Sukses

Keseringan Bukber Bisa Gagalkan Diet, Nutrisionis Ungkap Cara Menyiasatinya

Bulan puasa ini, ajakan bukber pasti banyak menghampiri. Namun, ternyata keseringan bukber bisa membuat diet gagal.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahunnya pada bulan puasa Ramadhan, buka puasa bersama (bukber) sudah menjadi kebiasaan umat Muslim. 

Namun, ternyata keseringan bukber bisa menggagalkan diet. Hal ini disampaikan oleh seorang nutrisionis yang juga anggota Dietetic Advisory Board (DAB) Herbalife Nutrition Indonesia, Aria Novitasari.

Bukber itu terkadang bisa termasuk (makan makanan) yang tidak bisa dikontrol,” ungkap Aria kepada Health Liputan6.com saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat pada Selasa, (28/3/2023).

Lebih lanjut, ia mengungkap ada beberapa alasan bukber bisa menggagalkan diet yang dijalankan saat puasa.

Bukber Prasmanan, Porsi Banyak

Menurut Aria, bukber yang bisa menggagalkan diet adalah bukber yang menyajikan makanan secara prasmanan.

“Kalau (bukber) dengan lunch box (kotak makan) ‘kan sudah diporsi, sudah ketakar. Yang sulit itu kalau prasmanan,” jelas wanita lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tersebut.

Sebab, dengan makanan prasmanan, orang cenderung mengambil porsi yang banyak secara tidak sadar, mengutip Aria.

“Kalau di prasmanan ‘kan piringnya lebar-lebar ya, semakin lebar piring, biasanya semakin (tinggi) nafsu untuk memasukkan makanan,” tambahnya.

Untuk mengatasi ini, Aria menyarankan untuk memakai alat makan yang lebih kecil. 

“Kalau misalnya piringnya kecil ‘kan kita jadi (menganggap) ‘Oh, ini (makanan saya kayaknya udah cukup’. Secara visual, kita jadi menganggap sudah cukup,” ia menerangkan.

2 dari 4 halaman

Minuman Bukber Tinggi Kalori

Tak hanya itu, minuman tinggi kalori saat bukber juga bisa bikin diet gagal.

Adapun minuman tinggi kalori berupa sirup, es buah, kolak, es doger, es pisang ijo, dan lainnya. Seperti yang diketahui, minuman-minuman ini adalah hidangan penutup khas bukber.

“Menu buka itu biasanya kalorinya tinggi dari minuman, makanannya juga tinggi. Misalnya, kalau lagi nggak bulan puasa, belum tentu kita minum sirup setiap hari,” terangnya memberi contoh.

Lebih lanjut, Aria juga menegaskan, kalori perlu untuk diporsi tetapi bukan untuk dihindari sepenuhnya.

“Kita bukan berarti menghindari kalori, tapi harus tau batasannya berapa,” ia menambahkan.

 

3 dari 4 halaman

Bukber Kurang Menu Makanan Berserat

Saat sedang bukber, Aria menyarankan untuk mulai makan dengan makanan yang tinggi serat. 

“Misalnya, makan dari menu yang ada sayurnya dulu, buahnya dulu. Makanya, kita saat buka puasa juga disarankan konsumsi kurma dulu,” tuturnya.

Aria menjelaskan bahwa ketika asupan serat sudah terpenuhi, perut bakal kenyang terlebih dahulu. 

“Kalau seratnya sudah cukup, untuk makan selanjutnya, dia akan lebih mengerem,” pungkasnya.

Tidak Olahraga, Lemak Tidak Turun

Aria mengungkap, diet yang tidak disertai olahraga saat bulan puasa juga bisa menggagalkan diet.

Ia juga membeberkan hasil sebuah riset yang mengatakan, turunnya persen lemak sangat mungkin terjadi ketika sedang berpuasa.

“Hasilnya, sangat mungkin terjadi, tapi kalau misalnya diimbangi sama olahraga,” ucapnya.

4 dari 4 halaman

Mau Olahraga Saat Puasa, Sebaiknya Kapan?

Aria juga mengungkap, ada pilihan waktu yang tepat untuk berolahraga saat berpuasa agar tidak lemas.

Pertama, setelah sahur.

“Setelah sahur bisa dilakukan, tetapi pilih olahraga yang ringan,” tutur Aria.

Jenis olahraga ringan bisa dipertimbangkan dari jumlah heart rate (denyut jantung) yang dihasilkan, mengutip Aria.

Kedua, dua jam sebelum buka puasa.

Menurutnya, olahraga bisa dilakukan dengan intensitas sedang saat satu setengah jam sampai dua jam sebelum buka puasa.

“Jadi, kalau menjelang buka puasa kita pilih (olahraga) yang intensitasnya sedang. Boleh mau cardio dance, lari, dan lainnya,” terangnya.

Ketiga, malam setelah buka puasa.

Aria membeberkan, olahraga jenis apa pun dapat dilakukan pada malam hari. Akan tetapi, ia juga mengingatkan untuk memperhatikan jam tidur.

Sebab, tubuh yang masih aktif dapat memicu kurangnya rasa kantuk di malam hari. Oleh karena itu, menurut Aria, penting untuk mengelola dan meluangkan waktu dengan baik.