana Ramadhan.
Dengan adanya perbedaan budaya di masing-masing negara, umat Muslim yang menjalankan puasa Ramadhan pun mempunyai cerita pengalaman beragam. Misalnya mengenai durasi puasa yang bervariasi tegantung pada negaranya.
Baca Juga
Di negara Jepang, Muslim harus berpuasa selama 14 hingga 16 jam, sedangkan di negara-negara Asia Tenggara biasanya hanya berlangsung sekitar 12 jam.
Advertisement
Disadur Liputan6.com dari fooddiversity.today, Selasa (4/3/2023), berikut adalah cerita pengalaman umat Muslim yang tinggal di Jepang menjalani puasa Ramadhan.
Sahur
Di Jepang, waktu sahur (makan pagi) berubah tergantung pada musim. Tahun ini, sahur dimulai sekitar pukul 03.00 karena waktu imsak (awal puasa) adalah antara pukul 03.30 hingga 04.00 (waktu mungkin sedikit berbeda tergantung hari).
Mengenai makanan, ada sedikit perbedaan antara orang Muslim Jepang, orang Muslim yang lahir dan dibesarkan di Jepang, dan dengan Muslim dari Asia Tenggara.
Di Asia Tenggara, sahur dianggap sebagai sarapan, sehingga kebanyakan orang makan nasi dan lauk pauk sebagai makanan khas sarapan yang mengenyangkan dalam waktu lama.
Sebaliknya, Muslim Jepang dan Muslim yang lahir dan dibesarkan di Jepang cenderung memilih makanan yang mudah dicerna seperti yogurt, pisang, roti bakar dengan telur. Mereka merasa makanan berat di pagi hari hanya membuat perut terasa berat.
Biasanya makanan tersebut dinikmati dengan susu, smoothie, atau air mineral.Â
Rutinitas sahur selanjutnya sama dengan Muslim lain pada umumnya.
Setelah makan, biasanya dilanjutkan sholat subuh dan sejumlah orang kembali tidur. Namun ada juga yang menghabiskan waktunya membaca Al-Qur'an hingga tiba waktunya berangkat kerja atau sekolah.
Selama Siang Hari Ramadhan
Terlepas dari Ramadhan, jam kerja dan sekolah tetap sama. Kami bangun dan naik kereta juga sama pada waktu biasanya.
Jika ada yang bekerja dari rumah, kami mempersiapkan diri dengan baik sebelum jam kerja dimulai dan bekerja seperti biasa setelah itu. Tidak ada perubahan yang signifikan selain tidak makan dan minum pada siang hari.
Ketika jam istirahat makan siang, kami lebih memilih untuk tidur dan bersiap untuk kerja sore.
Saat berpuasa, biasanya rekan kerja, atasan, dan guru seringkali khawatir akan kemungkinan pingsan. Terutama saat melakukan pekerjaan berat di hari yang sangat panas dan lembab.
Maka dari itu, penting untuk mengetahui batasan diri, bila sudah merasa mencapai batas tubuh atau tidak enak badan, kita bisa berhenti puasa.
Ada baiknya untuk saling memahami antara rekan Muslim di perusahaan atau sekolah.
Advertisement
Iftar
Ketika saatnya berbuka puasa, kebanyakan dari kami menikmati hidangan berbuka antara di tempat kerja atau di rumah.
Rutinitas iftar juga mirip dengan umat Muslim pada umumnya, karena kami juga memilih makanan yang mudah untuk dicerna, seperti kurma dan buah-buahan dengan teh atau air mineral.
Juga, karena waktu buka puasa dan sholat sangat dekat, kami segera melakukan sholat setelah buka puasa dan makan malam setelah itu.
Kalau sedang berbuka puasa di masjid, makanan untuk berbuka biasanya disajikan bersamaan dengan makan malam, seperti nasi briyani, kurma, buah, dengan makanan ringan lainnya.
Jika kita mendapatkan hidangan seperti itu, hal pertama yang dilakukan adalah makan kurma untuk menyelesaikan puasa pada hari itu. Kemudian kami sholat, dan setelah itu baru makan makanan utama.
Namun, karena masjid adalah tempat berkumpulnya umat Islam dari berbagai negara, maka ada juga yang memakan segala sesuatunya sebelum menunaikan ibadah sholat.
Kebiasaan lainnya saat Ramadhan adalah kami suka membawa kurma saat pergi keluar, agar bisa berbuka puasa di manapun kami berada.
Dalam beberapa tahun terakhir, kurma menjadi lebih mudah didapatkan di Jepang. Dibandingkan beberapa tahun yang lalu, harus didatangkan dari luar negeri atau hanya bisa membelinya di toko Halal. Tetapi sekarang bisa dibeli di Amazon dan Kaldi Coffee Farm, yang memiliki cabang di seluruh Jepang.
Makan malam
Untuk makan malam, biasanya orang Jepang memperhatikan jumlah yang dimakan.
Hal ini karena sudah makan saat iftar, dan keperluan untuk menjaga kadar gula darah agar tidak mengantuk saat sholat berikutnya.
Ramadhan meningkatkan rasa syukur tentang "tidak perlu khawatir tentang makanan" dan "bisa makan makanan enak".
Pada Malam Hari
Setelah selesai makan malam, biasanya orang-orang melakukan sholat Tarawih dan membaca Al-Qur'an. Sama halnya dengan umat Muslim di seluruh dunia, lebih banyak sholat, tilawah Al-Quran, dan lain-lain, selama bulan suci Ramadhan.
Tarawih dan pengajian Al-Qur'an lebih banyak dilakukan di rumah sendiri atau bersama keluarga. Berbeda dengan negara-negara mayoritas Muslim yang sholat Tarawih dilakukan secara berjamaah di masjid.
Hal ini karena masjid di Jepang itu jarang dan jauh. Ditambah keesokan harinya harus bekerja atau sekolah, jadi kami hanya bisa pergi pada akhir pekan atau ketika ada waktu.
Karena sholat malam lebih banyak, waktu tidur juga menjadi lebih larut. Waktu tidur sekitar jam 11-12 malam, bangun pagi untuk sahur, lalu memulai aktivitas di siang hari.
Banyak orang Jepang di sekitar terkadang masih salah paham tentang umat Muslim pantang makan atau minum selama sebulan penuh. Itu sebabnya umat Muslim di Jepang mengkomunikasikan tentang Ramadhan dan puasa kepada sesama warga Jepang, sebagai salah satu persiapan dalam menyambut Ramadhan.
Advertisement