Sukses

Viral Pengobatan Alternatif Ibu Ida Dayak, Ini Kata LK PBNU

Viral Pengobatan Alternatif Ibu Ida Dayak, Ini Kata LK PBNU

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu terakhir, publik dibikin heboh oleh suguhan pengobatan alternatif yang dilakukan oleh Ida Dayak. Ida Dayak juga populer dengan sebutan Ibu Ida Dayak.

Pemraktik pengobatan alternatif tersebut tampil dengan busana khas Dayak. Tak hanya pakaian, berbagai ornamen khas Dayak, seperti penutup kepala juga dikenakannya.

Segera saja, fenomena ini viral dan menguasai jagat maya. Musababnya, banyak yang sembuh oleh pengobatan alternatif Ida Dayak tersebut.

Ibu Ida Dayak disebut bisa mengobati berbagai penyakit, mulai dari urat, meluruskan tulang bengkok, bahkan penyakit yang berat, seperti stroke. Dia menggunakan minyak yang dipercaya bisa membantu penyembuhan.

Dalam praktik pengobatan alternatifnya, Ida Dayak menari kemudian mengurut (memijat) dengan minyak yang dibawanya tersebut.

Dalam praktiknya, Ida Dayak tak menarik biaya sepeserpun, alias gratis. Inilah yang lantas menarik minat masyarakat luas.

Praktik Ida Dayak ini kemudian memantik perhatian sejumlah kalangan. Salah satunya, Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Respons LK PBNU

Anggota LK PBNU dr Makky Zamzami mengatakan terdapat standar tertentu dalam proses penyembuhan penyakit. Hal ini berlaku bukan saja di dunia kesehatan modern, tetapi juga tradisional. Ini menjadi ukuran bahwa pengobatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

“Untuk mengukur bahwa pengobatan tersebut berstandarisasi dan mempunyai organisasi profesinya masing-masing,” kata dr Makky, dikutip dari NU Online, Minggu (9/4/2023).

Sementara pengobatan alternatif yang ditawarkan Ida Dayak sangat menarik minat masyarakat yang ingin berobat, Makky mengingatkan kembali agar masyarakat memahami tujuan dari pengobatan.

“Apakah pengobatan ini menjadi satu rujukan pengobatan yang bersifat primer atau preventif, ini perlu dipahami oleh masyarakat. Murni untuk penyembuh atau hanya membangun satu pencegahan,” paparnya.

Karena itu, dia meminta agar masyarakat jeli dan kritis ketika mendapati hebohnya suatu upaya penyembuhan penyakit yang dilakukan praktisi pengobatan tradisional. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dr Makky mengingatkan masyarakat untuk memastikan legalitas dari suatu pelayanan kesehatan tradisional.

“Masyarakat bisa melihat prosesnya. Di ranah terapi tulang, misalnya. Saat ini juga banyak sekali pengobatan patah tulang yang bahkan sudah bekerja sama dengan medis seperti Haji Naim. Prosesnya ini sudah turun temurun dari orang tuanya. Lantas, apakah Ida Dayak ini menjadikan proses ilmu yang diajarkan itu tersertifikasi atau karena media sosial,” ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Komentar Lesbumi NU

Masih mengutip laman yang sama, Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Depok, Romo Donny menjelaskan bahwa pengobatan tradisional terkait dalam salah satu dari tujuh unsur budaya, yakni religi, kemasyarakatan dan kekerabatan, ilmu pengetahuan, bahasa, seni, mata pencarian dan ekonomi, serta teknologi.

“Pengobatan tradisional tercakup dalam unsur ilmu pengetahuan, yaitu kemampuan budaya suatu masyarakat dalam mengenali potensi baik sumber daya alam yang ada di wilayah geografis mereka maupun sumber daya manusia terkait kemampuan-kemampuan olah tubuh yang telah mereka kembangkan terkait pertolongan pada pihak-pihak yang sakit,” ungkap Donny.

Tim Rembulan