Liputan6.com, Kyiv - Umat muslim Ukraina merayakan Ramadhan di tengah perang untuk tahun kedua. Di sebuah masjid dekat garis depan di timur Ukraina, kebanyakan dari mereka yang sholat adalah tentara berseragam kamuflase.
"Saya memohon kepada Allah SWT untuk melindungi masjid kami. Saya memohon kepada Allah SWT untuk melindungi Ukraina... dan menghukum para tiran," ungkap salah satu seorang jemaah, Mullah Murat Suleymanov, seperti dilansir rfi, Jumat (7/4/2023). "Ramadhan adalah bulan kemenangan."
Baca Juga
Banyak jendela dan dinding masjid itu pecah dan retak akibat serpihan peluru. Sebuah roket juga meledak di dekat masjid belum lama ini.
Advertisement
Di antara para jemaah lainnya adalah Said Ismagilov (44), mantan salah satu pemimpin muslim Ukraina. Ketika perang dimulai, dia berhenti dan sekarang bekerja sebagai sopir ambulans dengan sukarelawan paramedis, mengevakuasi tentara yang terluka dari garis depan.
Ismagilov, yang merupakan seorang Tatar, mengatakan bahwa dia merasakan kehendak dan perlindungan Allah SWT di tengah bahaya.
"Ada kalanya ambulans saya penuh dengan pecahan peluru. Alhamdulillah, saya tidak terluka," kata dia.
Tetap Menjalankan Puasa Ramadhan
Ketika invasi Rusia ke Ukraina dilancarkan, Ismagilov menjabat sebagai mufti Religious Administration of Muslims of Ukraine (RAMU) selama 13 tahun. Namun, masjid tempatnya bertugas telah dikosongkan karena banyak yang mengungsi.
Tahun lalu, Ismagilov menghabiskan Ramadhan di Lysychansk, sebuah kota yang mengalami penembakan yang sangat berat sebelum militer Ukraina akhirnya mundur.
Terlepas dari pekerjaannya di masa perang, Ismagilov mengatakan dia masih bisa menjalankan aturan puasa Ramadhan.
"Saya sudah terbiasa menghabiskan Ramadhan dengan perang, jadi tahun ini bukanlah hal baru bagi saya," ungkap Ismagilov. "Saya memiliki semua yang saya butuhkan untuk berpuasa sesuai dengan semua tradisi muslim."
Ismagilov dibesarkan di Kota Donetsk di timur Ukraina. Meskipun dibesarkan di wilayah yang sebagian besar berbahasa Rusia, dia sekarang lebih suka berbicara bahasa Ukraina.
"Saya pikir menjijikkan bila muslim Rusia mendukung perang," katanya
Advertisement