Liputan6.com, Jakarta - Suka cita bulan suci Ramadhan tampaknya tak hanya dirasakan oleh umat Muslim saja, di Uni Emirat Arab (UEA), warga non-Muslim juga merasakannya dan malah ikut berpuasa.
Seperti diketahui, memasuki bulan Ramadhan, banyak rutinitas baru yang mulai dijalankan oleh umat Muslim. Tak hanya berpuasa, mereka juga gemar mengadakan buka puasa bersama bahkan sahur bersama jika memungkinkan.
Suasana Ramadhan akan sangat terasa jika tinggal di negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam, bahkan bagi masyarakat non-Muslim sekali pun.
Advertisement
Mengutip Al Arabiya, Kamis (30/3/2023), Jisha Kurian, wanita berusia 40 tahun yang tinggal di Dubai, mengaku bahwa agama bukanlah penghalang baginya untuk ikut berpuasa di bulan Ramadhan juga menikmati suasana dan kemeriahannya.
Walaupun ia beragama Kristen, bersama dengan rekan kerja Muslimnya, ia ikut berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam.
Baca Juga
Kurian, perawat di bagian rawat jalan Rumah Sakit Aster, Qusais, telah berpuasa Ramadhan selama enam tahun terakhir.
Wanita itu mulai tinggal di Dubai pada tahun 2012 dan pertama kali terinspirasi untuk ikut berpuasa adalah ketika ia melihat salah satu seniornya berpuasa walaupun bukan beragama Islam.
“UEA adalah negara yang memperlakukan orang secara setara dengan hormat dan bermartabat,” katanya.
“Jadi, saya pikir ketika saya tinggal di negara ini, saya harus mengikuti tradisi dan budayanya,” tambahnya.
Puasa, Bentuk Penghormatan kepada Rekan Kerjanya
Kurian mengatakan bahwa ia ikut berpuasa untuk menunjukkan bahwa ia menghormati rekan-rekan Muslimnya.
“Saya berpuasa karena saya ingin menghormati keyakinan (agama) lain dan budaya di negara yang saya tinggali,” jelasnya.
Kurian bekerja di lingkungan yang mayoritas rekannya beragama Islam, “Banyak rekan kerja saya adalah seorang Muslim dan mereka semua berpuasa.”
Ia mengaku bahwa sebenarnya berat baginya berpuasa karena pekerjaannya, “Menjadi seorang perawat di bagian rawat jalan, kami harus selalu siap melayani pasien,” katanya.
“Sebagai manusia, tentu kami lelah. Sulit untuk bekerja seharian tanpa makan dan minum,” tambahnya.
Namun, hal itulah yang membuatnya memutuskan untuk berpuasa, Kurian merasa tidak baik untuk mengeluhkan hal tersebut ketika rekan Muslimnya sedang tidak bisa makan dan minum. Bukan hanya dirinya yang lelah, rekannya pun pasti lelah, tetapi mereka tetap berpuasa.
“Jadi, saya memutuskan untuk berpuasa bersama mereka dan berbuka ketika waktu berbuka,” ucapnya.
Advertisement
Manfaat Berpuasa Ikut Dirasakannya
Di bulan suci Ramadhan ini, umat muslim tidak diperbolehkan makan dan minum mulai dari fajar hingga matahari terbenam. Ibadah puasa ini tentunya dapat membuat tubuh terasa lemas dan kurang berenergi.
Namun, Kurian merasa bahwa berpuasa justru membuat tubuhnya terasa lebih sehat, tak hanya itu, menurutnya, “Puasa membantu kita melawan hasrat untuk melakukan sesuatu.”
“Meningkatkan kekuatan mental dan menjernihkan pikiran. Saya merasa bahwa ini mendetoksifikasi pikiran kita dan membawa kepositifan dalam hidup,” tambahnya.
Kurian mengatakan bahwa Ramadhan adalah momen yang diberkati di mana keluarga dan kerabat berkumpul dan bersukacita dengan semangat yang baik.
“Banyak dari rekan kerja saya yang mengundangku datang ke rumah mereka untuk berbuka atau sahur bersama. Menyenangkan untuk bersama keluarga mereka dan menjadi bagian dari kebersamaan ini,” jelasnya.
Hari pertama berpuasa, Kurian berbuka di rumah sakit bersama rekan-rekannya saat bekerja shift malam.
Ketagihan Ikut Berpuasa
Rupanya, Kurian bukanlah satu-satunya non-Muslim yang ikut berpuasa.
Seorang ahli kesehatan dari India berumur 30 tahun, Pranav Prasannakumar, telah berpuasa Ramadhan selama lebih dari lima tahun.
Prasannakumar adalah seorang Hindu yang tinggal di UEA, ia mengatakan Ramadhan adalah kesempatan yang menyatukan orang terlepas dari kasta, keyakinan, atau warna kulit mereka.
Baginya hal itu membawa kedamaian dan kepositifan bagi kehidupan orang-orang.
Manfaat berpuasa pun ikut dirasakannya, “Saya telah berpuasa selama bertahun-tahun sekarang. Saya pribadi merasa puasa Ramadhan membuat saya tenang dan tenang.”
“Ini juga merupakan latihan yang membantu kita mengendalikan pikiran dan melawan keinginan. Itu mendetoksifikasi tubuh dan pikiran kita dan mengubah kita menjadi orang baru di akhir Ramadhan,” katanya.
Ia mendapat inspirasi untuk berpuasa selama Ramadhan dari teman-teman Muslimnya.
Prasannakumar mengaku, awalnya ia hanya ikut-ikutan saja, “Tapi begitu saya menyadari manfaat puasa selama Ramadhan, tidak ada yang bisa menghentikan saya,” tambah Pranav.
Di bulan Ramadhan ini, umat Islam berpuasa selama 29 atau 30 hari dari fajar hingga matahari terbenam.
Advertisement