Liputan6.com, Jakarta Pemain Nantes asal Aljazair Jaouen Hadjam dicoret dari daftar skuad saat timnya menjamu Reims dalam laga lanjutan Ligue 1 pada Minggu (2/4/2023) lalu.
Keputusan ini diambil oleh sang manajer, Antoine Kombouare, menyusul pilihan Hadjam untuk tetap menjalankan ibadah puasa dalam pertandingan Nantes vs Reims.
Baca Juga
“(Soal) Jaouen? Tidak ada kontroversi. Bagi mereka yang berpuasa, saya mendukungnya… (Namun) pada hari pertandingan, Anda seharusnya tidak berpuasa,” ujar Kambouare dalam konferensi pers pasca kekalahan skuadnya dari tim tamu, seperti dilansir dari ESPN.
Advertisement
“Itu bukan hukuman. Saya menetapkan aturan. Itu pilihannya (untuk tetap berpuasa), dan saya menghormati hal itu,” sambung juru taktik berusia 59 tahun tersebut.
Kambouare memang dikenal sebagai salah satu pelatih yang cukup vokal dalam menanggapi ibadah puasa pemain muslim di bulan Ramadan.
Melansir laporan SportBible, Kambouare juga pernah mengutarakan pandangannya terkait puasa dalam pertandingan, kala dirinya masih menukangi Paris Saint-Germain (PSG) pada 2009.
“Saya punya peraturan yang sangat sederhana. Tidak ada masalah jika para pemain berpuasa Ramadan sepanjang minggu. Akan tetapi, saat hari pertandingan, hal itu dilarang,” tuturnya.
“Mereka yang menjalani (ibadah puasa) Ramadan saat haru pertandingan akan tinggal di rumah. Saya tidak mau mengacaukan kesehatan para pemain, atau membuat rekan-tekan setim mereka kesulitan. Saat Anda tidak makan sepanjang hari, itu menjadi rumit,” tambah dia.
Peraturan Federasi Sepak Bola Prancis
Sebelumnya, federasi sepak bola Prancis (FFF) telah lebih dulu menjadi sorotan akibat keputusan yang dibuat bagi para pemain muslim di bulan Ramadan. Laporan mengeklaim asosiasi tersebut enggan memberi jeda buka puasa untuk penggawa saat pertandingan malam.
Dilansir dari Morocco World News, Komisi Wasit Federal (CFA) FFF telah mengirim email imbauan kepada ofisial sepak bola di negara tersebut. Isinya ialah larangan interupsi pada pertandingan sepak bola lantaran dianggap tidak menghormati ketentuan statuta FFF.
Masih merujuk pada laporan yang sama, pihak federasi sepak bola Prancis menyiratkan bahwa mereka melarang adanya penampilan berbau afiliasi politik, ideologis, agama, atau serikat dagang sepanjang pelaksanaan pertandingan dalam turnamennya.
“Lapangan sepak bola, stadion, gimnasium, bukanlah wadah bagi ekspresi politik atau agama, melainkan tempat netralitas di mana nilai-nilai olahraga seperti kesetaraan, persaudaraan, ketidakberpihakan; (sikap) menghormati wasit, diri sendiri, dan orang lain harus berkembang,” tulis Komisi Wasit Federal (CFA) FFF, mengutip pemberitaan Morocco World News.
Advertisement
Dikecam Fans PSG
Keputusan tersebut membuat FFF mendapat kecaman dari fans Paris Saint-Germain (PSG). Melansir laporan Aa.com, kelompok penggemar Les Parisiens, Collectif Ultras Paris, mengecam sikap federasi lewat spanduk kritikan yang sempat mereka bentangkan.
Federasi sepak bola Prancis juga kini dibanding-bandingkan dengan Inggris. Seperti diketahui, otoritas Liga Inggris sebelumnya dilaporkan menerapkan aturan baru demi mengakomodasi ibadah puasa para pemain Muslim.
Ofisial pertandingan di seluruh kompetisi sepak bola negara tersebut diminta untuk memberi jeda bagi pagi para penggawa berbuka puasa saat pertandingan di malam hari.
Dilansir dari Sky Sports News, para ofisial bahkan telah diberi panduan khusus oleh badan perwasitan untuk menyediakan jeda saat laga. Hal ini bakal memberi ruang bagi para pemain muslim untuk berbuka dengan meminum cairan atau gel energi.
Lebih lanjut, ofisial laga juga didorong untuk mengidentifikasi para pemain yang perlu berbuka puasa sejak sebelum kick-off. Jika memungkinkan, mereka dapat membuat kesepakatan terkait waktu yang tepat melakukan hal tersebut.