Liputan6.com, Jakarta - Anak-anak yang berusia dibawah enam tahun biasanya belum diwajibkan untuk berpuasa. Namun, selain itu, ada pula anak-anak yang sebaiknya tidak berpuasa.
Lantas, anak dengan kategori seperti apa yang tidak bisa puasa Ramadhan?
Baca Juga
Pertama, anak yang kekurangan gizi. Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengungkapkan bahwa anak yang mengalami malnutrisi butuh nutrisi yang banyak.
Advertisement
Sedangkan, saat puasa, pemberian nutrisi mungkin akan terhambat.
"Anak malnutrisi, dia memang butuh nutrisi yang banyak. Jadi enggak boleh dia diajak puasa. Wong dia sedang kekurangan nutrisi. Oleh karena itu dia harus dicukupi, dipenuhi nutrisinya sampai dia status gizinya bagus, normal lagi, baru nanti bisa diajarkan berpuasa," ujar Piprim dalam media briefing IDAI, Kamis (6/4/2023).
Anak dengan Penyakit Kronis Berat, Harus Gimana?
Piprim menambahkan, yang kedua adalah anak dengan penyakit kronis yang berat. Seperti TBC, kanker, atau diabetes mellitus tipe 1.
"Nah, diabetes mellitus tipe 1 itu ada beberapa panduannya. Itu mesti dikonsultasikan dengan dokternya, seperti apa pola puasa dan pola penyuntikan insulinnya karena anak dengan diabetes tipe 1 ini kan memang gula darahnya naik turun. Ini ada treatment khusus untuk anak-anak yang sakit seperti ini," kata Piprim.
Namun, bagi anak yang dinyatakan sehat, tentunya sah-sah saja untuk berpuasa.
"Secara umum, anak-anak yang sehat oke saja untuk berpuasa. Enggak ada masalah. Anak yang sakit kronis itu memang tidak dianjurkan untuk berpuasa," sambungnya.
Kapan Anak yang Sehat Kuat Berpuasa?
Dalam kesempatan yang sama, Piprim mengungkapkan bahwa manusia sebenarnya sudah dilatih untuk berpuasa sejak bayi. Misalnya, ketika baru lahir, bayi tidak bisa langsung menerima ASI dalam jumlah banyak. Sehingga perlu berpuasa beberapa jam pertama kehidupannya di dunia.
"Sekarang kalau pertanyaannya kapan anak itu kuat berpuasa? Itu akan berbeda-beda. Kalau disebut secara fisik, kuat. Sejak bayi baru lahir dia sudah kuat berpuasa. Tapi karena anak itu sudah tumbuh gede, tergantung pola asuh orangtuanya," ujar Piprim.
"Maka sebetulnya yang menentukan anak itu kuat berpuasa (atau tidak), itu kematangan mental, emosional, spiritual pada anak (yang mana) tergantung pola asuh orangtua," tambahnya.
Piprim mengungkapkan bahwa kebiasaan memanjakan anak, termasuk dalam hal memberikan makanan pun ikut berpengaruh pada kesuksesan berpuasanya.
"Kalau anaknya terlalu dimanja, enggak kuat-kuat dia. Selalu diberi makanan, tidak pernah berhenti makan, ya enggak kuat-kuat. Tapi kalau anaknya diajarkan, pola asuhnya bagus, diajarkan misalkan nih keuntungan berpuasa seperti apa, dan sebagainya, itu anak-anak akan bisa sanggup berpuasa," kata Piprim.
Advertisement
Ajari Anak Puasa Penuh Bisa dari Usia 6-7 Tahun
Piprim menjelaskan, anak yang berusia enam sampai tujuh tahun sendiri sudah bisa berpuasa penuh hingga maghrib. Terutama anak perempuan yang menurut Piprim biasanya lebih cepat kematangan mental, spiritual, dan emosionalnya.
"Bahkan pada usia enam tahun, tujuh tahun (sudah bisa puasa penuh). Apalagi anak-anak yang perempuan, biasanya kematangannya bisa lebih cepat, itu bisa berpuasa sampai maghrib," ujar Piprim.
Lebih lanjut Piprim mengungkapkan bahwa puasa pada anak turut bisa dilakukan sekuatnya anak. Namun, pastikan puasa tersebut tidak terlalu cepat dan lama.
"Berapa lama belajar puasa? Sekuatnya saja. Jangan terlalu sebentar, jangan terlalu lama. (Misal) 'Ayo puasa', buka jam delapan pagi, ya itu mah terlalu cepat," kata Piprim.
"Mungkin sampai dzuhur deh kalau anak-anak TK atau anak SD gitu. Sekuatnya sampai dzuhur misalkan," sambungnya.
Puasa Anak Bisa Disesuaikan dengan Tahap Perkembangannya
Pendapat selaras diungkapkan oleh Ketua 3 Pengurus Pusat IDAI, Dr Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH. Bernie menuturkan, mengajarkan anak berpuasa juga tidak berpacu pada usia anak. Melainkan harus sesuai dengan kesiapannya sendiri.
"Memang tidak ada batasan tertentu (untuk usia). Tapi idealnya, kalau anak itu sudah menunjukkan ketertarikan dan kesiapan untuk berpuasa. Tentunya kita bisa mencoba sesuai dengan tahapan perkembangan anak," ujar Bernie.
"Paling tidak anaknya sudah bisa menginfokan ke orangtuanya atau melakukan sesuatu kalau anaknya ini ingin berbuka, kalau dia tidak kuat. Itu yang paling penting sebenarnya," tambahnya.
Bernie mengungkapkan bahwa saat anak sudah mengenal apa itu puasa dan nampak siap, maka orangtua boleh mulai mengajarkannya. Sedangkan dalam hal usia, pada usia enam hingga tujuh tahun anak biasanya sudah bisa untuk diajak berpuasa.
Advertisement