Sukses

Alasan Muhammadiyah Beli Gereja di Spanyol, Peninggalan Islam Andalusia

impinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur membeli sebuah bangunan di Alcala, sebuah daerah yang berada di sebelah timur laut kota Madrid, Spanyol. Di dalamnya ada gereja yang nonaktif

Liputan6.com, Jakarta - Banyak pihak yang terkejut ketika Ormas Muhammadiyah membeli sebuah bangunan di Spanyol. Sebab, di kompleks bangunan tersebut, ada bangunan gereja

Dalam hal ini Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur membeli sebuah bangunan di Alcala, sebuah daerah yang berada di sebelah timur laut kota Madrid, Spanyol.

Komplek bangunan seluas 3 hektare yang dikabarkan seharga 3 juta Euro ini merupakan peninggalan era Kejayaan Islam di Andalusia. Selain asrama, di dalamnya juga ada sebuah bangunan gereja yang sudah tidak aktif.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kiai Saad Ibrahim membenarkannya. Menurut Saad, ikhtiar itu dilaksanakan pada masa kepemimpinannya di PWM Jatim tahun lalu.

“Di akhir periode kami di PWM Jatim, kami melakukan ar rihlah at tsaqafiyah, rihlah peradaban. Kami ke Turki dan Spanyol. Nah di Spanyol itu ar-rihlah yang mestinya memberikan kegembiraan-kegembiraan justru memberikan kepedihan-kepedihan karena kebesaran Islam sudah tidak lagi menjadi milik kita, di situlah kemudian kita melakukan langkah awal biar pun kemudian di situ kita ada prosesnya panjang karena ini berkaitan dengan dua negara,” ungkapnya, dikutip dari laman muhammadiyah.or.id, Selasa (5/4/2023).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Motivasi PWM Jatim

Usai mengisi Pengajian Ramadan di UHAMKA, Sabtu (1/4), Saad menyebut proses pembelian dan negosiasi itu masih berjalan.

“Sekarang bolanya sudah ada di PWM Jawa Timur,” kata dia.

Motivasi PWM Jatim sendiri, menurut Saad adalah untuk membangkitkan inspirasi dan semangat kaum muslimin agar berani berbuat nyata dalam merengkuh kembali peradaban Islam, tidak sekadar dalam romantisme sejarah saja.

Selain itu, ikhtiar ini dianggap memberikan penegasan bahwa umat Islam, lebih-lebih Muhammadiyah tampil sebagai kekuatan umat dalam mengembalikan peradaban Islam.

“Yang kedua, ini bukan (inisiatif) individual tapi organisasi. Tapi dengan kita katakan (soal pembelian) itu, ini sudah power,” tegasnya.

“Sekali lagi ketika kita omongkan maka itu jadi kekuatan. Saya sering menganalogikan, Pakistan itu akan terlambat (merdeka) jika tahun 1930 Iqbal tidak punya yang namanya dreamland. Dikatakan tahun 1930, nanti baru 17-18 tahun Ali Jinnah yang meneruskan,” pungkas Saad.

Tim Rembulan