Liputan6.com, Jakarta Istilah qiyam Ramadhan sering kali diucapkan oleh para kaum Muslimin. Bahkan ada yang mengaitkan antara sholat tarawih dengan istilah Qiyam Ramadhan. Lantas, apa arti dari Qiyam Ramadhan?
Baca Juga
Advertisement
Secara umum, qiyam Ramadhan adalah istilah lain dari salat tarawih dan termasuk dalam qiyamul lail yang menjadi kebiasaan para orang saleh. Hukum mengerjakan salat tarawih pada bulan Ramadhan adalah sunnah muakkadah atau yang dikukuhkan berdasarkan hadis dari Aisyah RA.
Agar lebih paham, berikut Liputan6.com ulas mengenai arti Qiyam Ramadhan dan asal usul penamaannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (10/4/2023).
1. Arti Qiyam Ramadhan dalam Islam
Dikutip dari laman Universitas Islam An Nur Lampung, menjelaskan tentang kata qiyam berasal dari kata qama yang artinya berdiri. Dalam konteks ibadah, qiyam berarti berdiri dalam salat, khususnya salat malam. Sedangkan qiyamul lail adalah istilah umum untuk salat malam, sementara itu qiyam Ramadhan adalah istilah khusus untuk salat malam di bulan Ramadhan.
Hal ini sama dengan penjelasan menurut Imam Nawawi, qiyam Ramadhan mencakup tarawih, witir, hingga tahajjud. Sedangkan terawih adalah salat tersendiri pada malam-malam Ramadhan. Dalam qiyam Ramadhan tidak ada batasan rakaatnya, semakin banyak rakaat qiyam Ramadhan, maka semakin banyak pula pahalanya. Sedangkan salat tarawih sendiri maksimal bilangan rakaatnya adalah dua puluh rakaat.
Menjalankan ibadah qiyam Ramadhan ini juga tertuang dalam hadis riwayat Bukhari, yang berbunyi:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari nomor 37 dan Muslim: 759)
Hadits ini memberitahukan bahwa salat tarawih dan qiyam Ramadhan bisa menggugurkan dosa dengan syarat karena iman yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala dari Allah, bukan karena riya’ atau alasan lainnya.
Yang dimaksud “pengampunan dosa” dalam hadits ini adalah bisa mencakup dosa besar dan dosa kecil berdasarkan tekstual hadits, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Mundzir. Namun An-Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah khusus untuk dosa kecil.
Advertisement
2. Asal Usul Penamaan Qiyam Ramadhan
Dikutip dari buku Sejarah Tarawih karya Ahmad Zarkasih, menjelaskan tentang asal usul penamaan qiyam Ramadhan. Pada masa Nabi Muhammad SAW hingga Abu Bakar RA, tidak dikenal sholat tarawih.
Saat itu, istilah yang digunakan untuk merujuk pada pelaksanaan sholat di malam hari selama bulan Ramadhan adalah sholat qiyam Ramadhan. Sholat qiyam Ramadhan dilakukan sebagai ibadah untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan. Kemudian, istilah sholat tarawih kemungkinan baru muncul pada era kepemimpinan Umar bin Khattab.
Salat qiyamul lail pada bulan Ramadhan dinamakan dengan tarawih, karena para sahabat ketika pertama kali berkumpul untuk melaksanakan salat terawih, mereka istirahat tiap-tiap empat rakaat, sebab lamanya melakukan salat terawih, sampai-sampai para sahabat ketika salat terawih bersandar dengan tongkat, dikarenakan lamanya berdiri.
Hal ini sepadan dengan hadis riwayat Imam al-Marwadzi, disebutkan bahwa Ubay bin Ka'ab diperintah Umar bin Khattab untuk menjadi imam sholat qiyam Ramadhan dengan bacaan 5-6 ayat di setiap rakaat, dan setiap dua rakaat dilakukan tarwiih atau istirahat.
Dari sini kita mengetahui bahwa Umar bin Khattab adalah orang yang pertama kali mengorganisir salat tarawih dan qiyam Ramadhan secara berjamaah dengan satu imam di masjid Nabawi. Beliau menyebutnya sebagai bid’ah hasanah, yaitu bid’ah yang baik dan sesuai dengan syariat Islam. Hal ini karena beliau mengikuti sunnah Rasulullah SAW yang pernah shalat berjamaah dengan umatnya di bulan Ramadhan .
Keputusan Umar bin Khattab ini mendapat dukungan dari para sahabat lainnya, termasuk Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib. Mereka semua sepakat bahwa salat tarawih dan qiyam Ramadhan secara berjamaah adalah sunnah muakkad yang harus dilaksanakan oleh umat Islam.
3. Keutamaan Mengerjalan Qiyam Ramadhan
Terdapat beberapa keutamaan bagi umat Muslim yang mengerjakan qiyam Ramadhan adalah sebagai berikut ini:
a. Diampuni dosa-dosanya
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu, dia berkata:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang menegakkan salat malam di bulan Ramadhan dengan keimanan dan mencari keridhaan Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Lalu Rasulullah meninggal sedang perintah tersebut (meninggalkan jamaah taraweh) masih berlaku, demikian juga pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan pertengahan kekhalifahan Umar sebagaimana riwayat Muslim.
b. Mendapatkan gelar shiddiqin dan syuhada
Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis riwayat Amr bin Murroh, yang artinya:
“Datang kepada Rasulullah seorang laki-laki Bani Qudhaah, lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku telah bersyahadat tiada sesembahan yang hak, kecuali Allah, dan bersyahadat bahwa engkau adalah utusan-Nya, aku sholat lima waktu, puasa satu bulan (Ramadhan), dan aku telah menegakkan salat malam di bulan Ramadhan serta aku tunaikan zakat?’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang mati atas hal ini, dia termasuk dalam (kelompok) shiddiqin dan orang-orang yang syahid.'” (Dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih keduanya dan oleh selainnya dengan sanad yang sahih)
Advertisement